Dinamika antara Organizational Justice dan Employee Engagement

karyawan dapat membuat karyawan merasa bangga sebagai anggota atau bagian dari organisasi tersebut Tyler Blader, 2003. Kebanggaan sebagai anggota organisasi akan mempegaruhi Employee Engagement karena karyawan akan memandang kesuksesan organisasi adalah kesuksesannya Mael Ashforth 1992. Berbagai penelitian lain Woodruffe, 2005 Rama Devi, 2009 telah menekankan pentingnya kebijakan dan prosedur yang terbaik bagi organisasi agar mendukung pengaturan kerja yang fleksibel dan lingkungan organisasi yang baik sehingga terbentuk karyawan yang mau terlibat dalam organisasi. Kahn 1990 mengatakan proses mengambil keputusan yang adil membuat karyawan terikat dan merasa puas dengan organisasi. Thibaut dan Walker 1975 mengatakan bahwa kepuasan karyawan terhadap keadilan prosedural dalam organisasi akan membuat karyawan termotivasi untuk bekerja sama dan berkomitmen dalam organisasi untuk meningkatkan employee engagement . Ketika keadilan prosedural tinggi, maka karyawan akan memberikan reaksi yang positif terhadap supervisor Folger Cropanzano, 1998 dan dengan adanya persepsi positif dari keadilan prosedural ini maka dapat meningkatkan keterlibatan karyawan pada perusahaan Maslach, 2001. Ketika keadilan prosedural rendah, karyawan cenderung untuk menarik dan melepaskan diri dari peran pada pekerjaan mereka. Selain itu, kurangnya keadilan prosedural dapat membuat karyawan mengalami kelelahan dan memiliki pandangan yang negatif. Keadilan prosedural merupakan salah satu kondisi kerja yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan karyawan Maslach, 2001. Gupta dan Kumar 2012 meneliti bahwa keadilan interaksional sebagai penentu yang signifikan dari keterlibatan karyawan. Karyawan yang merasa dihargai dan dihormati serta dinilai memiliki nilai sosial yang baik dan dapat mengelola diri dengan baik terhadap proses dalam organisasi dapat membuat karyawan merasa berguna dan cenderung ingin terlibat lebih dengan organisasi Crow, 2012. Colquitt 2001 mengatakan bahwa keadilan interaksional sebagai faktor utama yang berhubungan dengan suasana lingkungan kerja dalam memperkuat hubungan antara pemimpin atau supervisor dan meningkatkan keterlibatan karyawan pada organisasi. Para pemimpin yang bersikap obyektif dan beretika merupakan aspek penting dari keadilan interaksional sehingga memunculkan pandangan terhadap dukungan sosial antar karyawan, maupun karyawan dan atasan, dan hal ini menjadi faktor dari keterikatan karyawan Schaufeli Bakker, 2004. Hal ini membuat adanya perasaan positif yang dapat merangsang karyawan untuk membalas dengan terlibat penuh pada organisasi bahkan menjalankan pekerjaan diluar peran mereka Nasurdin Khuan, 2011. Menurut Folger 1993 ketika komunikasi yang terjalin antar karyawan dengan atasan tidak berjalan dengan baik maka karyawan akan merespon dengan negatif dan tidak terlibat dalam organisasi apalagi ketika sudah merugikan pihak lain dan atasan juga menunjukkan perilaku yang buruk. Hal ini membuat keadilan interaksioanl cenderung rendah dan karyawan cenderung tidak engage.

