Peningkatan minat dan prestasi belajar Pkn siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta melalui metode Learning Together.

(1)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA

MELALUI METODE LEARNING TOGETHER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Nama: Anita Nugraheni

NIM: 091134062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

iii


(4)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan penuh kerendahan hati dan ketulusan, karya ini kupersembahkan untuk:

 Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat-Nya dalam setiap perjalanan hidupku dan membuat segala sesuatunya menjadi indah.

 Kedua orang tuaku, Saridjo dan Murningsih yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat untuk diriku selama ini.

 Kakakku Agus Wijanarka dan adikku Tri Prasetyo Utama, yang selalu memberikan semangatnya untukku.

 Teman-temanku PGSD kelas C ‘09, kalian adalah kenangan indah dalam hidupku.

 Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(5)

v MOTTO

Perubahan tidak akan datang jika kita menunggu orang lain atau lain waktu. Diri kitalah yang ditunggu, dan diri kitalah perubahan yang kita cari.

(Barack Hussein Obama)

Selalu berpikir positif, punya antusias dan semangat yang tinggi, dan selalu mau belajar adalah modal besar untuk mencapai kesuksesan.

Tak perlu iri dengan kemampuan orang lain, jika mereka bisa, kamu juga pasti bisa. Jangan remehkan dirimu, kamu kuat dari yang kamu bayangkan.


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juli 2013 Penulis


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anita Nugraheni

Nomor Induk Mahasiswa : 091134062

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta Melalui Metode Learning Together

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 30 Juli 2013 Yang menyatakan


(8)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA MELALUI METODE

LEARNING TOGETHER Anita Nugraheni Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode learning together dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa tentang sistem pemerintahan tingkat pusat bagi siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap penelitian diawali dengan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan), dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 32 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan cara mengumpulkan hasil evaluasi dan pengamatan, mengubah skor menjadi nilai, mencari rata-rata dan persentase (%) ketuntasan siswa yang kemudian dibandingkan dengan keadaan pada kondisi awalnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode learning together dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa tentang sistem pemerintahan tingkat pusat bagi siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata dan persentase ketuntasan siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II, serta peningkatan rata-rata minat siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir. Pada kondisi awal, diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 70 dan pada siklus I, nilai rata-rata siswa mencapai 74 yang kemudian meningkat menjadi 82 pada siklus II, sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 46,7% pada kondisi awal menjadi 68,7% pada siklus I yang kemudian meningkat menjadi 87,5% pada siklus II. Peningkatan minat ditunjukkan dengan rata-rata minat siswa yang meningkat dari 34,25 pada kondisi awal menjadi 51,38 pada kondisi akhir. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 12 dan persentase ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 40,8%, sedangkan rata-rata minat siswa meningkat sebesar 17,13.


(9)

ix

ABSTRACT

IMPROVING STUDENT’S INTEREST AND ACHIEVEMENT

IN CIVICS AT FOURTH-GRADES OF SD KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA THROUGH LEARNING TOGETHER METHOD

Anita Nugraheni Universitas Sanata Dharma

2013

The purpose of this education to identified whether learning together method could improved the students' interest and achievement of the central government system for fourth grade students Kanisius Kotabaru in academic year 2012/2013. This research was a classroom action research conducted in two cycles. The results are started with a preparation phase and implementation phase of the cycle of planning, action, observation, and reflection. The research subjects was fourth grade students of Kanisius Kotabaru in academic year 2012/2013 to consists of 32 students. The technique to analize the data were used by collecting the students evaluation and observation, changing the score into value, finding the average and percentage (%) of students completeness are then compared with the first conditions.

The results of the research showed that learning together method can improved the students' interest and achievement in learning of central government system for fourth grade students Kanisius Kotabaru in academic year 2012/2013. This was indicated can be showed from the average and percentage of students completeness of first conditions, cycle I and cycle II, as well as an increase in the average interest students from the first conditions to the final conditions. At the first conditions, be seen that the students a average was 70 and at the cycle I, the students average was 74 then it increased became 82 at the cycle II, whereas the percentage of mastery learning for students increased from 46,7% in the first conditions became 68.7% in the cycle I then it increased became 87.5% at the cycle II. The interest students average improved was 34.25 at first conditions and 51.38 at the end of the condition. From these data it could be seen that the student average increased was 12 and the percentage of student mastery increased was18.8%, whereas the average student interest increased was 17.13.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat serta rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya saya tidak terlepas dari bantuan pihak lain, oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebsar-besarnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Th. Yunia S, S.Pd., M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang juga senantiasa memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan, dan perhatian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak/Ibu dosen dan segenap karyawan PGSD yang telah banyak membantu memenuhi keperluan penelitian.


(11)

xi

6. Ibu Niken Anggrahini, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Kotabaru yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Ibu Dewi Marlina Candrawati, S.Pd. selaku guru PKn kelas IV SD Kanisius Kotabaru yang telah mendampingi dan memberikan pengarahan selama melakukan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Kotabaru atas partisipasi dan kerjasamanya selama melakukan penelitian.

9. Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan semangatnya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan yang juga selalu memberikan bantuan dan dukungannya selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah saya ini, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca akan sangat membantu untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya, saya berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 30 Juli 2013 Penulis


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Batasan Pengertian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Teori ... 9

1. Minat ... 9

a. Macam-macam Minat ... 11

b. Metode Pengukuran Minat ... 11

c. Fungsi Pengukuran Minat ... 13

d. Cara Membangkitkan Minat ... 13


(13)

xiii

f. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar ... 14

g. Faktor Penyebab Turunnya Minat ... 15

2. Belajar ... 16

a. Teori Belajar ... 17

b. Jenis-jenis Belajar ... 18

c. Ciri-ciri Belajar ... 19

d. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 19

e. Prestasi Belajar ... 20

1) Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 21

2) Aspek-aspek Prestasi Belajar ... 23

3. Pendidikan Kewarganegaraan ... 23

a. Hakikat PKn ... 23

b. Fungsi PKn ... 24

c. Tujuan PKn ... 24

d. Ruang Lingkup PKn ... 25

4. Learning Together ... 26

a. Langkah-langkah Pembelajaran LT ... 27

b. Penerapan Metode LT ... 28

c. Keunggulan dan Kelemahan LT ... 28

B. Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 31

D. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Setting Penelitian ... 34

C. Kegiatan Penelitian ... 34

1. Persiapan ... 34

2. Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Validitas Perangkat Pembelajaran ... 44


(14)

xiv

H. Teknik Analisis Data ... 48

I. Jadwal Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Kondisi Awal ... 52

2. Siklus I ... 55

3. Siklus II ... 59

B. Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 41

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 42

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 42

Tabel 3.5 Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran ... 44

Tabel 3.6 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 45

Tabel 3.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 45

Tabel 3.8 Penilaian Acuan Patokan (PAP) II ... 48

Tabel 3.9 Kriteria Persentase Rata-rata Minat ... 49

Tabel 3.10 Indikator Keberhasilan yang Diharapkan ... 51

Tabel 3.11 Jadwal Penelitian ... 51

Tabel 4.1 Skor Rata-rata Minat Awal ... 52

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi Awal ... 54

Tabel 4.3 Hasil Tes Siklus I ... 57

Tabel 4.4 Skor Rata-rata Minat Akhir ... 61

Tabel 4.5 Hasil Tes Siklus II ... 63

Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Prestasi Belajar Siswa ... 68


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Skema Model Penelitian ... 33

Gambar 3.2 Rumus Angka Kasar Korelasi Product-Moment ... 46

Gambar 3.3 Rumus Angka Kasar Product-Moment ... 47

Gambar 3.4 Rumus Koefisien Korelasi ... 47

Gambar 3.5 Rumus Penghitungan Prestasi Siswa ... 50

Gambar 3.6 Rumus Penghitungan Rata-rata Kelas ... 50

Gambar 3.7 Rumus Penghitungan Persentase Ketuntasan Belajar ... 50

Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I ... 58

Gambar 4.2 Diagram Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II ... 64

Gambar 4.3 Histogram Peningkatan Persentase Ketuntasan Belajar ... 69

Gambar 4.4 Histogram Peningkatan Rata-rata Kelas ... 70


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 78

Lampiran 2 RPP Siklus I ... 82

Lampiran 3 RPP Siklus II ... 87

Lampiran 4 LKS Siklus I ... 92

Lampiran 5 LKS Siklus II ... 94

Lampiran 6 Rangkuman Materi ... 95

Lampiran 7 Soal Instrumen Siklus I ... 99

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Instrumen Siklus I ... 105

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen I ... 106

Lampiran 10 Soal Instrumen Siklus II ... 107

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Instrumen Siklus II ... 113

Lampiran 12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen II ... 114

Lampiran 13 Kuesioner Instrumen ... 115

Lampiran 14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 120

Lampiran 15 Kuesioner ... 121

Lampiran 16 Soal Evaluasi Siklus I ... 124

Lampiran 17 Soal Evaluasi Siklus II ... 128

Lampiran 18 Data Kondisi Awal ... 132

Lampiran 19 Data Hasil Tes Siklus I ... 133

Lampiran 20 Data Hasil Tes Siklus II ... 134

Lampiran 21 Perbandingan Hasil Tes ... 135

Lampiran 22 Data Skor Rata-rata Minat Awal ... 136

Lampiran 23 Data Skor Rata-rata Minat Akhir ... 137

Lampiran 24 Perbandingan Skor Minat ... 138

Lampiran 25 Data Skor Ringkasan Penelitian ... 139

Lampiran 26 Foto-foto Kegiatan Siklus I ... 141

Lampiran 27 Foto-foto Kegiatan Siklus II ... 143

Lampiran 28 Hasil Tes Siswa Siklus I ... 146


(18)

xviii

Lampiran 30 Hasil Pengisian Kuesioner ... 162 Lampiran 31 Surat Ijin Penelitian ... 168 Lampiran 32 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ... 169


(19)

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki jiwa patriotisme untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (KTSP, 2006:104). Jiwa patriotisme itulah yang perlu ditanamkan dan ditingkatkan terus menerus kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya para generasi muda sebagai generasi penerus, sehingga para generasi penerus tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, dan negara.

Berkaitan dengan penanaman nilai, sikap, dan kepribadian, pembekalan kepada peserta didik di Indonesia dilakukan melalui Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan (Sumarsono, 2007). Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri menjadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya yang beragam untuk menjadi warga negara yang baik seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945, sehingga nantinya dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi (Widyastuti & Subagya, 2008). Kehidupan demokrasi yang seperti diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945, di dalam kehidupan sehari-hari perlu dikenal, dipahami, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip


(21)

-prinsip demokrasi tersebut, serta demi meningkatkan martabat, kemanusiaan, kesejahteraan, dan keadilan dalam kehidupan berbangsa.

