dengan memberikan petunjuk dan isyarat. 9 Prinsip kondisi yang menyenangkan dan konsekuensinya, adalah seorang siswa yang lebih
suka terus belajar jika pengajaran yang dilakukan oleh guru dianggap sebagai suatu yang menyenangkan. Beberapa hal yang menyebabkan
siswa enggan di kelas, antara lain siswa merasa kurang tantangan dengan sesuatu yang bervariasi, siswa adalah subjek dari kondisi yang
tidak menantang, siswa merasa frustasi karena kondisi yang tidak menyenangkan, dan perasaan siswa yang terluka karena guru
membandingkan hasil siswa dengan siswa yang lainnya Riyanto, 2009: 65-69.
Berdasarkan prinsip-prinsip menurut para ahli di atas, maka prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berpikir dan
motivasi dengan harapan tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan pembelajaran tumbuh dari proses belajar antar peserta didik dengan
pendidik yang terarah.
2.1.2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempegaruhi belajar banyak jenisnya, antara lain yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern, yaitu
faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. Faktor jasmani terdiri dari dua faktor, yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat
tubuh. Faktor kesehatan merupakan keadaan baik sengenap badan
beserta bagian-bagiannyabebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggung jika kesehatannya terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing, dan badannya lemah atau
mengalami kelainan fungsi pada alat indera. Oleh karena itu seseorang dapat belajar dengan baik harus mengusahakan kesehatan badannya
tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan belajar, bekerja, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
Cacat tubuh, cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuhbadan. Misalnya,
buta, tuli, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar siswa karena terganggu. Jika hal ini yang terjadi
maka ia hendaknya belajar pada lembaga pendidikan khusus atau dibantu dengan alat bantu yang dapat menghindari dan mengurangi
pengaruh kecacatannya. Faktor psikologi, faktor psikologis mempunyai 7 faktor yang
mempengaruhi belajar, yaitu: a inteligensi, inteligensi yang dirumuskan oleh J.P. Chaplin dalam Slameto, 2010: 55 adalah The
ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively, the ability to utilize concepts effectively, the ability to grasp relationship
and to learn quickly. Jadi, integensi adalah kecapakan yang teridiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi
yang baru
dengan cepat
dan efektif,
mengetahuimenggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif
mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat. b Perhatian, menurut Gazali dalam Slameto, 2010: 56 perhatian adalah keaktifan
jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu objekbendahal atau sekumpulan objek. c Minat, Hilgard
merumuskan minat adalah sebagai “interst is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content
”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang, minat besar
pengaruhnya terhadap belajar, karena nilai bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya. d Bakat atau aptitude menurut Hilgrad dalam Slameto, 2010: 57 adalah “the capacity to learn” dengan perkataan
lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e Motif, menurut Drever dalam Slameto, 2010: 58 adalah “Motive is effective-conative factor which operates in determining the direction of
an individual’s behaviour to words an end or goal, consioustly apprehen
der or uncosioustly”. Jadi motivasi erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan disadari atau tidak, akan tetapi untuk
mencapai tujuan perlu berbuat, penyebab berbuat adalah motif sendiri sebagai pendorongdaya penggerak. f Kematangan, kematangan
adalah suatu tingkatfase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat- alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. g
Kesiapan atau readiness menurut Drever dalam Slameto, 2010: 59 adalah Preparadness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan
untuk memberikan respons atau beraksi. Kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan dirinya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Faktor kelelahan, faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan
untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah
tidakkurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-
pusing sehingga sulit berkonsentrasi Slameto, 2010: 59. Berdasarkan faktor-faktor jasmani, psikologis, dan kelelahan
mempengaruhi belajar siswa karena jika kondisi tubuhnya kurang sehat, lelah, atau mengalami cacat maka siswa akan menjadi malas
untuk belajar. Bagi anak yang cacat perlu perhatian penuh terhadap dirinya sendiri dan ada oranga lain yang dapat memberikan bantuan
untuk mengatasi hal tersebut.
Faktor ekstern ada 3, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Faktor ekstern yang pertama adalah faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orangtua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Cara orang tua mendidik anak berpengaruh
besar terhadap belajar anaknya. Wirowidjojo dalam Slameto, 2010: 61 menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan utama. Keluarga yang sehat artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar, yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. Pernyataan di atas dapat dipahami betapa pentingnya pendidikan
anaknya. Cara orangtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. Orangtua yang kurangtidak memperhatikan
pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acauh terhadap belajar anaknya. Orangtua terlalu memanjakan anaknya adalah cara mendidik
yang tidak baik karena jika hal ini teerjadi secara terus menerus maka belajar anak akan menjadi kacau Slameto, 2010: 61.