D. Kerangka Pemikiran

Skema 1 Distributif Justice memilki pengaruh terhadap Employee Engagement Distributif Justice Tinggi Rendah Kompensasi, manfaat dan lainnya memenuhi harapan karyawan, adanya kesesuaian antara usaha karyawan dalam bekerja dan hasil yang diperoleh. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan hasil yang di inginkan dan individu memperoleh hasil yang ideal. Kompensasi, manfaat dan lainnya tidak memenuhi harapan karyawan, tidak adanya kesesuaian antara usaha karyawan dalam bekerja dan hasil yang diperoleh. Semua karyawan tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan hasil yang di inginkan dan karyawan tidak memperoleh hasil yang ideal. Prestasi kerja yang baik, menerima masukan untuk menyelesaikan tugas, terlibat dalam organisasi dan tidak mengalami stress. karyawan akan merasa bahagia dan puas bekerja di perusahaan. Karyawan engage Prestasi kerja yang rendah, kurang menerima masukan untuk menyelesaikan tugas mereka, kurang terlibat dalam organisasi dan mengalami stress. karyawan akan merasa marah, tidak bahagia, dan tidak puas bekerja di perusahaan. Karyawan tidak engage Skema II Prosedural Justice memilki pengaruh terhadap Employee Engagement Prosedural Justice Tinggi Rendah Proses pengambilan keputusan prosedur akurat, konsisten, dan objektif membuat karyawan merasa bangga dan puas menjadi bagian dari organisasi Proses pengambilan keputusan prosedur tidak akurat, konsisten, dan objektif membuat karyawan tidak merasa bangga dan puas menjadi bagian dari organisasi. Karyawan memandang kesuksesan organisasi sebagai kesuksesan karyawan juga. Karyawan memiliki persepsi dan memberikan reaksi positif terhadap supervisor sehingga karyawan termotivasi untuk bekerja sama dan berkomitmen dalam organisasi. Karyawan engage Karyawan tidak memandang kesuksesan organisasi sebagai kesuksesannya. Karyawan memiliki reaksi negatif terhadap supervisor sehingga karyawan tidak termotivasi untuk bekerja sama atau berkomitmen Karyawan tidak engage Skema III Interactional Justice memiliki pengaruh terhadap Employee Engagement Interactional Justice Ti nggi Rendah Interaksi antara atasan dan bawahan berjalan dengan baik serta atasan menunjukan perilaku yang baik terhadap karyawan dan memunculkan energi positif Interaksi antara atasan dan bawahan tidak berjalan dengan baik serta atasan menunjukan perilaku yang buruk dan memunculkan energi negatif. Karyawan merasa dihargai, dihormati, dan memunculkan pandangan dan perasaan positif terhadap dukungan social antar karyawan, maupun karyawan dan atasan. Karyawan engage Karyawan merasa tidak dihargai, dihormati, dan memunculkan pandangan dan perasaan negatif terhadap dukungan social antar karyawan, maupun karyawan dan atasan. Karyawan tidak engage

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah H1. Distributif justice memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Employee Engagement H2. Prosedural justice memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Employee Engagement H3. Interactional justice memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Employee Engagement 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan Sugiyono, 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode survei. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerikal angka yang diolah dengan metode statistika Azwar, 2009. Penelitian kuantitatif dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen dan metode survei. Namun metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode survei. Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan- hubungan antar variabel Sugiyono, 2010. Jenis survei ini mengukur variabel yang sama hanya satu kali pada sejumlah kelompok partisipan dengan satu atau lebih karakteristik pokok yang berbeda Supratiknya, 2015. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu employee engagement dan organizational justice.

B. Variabel Independen

Variabel Bebas : Organizational Justice. Variabel Tergantung : Employee Engagement.

C. Definisi Operasional

1. Organizational Justice Organizational justice adalah persepsi, tanggapan atau pandangan terhadap peran keadilan yang berhubungan langsung dengan rumah sakit. Hal ini mengacu pada sejauh mana persepsi perawat melihat peristiwa organisasi sebagai sesuatu yang adil dalam memperoleh hasil, proses mencapai hasil tersebut serta interaksi yang terjadi di tempat kerja. Variabel organizational justice akan diukur menggunakan skala yang mencakup tiga dimensi organizational justice yaitu distributive justice, procedural justice dan interactional justice. Keadilan distributif adalah persepsi karyawan mengenai keseimbangan antara seluruh hal yang diterima karyawan dari perusahaan outcome dibandingkan dengan seluruh hal yang diberikan karyawan kepada perusahaan input. Keadilan prosedural adalah persepsi karyawan mengenai adil atau tidaknya peraturan atau prosedur yang digunakan dalam organisasi atau perusahaan untuk mengambil keputusan. Keadilan interaksional disebut juga hubungan timbal balik atau komunikasi antara atasan dan bawahan dengan