Dalam upaya mewujudkan hal tersebut, kegiatan belajar-mengajar menjadi unsur penting terhadap pembentukan konsep atau pemahaman peserta didik tentang negaranya yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sumarsono, 2007). Terlepas dari kegiatan belajar-mengajar, adanya anggapan bahwa Pkn sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata dan kurang menekankan aspek penalaran menjadi hal lain yang juga mempengaruhi upaya mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi, serta meningkatkan martabat, kemanusiaan, kesejahteraan, dan keadilan dalam kehidupan berbangsa. Sebagai akibatnya Pkn menjadi salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh peserta didik (Sumarsono, 2007). Minat sendiri akan memberikan pengaruh dalam meraih prestasi. Peserta didik tidak akan merasa memiliki beban untuk belajar jika ada minat pada diri anak tersebut. Hal tersebut didukung oleh

Singer (1973) yang menyebutkan bahwa “minat adalah suatu landasan yang

paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.” Rendahnya minat belajar siswa tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn di SD Kanisius Kotabaru pada tanggal 13 September 2012, terungkap bahwa kegiatan belajar-mengajar PKn yang dilakukannya belum terlaksana dengan baik. Guru menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif. Siswa kurang memberi respon terhadap penjelasan guru. Hal ini disebabkan guru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi PKn yang dianggapnya


(22)

menggunakan metode ceramah, jadi saya menerangkan di depan kelas dan siswanya mendengarkan”. Guru juga mengungkapkan bahwa hampir 80% siswa tidak mampu menjawab pertanyaan dari guru, padahal materi tersebut baru saja dijelaskan. Siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran karena siswa tidak mendengarkan penjelasan dari guru ketika pelajaran berlangsung. Hal inilah yang mengindikasikan bahwa tidak adanya minat dari peserta didik dalam belajar PKn.

Penjelasan guru di atas diperkuat ketika peneliti melakukan observasi pada tanggal 13 September 2012. Dari hasil observasi terlihat bahwa sekitar 30% siswa tidak dapat diam mendengarkan penjelasan guru, melainkan berjalan-jalan di dalam kelas. 40% siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik, dan 20% siswa mendengarkan penjelasan guru meski sesekali sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Meskipun demikian, 80% siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tentang materi yang baru saja dijelaskan oleh guru. Hal ini juga dibuktikan dengan data hasil belajar siswa kelas IV tahun ajaran 2011/2012 yang hanya mencapai 70 untuk rata-rata hasil belajar siswa, sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar baru mencapai 46,7%.

Berlandaskan pada informasi-informasi yang telah dikemukakan di atas, perlu adanya perubahan dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Perubahan proses tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa di SD Kanisius Kotabaru. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan memilih model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, merangsang minat siswa, dan mengutamakan kemampuan berpikir siswa. Model-model yang dapat digunakan di antaranya adalah Cooperative Learning (CL),


(23)

Contextual Teaching and Learning (CTL), Problem Based Learning (PBL). Model CL sendiri memiliki banyak metode yang dapat digunakan, seperti Learning Together (LT), Jigsaw, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Number Head Together (NHT), Team-Game-Turnament (TGT), dan lainnya (Slavin, 2005).

Dalam hal ini model “CL dengan metode LT” adalah salah satu langkah yang menekankan pada interaksi antar siswa, tanggung jawab siswa, dan menuangkan pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga dapat merangsang minat belajar siswa (Slavin, 2005). Pembelajaran dengan metode learning together adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas yang paling sederhana dan banyak digunakan dalam pembelajaran, di mana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil untuk melakukan kegiatan belajar bersama, sehingga siswa dapat berargumen dan mendapatkan pengetahuan dari teman yang lain, sedangkan guru berperan sebagai pendamping (Slavin, 2005:250). Oleh karena itu, peneliti memilih metode learning together untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV di SD Kanisius Kotabaru pada mata pelajaran PKn.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada Kompetensi Dasar 3.1 mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK.


(24)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model kooperatif dengan metode learning together untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PKn di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model kooperatif dengan metode learning together dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PKn di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013?

3. Apakah penerapan model kooperatif dengan metode learning together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PKn di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk melaksanakan dan mendeskripsikan penerapan model kooperatif dengan metode learning together dalam rangka meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model kooperatif metode learning together dapat meningkatkan minat belajar siswa.

3. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model kooperatif metode learning together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.


(25)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis

Dapat memperluas wawasan tentang salah satu model pembelajaran inovatif, terutama model pembelajaran kooperatif dengan metode learning together yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti mendapat wawasan baru dalam melakukan PTK menggunakan metode learning together pada materi mengenal sistem pemerintahan pusat.

b. Bagi Guru

1) Memberikan pengetahuan atau wawasan baru dalam melakukan PTK khususnya model pembelajaran kooperatif metode learning together.

2) Penelitian dapat menjadi metode pembelajaran alternatif dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar pada mata pelajaran PKn. c. Bagi Sekolah

1) Menambah dokumen hasil penelitian yang dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan proses pembelajaran.


(26)

d. Bagi Siswa

Dapat memberikan pengalaman baru dalam mempelajari materi mengenal sistem pemerintahan pusat serta diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.

F. Batasan Pengertian

Untuk menghindari adanya persepsi yang berbeda, maka peneliti membatasi pengertian-pengertian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Belajar adalah kegiatan perubahan di dalam diri manusia, hasil dari pengalaman dan bersifat tetap.

2. Minat adalah rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap suatu hal atau aktifitas, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni hal tertentu.

3. Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya, yang ditunjukkan dengan nilai atau skor setiap akhir pembelajaran.

4. Pembelajaran PKn adalah suatu kegiatan belajar yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban dirinya yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.


(27)

5. Learning Together adalah suatu metode pengajaran atau suatu cara belajar di mana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok.


(28)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori yang Mendukung

1. Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Secara sederhana, minat (interest) berarti rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003:180). Pengertian minat juga dipaparkan oleh beberapa ahli.

Mappiare (1982:62) mengemukakan bahwa “minat adalah suatu

perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain

yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu”. Pengertian lain

juga diungkapkan oleh Herijulianti (2002:20) yang menyatakan minat sebagai suatu kencenderungan yang menyenangkan yang sifatnya menetap dalam memperhatikan dan melakukan suatu kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.