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orangtua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya
atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut membantu belajar anak. Wujud relasi misalnya apakah hubungan itu penuh kasih sayang
dan pengertian, ataukah diliputi kebencian dan sebagainya. Relasi antar anggota keluarga erat kaitannya dengan cara orangtua mendidik
anak. Relasi semacam itu akan menyebabkan perkembangan anak
terhambat, belajarnya terganggu, dan dapat menimbulkan masalah- masalah psikologis lainnya. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan
anak, perlu diusahankan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian
dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman- hukuman untuk mensukseskan belajar anak Slameto, 2010: 62.
Rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.
Rumah merupakan faktor yang penting. Rumah yang suasananya gaduh dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak
yang belajar, agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana rumah yang tenang
dan tentram anak akan menjadi betah tinggal di rumah dan anak juga dapat belajar dengan baik Slameto, 2010: 63.
Faktor keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan belajar anak karena anak yang sedang belajar harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya papan sandang pangan dan fasilitas belajar. Fasilitas belajar hanya dapat dipenuhi oleh keluarga cukup
uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok kurang terpenuhi, akibanya anak terganggu sehingga belajarnya pun
terganggu. Akibat lainnya anak menjdai minder dengan teman- temannya hal ini pasti akan menggangu belajar anak. Bahkan anak
mencari nafkah untuk membantu orangtuanya padahal anak belum saatnya bekerja. Hal itu tidak dapat dipungkiri tentang adanya
kemungkinan anak yang serba kekurangan dan menderita ekonomi ini menjadi cambuk baginya untuk belajar giat dan akhirnya sukses.
Sebaliknya keluarga kaya raya, orangtuanya sering memanjakan anak. Anak hanya bersenag-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang
memusatkan perhatiannya untuk belajar. Hal tersebut dapat menggangu belajar anak Slameto, 2010: 64.
Pengertian orangtua juga mempengaruhi belajar anak, karena saat belajar anak perlu dorongan dan pengertian dari orangtua. Bila
anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, karena akan melemahkan semangat belajar anak Slameto, 2010: 64.
Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada
anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar Slameto, 2010:64.
Faktor ekstern yang kedua adalah faktor sekolah yang meliputi metode mangajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, standar pelajaran di atas ukuran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah. Metode mengajar adalah suatu carajalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar menurut Ulih Bukit Karo-Karo 2010
adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Dalam
pendidikan orang lain disebut muridsiswa dan mahasiswa yang dalam
proses belajar menerima, mengusai, dan mengembangkan maka belajar harus setepat-tepatnya dan efektif serta efisien.
Berdasarkan uraian
di atas
jelas metode
mengajar mempengaruhi
belajar. Metode
mengajar guru
yang baik
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru mengajar biasa menggunakan metode cermah, sehingga siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif, dan hanya mencatat. Guru progresif berani mencoba metode-metode baru yang membantu meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar , agar belajar siswa dapat dengan baik maka metode mengajar harus diusahakan setepat, efisien, dan efektif Slameto, 2010:
65. Kurikulum merupakan sebagian besar yang menyajikan bahan
pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran yang mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang
kurang baik dapat berpengaruh tidak baik terhadap belajar siswa, misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa,
tidak sesuai dengan bakat, minat, dan perhatian siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik untuk menyusun rancangan yang detail
agar dapat melayani siswa belajar secara individual Slameto, 2010: 65. Relasi guru dengan siswa, cara belajar siswa dipengaruhi oleh
relasinya dengan gurunya. Relasi guru dengan siswa yag baik, siswa akan menyukai gurunya dan juga mata pelajaran yang diberikan
sehingga siswa mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia akan segan untuk
belajar akibatnya pelajaran tidak maju. Dalam proses belajar mengajar perlu ada interaksi yang akrab antara guru dan siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam belajar Slameto, 2010: 66. Relasi siswa dengan siswa, misalnya siswa yang mempunyai
tingkah laku yang kurang menyenangkan teman ini, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, maka akan
diasingkan dari kelompok. Oleh karena itu guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di
dalam kelas ada grup yang saling bersaing tidak sehat. Maka di dalam kelas perlu diciptakan relasi yang baik antar siswa karena agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa Slameto, 2010: 66. Disiplin sekolah, kedisiplinan sekolah erat hubungannya
dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup seluruh warga sekolah baik guru dalam mengajar,
pegawai dalam mengerjakan tugas, dan kepala sekolah dalam mengelolah seluruh staf beserta siswa-siswanya dan tim bimbingan
konseling BK dalam pelayanan siswa. Dengan demikian agar siswa dapat belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar naik di
sekolah, di rumah, dan di perpustakaan. Siswa disiplin, guru beserta staf juga harus disiplin Slameto, 2010: 67.