Menurut Singer (1973:78) minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Hurlock (1990:14) mengartikan minat berbeda dengan kesenangan. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang melakukan apa yang diinginkan. Hurlock


(29)

(1993:114) melengkapi penjelasannya bahwa minat merupakan sumber motivasi yang kuat untuk belajar.

Reber (dalam Syah, 2008:151), menjelaskan minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal yang lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, dan kebutuhan. Lepas dari masalah populer atau tidak, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik dalam bidang studi atau mata pelajaran. Misalnya, seorang peserta didik menaruh minat besar terhadap mata pelajaran PKn, maka ia akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Minat sendiri akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat dan akhirnya hasil belajar yang diinginkan akan tercapai (Syah, 2008:151).

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan dalam belajar. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dengan beberapa cara. Esti (2008:365) mengatakan bahwa terdapat sejumlah cara mengetahui minat siswa, antara lain dengan cara menanyakan kepada siswa secara langsung (wawancara), dan dengan menggunakan angket. Sedangkan cara untuk mengukur minat siswa dengan cara memperhatikan peserta didik yang paling memperhatikan selama pembelajaran berlangsung. Menurut Ahmadi (1991:79), ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran tertentu.


(30)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan suatu rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap suatu hal atau aktivitas, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni hal atau aktifitas tertentu. Hal tersebut juga berarti bahwa minat memberikan pengaruh terhadap hasil aktivitasnya. Minat sendiri dapat kita lihat dengan berbagai cara, salah satunya dapat dengan cara pemberian kuesioner.

a. Macam-macam Minat

Pasaribuan (1983:52-53) membedakan minat menjadi dua macam, yaitu minat aktual dan minat disposisional. Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada suatu saat dan ruangan yang kongkrit. Minat ini biasa disebut perhatian yang merupakan dasar bagi proses belajar. Tanpa adanya suatu perhatian tentu hasilnya tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain minat aktual, dikatakan pula macam minat yang kedua yaitu minat disposisional atau arah minat, yang dasarnya pembawaan (disposisi) dan menjadi ciri sikap hidup seseorang. Minat bukan merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat berubah. Minat dapat dibangkitkan dan tingkatannya sesuai dengan usia.

b. Metode Pengukuran Minat

Minat belajar dapat diukur dengan menggunakan penilaian non tes Masidjo (1995:59). Nurkanca (1983:227-229) menyebutkan empat cara yang dapat digunakan untuk mengukur minat, yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan inventori. Berbeda dengan Nurkanca, Masidjo (1995:59) menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat


(31)

digunakan untuk mengukur minat, antara lain observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, angket, dan wawancara.

Masidjo (1995:59) mengatakan “observasi adalah teknik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung dengan teliti terhadap gejala atau situasi, obyek di tempat tertentu. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun di luar kelas (Nurkanca, 1983). Pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.

Cara kedua adalah menggunakan catatan anekdot yang berupa catatan faktual dan seketika tentang peristiwa, kejadian, gejala atau tingkah laku yang spesifik dan menarik, yang dilakukan secara individual maupun kelompok (Masidjo, 1995:64). Ketiga, daftar cek yang merupakan sebuah daftar yang memuat sejumlah pertanyaan singkat, tertulis tentang berbagai gejala dengan memberi tanda cek (√) (Masidjo, 1995:65). Selanjutnya, minat juga dapat diukur dengan menggunakan skala nilai yang pada dasarnya sama dengan daftar cek, namun jika menggunakan skala nilai gejala atau perilaku dijabarkan dalam bentuk skala atau kategori yang bermakna nilai. Rentangan nilai yang disajikan dapat berbentuk huruf (A, B, C, D), bentuk angka (1 sampai 10), bahkan dalam bentuk kategori (rendah, sedang, tinggi) (Masidjo, 1995:66).

Cara kelima yang dapat digunakan adalah pemberian angket (kuesioner). Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Masidjo, 1995:70). Kuesioner pada umumnya


(32)

bertujuan untuk menggali fakta dan opini (Nasution, 2004:128). Selain cara-cara tersebut, Masidjo (1995:72) juga memaparkan mengenai interview (wawancara). Nasution (2004:113) menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal sehingga seperti percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Interview biasanya digunakan untuk mengukur minat anak-anak. Pelaksanaan interview ini akan memperoleh hasil yang lebih baik jika dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga wawancara akan berlangsung dengan lebih jelas (Nurkanca, 1983).

c. Fungsi Pengukuran Minat

Ada beberapa alasan mengapa perlu adanya pengukuran minat yaitu (1) untuk meningkatkan minat anak-anak, (2) memelihara minat yang baru timbul, (3) mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik, dan (4) sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya (Nurkanca, 1983:225-226).

d. Cara Membangkitkan Minat

Minat seseorang dapat mengalami perubahan, bahkan penurunan. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan membangkitkan minat itu sendiri. Ada beberapa cara untuk meningkatkan minat seseorang (Sardiman, 2010:95), yaitu membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan


(33)

berbagai macam bentuk mengajar, yang tentu bersangkutan dengan metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.

e. Faktor-faktor yang Mendasari Timbulnya Minat

Faktor-faktor yang mendasari timbulnya minat adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu adanya dorongan dari dalam diri siswa dan rasa ingin tahu. Faktor lain yang juga mendasari timbulnya minat adalah faktor motif sosial. Faktor ini dapat membangkitkan minat dalam melaksanakan suatu aktifitas untuk memenuhi kebutuhannya sehingga diterima dan diakui oleh lingkungan sosial. Misalnya minat dalam mata pelajaran Pkn muncul karena keinginan untuk memperoleh nilai yang baik. Minat erat kaitannya dengan perasaan dan emosi, oleh karena itu faktor emosional juga mendasari timbulnya suatu minat. Kesuksesan dalam suatu kegiatan memunculkan perasaan senang, dan mendorong atau menimbulkan minat di dalamnya.

f. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar memiliki ciri-ciri memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati, ada rasa ketertarikan pada suatu aktifitas yang diminati, lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya, dimanifestasikan melalui partisipasi siswa pada aktifitas dan kegiatan.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, maka minat seseorang dapat diukur dengan indikator seperti (1) respon siswa terhadap kegiatan belajar, (2)


(34)

antusias siswa dalam belajar di kelas, (3) ketekunan siswa dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, (4) perasaan siswa selama dan sesudah mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan (5) keinginan siswa untuk mencapai keberhasilan.

g. Faktor Penyebab Penurunan Minat

Minat seseorang apalagi siswa tentu sangat dipengaruhi oleh perasaan yang sedang muncul kala itu. Tidak menutup kemungkinan minat itu mengalami penurunan. Hurlock (2005:139) memaparkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan minat, yaitu (1) pengalaman dini di sekolah. Pengalaman yang dimiliki anak pada jenjang pendidikan sebelumnya akan berpengaruh terhadap kesiapan fisik dan intelektual sehingga akan menumbuhkan sikap yang lebih positif. (2) pengaruh orang tua, (3) sikap saudara kandung. Perlakuan suadara kandung memiliki pengaruh yang sama seperti orang tua, (4) penerimaan oleh kelompok teman sebaya. Teman sebaya ini sangat berpengaruh terhadap minat dan sikap siswa di sekolah secara umum, misalnya pemilihan eksrtakurikuler pilihan. Tanpa disadari, pilihan teman lain akan memperngaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri, (5) keberhasilan akademik biasanya akan mempengaruhi status anak dalam kelompok teman sebayanya, (6) sikap terhadap pekerjaan, misalnya ketika mendekati kenaikan kelas akan lebih banyak dituntut untuk membuat pekerjaan rumah, dan ini menimbulkan rasa tidak suka akan sekolah. Selanjutnya, (7) hubungan guru dan murid. Sikap guru yang kurang menyenangkan akan berpengaruh terhadap minat anak


(35)

ketika di sekolah, selain itu, (8) suasana emosional sekolah juga memberikan pengaruh terhadap minat belajar siswa.

2. Belajar

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Slameto

mengatakan, “ belajar adalah proses usaha yang dilakukan seorang individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dan interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1988:2). Dalam arti luas, belajar adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Winkel (2004:59) memaparkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pamahaman, ketrampilan dan nilai sikap perubahan itu secara relatif, konstan dan berbekas. Sedangkan menurut Suryabrata (2002:59), belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan dan dari perubahan itu di dapat kecakapan baru karena adanya suatu usaha yang sengaja.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses interaksi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan


(36)

lingkunganya untuk memperoleh suatu perubahan, tingkah laku yang berupa perbuatan, pemahaman, ketrampilan, dan sifat yang positif sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

a. Teori Belajar

Teori belajar banyak dibahas oleh beberapa ahli, antara lain teori belajar menurut Gestalt, Jean Piaget, Edward Chance Tolman, Pavlov, Albert Bandura, dan masih lainnya (Olson & Hergenhahn, 2009). Berdasarkan metode pembelajaran yang dipilih peneliti, teori belajar Albert Bandura mengenai teori belajar sosial sesuai dengan penelitian ini. Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional. Dalam pandangan belajar sosial, “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak “dipukul” stimulus -stimulus lingkungan, namun fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan pribadi dan determinan lingkungan” (Bandura dalam Dahar, 2011:22).

Teori belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada lingkungan yang kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya. Konsep-konsep utama teori belajar sosial yang diungkapkan Bandura (dalam Dahar, 2011:23) adalah (1) pemodelan, maksudnya, manusia itu belajar dari suatu model. Fenomena

ini adalah meniru perilaku orang lain dan pengalaman “vicarious”

(belajar dari keberhasilan dan kegagalan orang lain). (2) Fase belajar. Terdapat empat fase belajar menurut Bandura (dalam Dahar, 2011:23), yaitu pertama adalah fase perhatian, dimana pada umumnya, para siswa


(37)

memberikan perhatian pada model-model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan populer. Kedua adalah fase retensi, dilanjutkan fase reproduksi dan terakhir adalah fase motivasi. (3) Belajar vicarious, dan (4) pengaturan sendiri.

b. Jenis-jenis Belajar

Belajar dibedakan menjadi tujuh jenis dan bertingkat, hal tersebut dikemukakan oleh Gagne (dalam Winataputra, 2008:1.9) yang meliputi (1) belajar isyarat. Belajar isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Bentu belajar seperti ini biasanya respon diberikan secara tidak sadar. (2) Belajar stimulus-respon. Belajar seperti ini terjadi pada diri individu karena adanya rangsangan dari luar, misalnya membalas menendang bila ditendang. (3) Belajar rangkaian yang melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti adik-kakak karena melalui perpaduan berbagai proses stimulus-respon. (4) Belajar asosiasi verbal. Belajar ini terjadi bila individu mampu menangkap makna bersifat verbal, misalnya pesawat terbang seperti burung yang sedang terbang. (5) Belajar diskriminasi, misalnya membedakan bentuk tumbuhan, binatang dsb. Belajar seperti ini terjadi bila individu berhadapan dengan benda dan mencoba membedakannya. (6) Belajar konsep. Belajar konsep dipengaruhi jika individu sudak mampu melakukan diskriminasi, contohnya adalah penggolongan mahkluk hidup. Terakhir, (7) belajar pemecahan masalah. Proses memecahkan masalah selalu berkaitan, kecakapan memecahkan


(38)

masalah memperbesar kemampuan individu untuk memecahkan masalah-masalah yang lain.

c. Ciri-ciri Belajar

Aqid (2011:48) memaparkan adanya 3 karakteristik belajar, pertama belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik). Kedua, belajar merupakan buah dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan, dan ketiga adalah hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui pengalaman atau latihan.

d. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dalam Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa terbagi menjadi tiga, yaitu faktor internal (faktor dalam diri), eksternal (faktor luar), dan pendekatan belajar (Syah, 2008:144). Faktor internal siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). Kondisi jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, aspek rohani yang meliputi tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa tidak kalah memberikan pengaruh terhadap kuantitas dan kualitas perolehan siswa.

Faktor yang kedua adalah faktor eksternal yang juga terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan non sosial (Syah, 2008:152).


(39)

Lingkungan sosial siswa, seperti lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga. Kondisi lingkungan sosial ini akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sedangkan untuk faktor non sosial antara lain, gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Pendekatan belajar adalah cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Di samping kedua faktor di atas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa.

e. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar sehingga ada perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang untuk melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya (Winkel, 1996).

Prestasi belajar adalah kesempurnaan peserta didik dalam berpikir, merasa, dan berbuat (Nasution, 1995). Masidjo (1995:38-40) mengartikan prestasi belajar sebagai kekhasan dari hasil proses belajar yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dalam proses belajar. Prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran.


(40)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang dari materi pelajaran yang diterimanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

1) Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri dan dapat digolongkan sebagai berikut, (1) kecerdasan, yaitu kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kecerdasan yang selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. (2) Minat yang berarti kecenderungan untuk memperhatikan beberapa kegiatan atau suatu hal. Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu kegiatan. Pelajaran yang menarik siswa akan lebih mudah dipahami dan dipelajari serta disimpan karena menambah semangat siswa dalam belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang menetap. (3) Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari pembawaan lahir. Tumbuhnya keahlian dalam diri seseorang akan sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya


(41)

sehubungan dengan perolehan prestasi belajar bidang studi tertentu. (4) Motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Apabila siswa sudah mempunyai motivasi tinggi terhadap suatu pelajaran maka kegiatan belajar mengajar akan berhasil dengan baik.

Faktor ekstern adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa. Faktor tersebut meliputi, (1) Keadaan keluarga. Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Adanya rasa aman dalam sebuah keluarga sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Rasa aman mendorong siswa untuk belajar secara aktif, karena merasa aman merupakan salah satu pendorong dari luar yang dapat menambah motivasi dalam diri siswa untuk belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat. (2) Keadaan Sekolah. Sekolah merupakan lembaga formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Lingkungan sekolah yang baik meliputi cara penyajian belajar, hubungan guru dengan siswa dan fasilitas pendukung kegiatan belajar. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan berpengaruh buruk terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. (3) Lingkungan masyarakat, dimana lingkungan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sebab kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak dihabiskan untuk bergaul dengan lingkungan tempat mereka berada. Lingkungan


(42)

membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

2) Aspek-aspek Prestasi Belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap tiga ranah, yaitu aspek kognitif, yang berarti aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek afektif yang berkaitan dengan nilai dan sikap, dan aspek psikomotorik, yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaran

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” (Sumarsono, Pendidikan Kewarganegaraan, 2007:6). Aryani (Dalam Depdiknas, 2002:7) menyebutkan konsep Kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang


(43)

cerdas, terampil, dan berkarakter, sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

b. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Rakyat Indonesia menyatakan bahwa Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk

“meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa sesuai

dengan sila pancasila, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakatnya, memenuhi kebutuhan pembangunan nasional serta

bertanggung jawab atas pembangunan bangsa” (Sumarsono, 2007:5). Pendidikan Nasional sendiri harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan nasional, kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berorientasi pada masa depan. Di sinilah fungsi Pkn sebagai sarana dalam memupuk terwujudnya nilai, sikap, dan kepribadian seperti tersebut di atas.

c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan utama Pkn dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan (2007:4) adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para peserta didik. Melalui pendidikan kewarganegaraan, diharapkan pula peserta didik mampu memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negara sesuai


(44)

dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Adapun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menurut KTSP (2006:105-106) yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa yang meliputi hidup rukun dan perbedaan, cinta lingkungan, bangga menjadi bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam membela negara, serta keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma, hukum, dan peraturan. Aspek ini meliputi ketertiban, baik dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Selain itu, norma-norma dalam kehidupan berbangsa serta hukum atau peradilan juga termasuk dalam aspek ini.

3) Hak asasi manusia, meliputi hak dan kewajiban yang dimiliki dan penghormatan serta perlidungannya.

4) Kebutuhan warga negara. Yang termasuk dalam aspek ini adalah hidup gotong royong, harga diri, kebebasan (berorganisasi dan berpendapat), dan persamaan kedudukan.

5) Konstitusi Negara. Aspek ini membahas tentang proklamasi dan hubungannya dengan dasar negara.

6) Kekuasaan dan politik yang meliputi sistem pemerintahan dan sistem politik.


(45)

7) Pancasila. Aspek ini membahas seputar pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, mulai dari proses perumusan hingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

8) Globalisasi membahas mengenai pengaruh-pengaruh globalisasi.

4. Learning Together

Mendengar kata learning together tentu tidak akan terlepas dari kata kooperatif. Hal ini dikarenakan learning together merupakan salah satu metode dari model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran dengan model kooperatif memiliki arti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai suatu kelompok atau tim. Lie (dalam Isjoni, 2008:150) menyebutkan pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa lain dalam pembagian tugas yang terstruktur. Stahl (dalam Supriyatna, 2000, dalam Isjoni, 2008:152) mengatakan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya dilatih menaati sikap keunggulan individual yang tergantung pada keunggulan kelompok, melainkan juga semangat serta keterampilan kerjasama yang merupakan bagian dari kemampuan relasi sosial.