Alat pelajaran, alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, jika siswa
mudah menerima pelajaran atau mengusainya maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Kenyataan saat ini banyaknya
tuntutan yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah besar. Misalnya,
buku-buku perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kenyataannya banyakan sekolah belum memiliki media dalam jumlah
maupun kualitasnya untuk mendukung proses pembelajaran di sekolah Slameto, 2010:67.
Standar pelajaran di atas ukuran ini merupakan faktor belajar dari sekolah, karena guru yang berpendirian untuk mempertahankan
wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Guru dalam
menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat
tercapai Slameto, 2010:68. Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi, siang,
soremalam hari. Waktu yang baik untuk sekolah adalah pagi hari karena pikiran masih segar dan jasmani dalam kondisi yang baik. Jika
siswa bersekolah pada waktu kondisi yang badan yang lemah, misalnya pada sianga hari bersekolah, maka akan mengalami kesulitan
berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang lemah tadi. Jadi, memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif
terhadap belajar Slameto, 2010: 68.
Keadaan gedung, dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik masing-masing siswa menuntut keadaan gedung yang
dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas karena ruang kelas yang kurang nyaman tidak memadai proses belajar siswa Slameto,
2010: 69. Metode belajar, banyak siswa yang melaksanakan cara belajar yang salah. Guru perlu perlu melakukan pembinaan dan siswa
cara belajar yang tepat efektif pula hasil belajarnya. Belajar harus teratur, karena kadang siswa belajar terus menerus karena besok akan
ada tes. Dengan demikian maka siswa kurang beristirahat dan dapat menyebabkan sakit. Maka belajar perlu dilakukan secara tertatur setiap
hari dengan pembagian waktu yang tepat dan istirahat yang cukup untuk meningkatkan hasil belajar Slameto, 2010: 69.
Tugas rumah merupakan bagian dari faktor belajar sekolah, karena waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk
belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Guru diharapkan tidak terlalu banyak memberikan tugas yang
harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain Slameto, 2010: 69.
Faktor belajar ekstern yang ketiga adalah masyarakat. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Pengaruh terjadi karena siswa dalam masyarakat. Kegiatan
siswa dalam
masyarakat dapat
menguntungkan perkembangan pribadinya, tetapi jika mengambil bagian masyarakat
terlalu banyak maka belajarnya akan terganggu lebih-lebih jika kurang bijaksana dalam mengatur waktu.
Media masa yang saat ini berkembang semakin banyak beredar di masyarakat akan memberikaan pengaruh baik terhadap siswa
maupun belajarnya. Maka siswa harus mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orangtua dan pendidik baik
dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Teman bergaul akan berpengaruh pada jiwa anak daripada yang
kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik, begitu juga sebaliknya teman yang bergaulnya jelek pasti akan mempengaruhi
sifat yang buruk juga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlu diusahakan agar siswa memilki teman bergaul yang baik-baik
dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua dan pendidik harus cukup bijaksana jangan terlalu ketat tetapi juga
jangan terlalu lengah. Bentuk kehidupan masyarakat juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang
tidak terpelajar, penjudi, pencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang ada dilingkungan
tersebut. Akibatnya belajar anak terganggu bahkan kehilangan semangat belajar karena perhatiannya yang semula terpusat kepada
belajar menjadi terpusat pada perbuatan-perbuatan orang yang ada di lingkungan sekitar. Oleh karena itu perlu untuk mengusahakan
lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruuh yang positif
terhadap anaksiswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya Slameto, 2010: 70-71.
2.1.2.2 Prestasi Belajar