Pada hakikatnya pembelajaran model Cooperative Learning dengan metode Learning Together sama dengan kerja kelompok pada umumnya, namun tidak setiap kerja kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran dengan model Coopertaive Learning metode Learning Together. Hal ini selaras dengan pendapat Rober & William (dalam Isjoni, 2007:135) yang


(46)

mengatakan bahwa kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil pada pembelajaran kooperatif umumnya terdiri dari 4-5 orang (Kiswoyo dalam Isjoni, 2008:154). Pengelompokan pada pembelajaran learning together (belajar bersama) sendiri berdasarkan pada (1) adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya, (2) kemampuan belajar siswa, (3) minat khusus, (4) memperbesar partisipasi siswa, (5) pembagian tugas atau pekerjaan, dan (6) kerjasama yang efektif.

a. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Learning Together

Pembelajaran dengan metode learning together (belajar bersama) dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Memulai pembelajaran dengan hal yang diketahui siswa, seperti melakukan tanya jawab dengan siswa sehingga siswa terdorong untuk membuka wawasan yang telah dimilikinya.

2) Selanjutnya mengelompokkan siswa secara heterogen ke dalam tim yang berjumlah 4-5 orang per timnya. Di dalam kelompok tersebut, para siswa bekerjasama untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain.

3) Setelah selesai belajar bersama dalam kelompok dan menyelesaikan tugas kelompoknya, Setiap kelompok mempresentasikan hasil


(47)

pekerjaanya di depan kelas sehingga kelompok yang lain dapat belajar dari kelompok yang presentasi.

4) Terakhir, guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan hasil kinerja kelompok.

b. Penerapan Metode Learning Together

Penerapan model CL metode LT pada pembelajaran PKn kelas IV adalah dengan mengaktifkan siswa pada kegiatan pembelajaran. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang kemudian setiap kelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ada dalam materi. Setelah setiap kelompok selesai dalam menyelesaikan tugasnya, maka setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya di depan kelompok yang lain, sehingga kelompok lain dapat memberikan timbal balik terhadap hasil diskusi kelompok presentasi. Timbal balik tersebut dapat berupa pertanyaan maupun saran. Apabila semua kelompok telah mempresentasikan hasil pekerjaannya, maka guru akan memberikan tanggapan yang berupa penghargaan atas hasil pekerjaan siswa. Dengan menerapkan metode ini, siswa berlatih untuk berpikir secara aktif dan kritis, mengembangkan kemampuan berbicara dan bekerjasama (Slavin, 2005).

c. Keunggulan dan Kelemahan Learning Together

Penggunaan metode learning together memiliki keuntungan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah, memberi kesempatan pada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyidikan mengenai suatu kasus,


(48)

mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi, memungkinkan siswa lebih memperhatikan sebagai individu serta kebutuhannya belajar, siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran, dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati orang lain.

Di samping keunggulan, metode learning together juga memiliki kelemahan, yaitu metode ini tidak ditunjang oleh penelitian khusus, belajar bersama sering hanya melibatkan siswa yang mampu, dan keberhasilan metode ini tergantung pada kemampuan siswa dalam memimpin kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran dengan metode learning together tidak hanya sekedar belajar bersama dalam kelompok, namun juga perlu diperhatikan bagaimana siswa membangun kerjasamanya dalam kelompok, setting classs (keadaan kelas), dan motivasi yang dibangun dalam kelompok tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan metode Learning Together pernah dilakukan oleh Nimatul Kholidah tahun 2010/2011 dengan judul Pembelajaran Fisika Dengan Metode Learning Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii E Mts. Nahdotul Muslimin Kecamatan Undaan Kidul Kabupaten Kudus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif, dan afektif mengalami peningkatan. Melalui uji gain pada siklus I dan siklus II didapatkan = 0,43 untuk ranah kognitif dan = 0,33 untuk ranah afektif. Berdasarkan hasil


(49)

penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode learning together dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

H. Mukhyar Amani dan Eka Suwarsih (2008) juga pernah melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif dengan judul Penggunaan medicine wheel melalui pendekatan lingkungan dengan setting kooperatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar: suatu penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe belajar bersama di SDN LUB 1 Kota Banjarbaru. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan model medicine wheel melalui pendekatan lingkungan dan pembelajaran kooperatif tipe belajar bersama pada konsep sumber daya alam dan lingkungan dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar pada siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan ketuntasan klasikal siklus 2 pada tes awal sebesar 52%, dan pada hasil tes akhir diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 88% yang telah memenuhi salah satu persyaratan keberhasilan pembelajaran. Adanya peningkatan ketuntasan klasikal menjadi 88% yang diperoleh dari hasil tes akhir menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus 2 telah tuntas dan menunjukkan keberhasilan dari adanya peningkatan proses belajar siswa.

Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2008) dengan judul Keterlibatan Siswa Dalam Kelompok Pada Pembelajaran Matematika di SMP Dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together. Dari hasil penelitian diperoleh adanya perbedaan keterlibatan siswa dalam kelompok antara siswa yang cerdas dan yang kurang. Selain itu, terdapat pula perbedaan


(50)

keterlibatan dalam kelompok antara siswa yang aktif dan yang kurang, sehingga kerja kelompok lebih didominasi oleh individu yang lebih unggul. Oleh karena itu, perlu adanya pengawasan dari guru dalam atau ketika sedang menerapkan pembelajaran dengan metode ini.

C. Kerangka Berpikir

Minat merupakan salah satu faktor penting bagi siswa dalam mencapai prestasi. Minat merupakan pendorong yang kuat dan pencipta konsentrasi siswa untuk belajar. Minat yang diharapkan dapat berasal dari dalam diri sendiri ataupun berasal dari luar. Belajar berdasar minat membuat siswa lebih tekun mempelajari suatu hal, berusaha memecahkan masalah yang ada di dalamnya. Terciptanya minat dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu cara pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa adalah pembelajaran yang mendorong keaktifan siswa, merangsang stimulus belajar siswa, dan menuangkan pengetahuan yang dimiliki siswa, yaitu model CL metode learning together.

Hasil-hasil penelitian lain juga menunjukkan adanya pengaruh model Cooperative Learning (CL) metode Learning Together (LT) terhadap prestasi belajar siswa. Pada penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dengan model kooperatif metode learning together. Penelitian ini juga akan menggunakan metode yang sama, namun dengan menambah variabel, yaitu minat.


(51)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori penelitian yang relevan dan kerangka berfikir, maka dapat diajukan hipotesis tindakan bahwa model CL metode learning together dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar PKn siswa kelas IV semester II SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013.


(52)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Mulyasa (2008:155) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas dan meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran serta memberikan kesempatan pada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian dari Kemmis dan Tagart (Sukardi, 2003:214), yaitu:

Siklus I Siklus II

Gambar 3.1 Skema Model Penelitian Kemmis dan Tagart (Sukardi, 2003:214) Pelaksanaan

Tindakan Rencana

Tindakan

Refleksi

Observasi (pengumpulan data)

Observasi (pengumpulan data) Refleksi

Rencana Tindakan

Pelaksanaan Tindakan


(53)

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru, tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah minat dan prestasi belajar PKn dengan menggunakan metode learning together, khususnya pada materi lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap, selama 2 bulan dimulai bulan Januari dan berakhir pada bulan Februari 2013.

C. Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang harus dilakukan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan persiapan sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Meminta ijin untuk melakukan penelitian di kelas IV kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.


(54)

b. Melakukan wawancara dengan guru Pkn kelas IV SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.

c. Melakukan observasi kelas di kelas IV

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai minat dan prestasi belajar siswa yang berupa daftar nilai PKn serta mengamati kegiatan belajar mengajar dalam mata pelajaran PKn kelas IV SD Kanisius Kotabaru Yogyakarta.

d. Melakukan identifikasi masalah

Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah tentang minat dan prestasi belajar siswa pada materi lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat. Tahap pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi proses pembelajaran PKn siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran .

Hasil wawancara dengan guru PKn kelas IV seperti yang telah terpapar pada Bab I diperoleh informasi bahwa minat dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn adalah rendah. Berkait dengan hal di atas, peneliti merencanakan sebuah pembelajaran dengan menggunakan metode learning together pada mata pelajaran PKn siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru semester genap tahun pelajaran 2012/2013.


(55)

2. Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus

a. Siklus I

1) Perencanaan Tindakan

Dalam rencana tindakan siklus I ini ditentukan indikator dan tujuan belajar, kegiatan guru dan siswa, materi pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan (4 x 35 menit). Hasil dari observasi dan refleksi terhadap siswa pada siklus I dijadikan acuan dalam melakukan tindakan berikutnya. Adapun rencana pada siklus I meliputi:

a) Mengkaji Kompetensi Dasar dan materi pokok pembelajaran Tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan materi pokok pembelajaran yang telah ada dalam silabus dan ditemukan kompetensi dasar yang mengalami masalah adalah mengenal struktur pemerintahan pusat dengan materi lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat.

b) Mempersiapkan silabus

Silabus disusun dengan mengambil satu kompetensi dasar dari kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum kelas IV semester II yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Langkah selanjutnya adalah menyusun RPP. RPP dibuat dalam setiap siklus.


(56)

d) Menyusun alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan metode learning together

Alat yang akan digunakan untuk pembelajaran perlu disusun terlebih dahulu sebelum melaksanakan penelitian. Alat ini terdiri dari sumber dan media pembelajaran.

e) Menyiapkan instrumen penelitian

Langkah berikutnya dalam tahap persiapan adalah menyiapkan instrumen penelitian. Instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran

f) Membuat Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa digunakan untuk mendukung proses pembelajaran dengan metode learning together.

g) Membuat soal evaluasi siklus I

Soal evaluasi dibuat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan akan dilakukan selama dua kali pertemuan setiap siklusnya. Setiap pertemuan dilakukan berdasarkan RPP yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan tindakan.

3) Observasi

Selama pelaksanaan tindakan siklus, diadakan pengamatan atau observasi. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan yang disiapkan. Pada proses ini, pengamat akan melakukan hal-hal sebagai berikut:


(57)

a) Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

b) Mengobservasi kegiatan siswa dalam berkomunikasi atau bekerjasama dengan anggota kelompok

c) Melakukan penilaian hasil kerja kelompok dan individu

d) Melakukan pengumpulan data dan menghitung rata-rata dan presentase keberhasilan hasil belajar

4) Refleksi

Dalam tahap ini peneliti mengkaji ulang catatan lembar observasi dan hasil tes evaluasi siswa yang pertama. Hal ini untuk memahami data yang telah terkumpul dan dijadikan bahan untuk merevisi tindakan pada siklus I. Refleksi ini juga digunakan untuk melihat kelebihan dan kekurangan siklus I. Data-data itulah yang akan dipergunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya, mana yang perlu diperbaiki. Refleksi dilakukan setiap selesai tindakan. Hal yang perlu dilakukan dalam tahap refleksi antara lain:

a) Mencari hambatan dan kesulitan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.

b) Memperbaiki tindakan berdasarkan kesulitan dan hambatan atau kekurangan dan kelebihan yang ditemukan serta pengolahan nilai yang diperoleh siswa.

b. Siklus II

Berdasarkan hasil siklus I, peneliti menyusun rencana pelaksanaan siklus II dengan tujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar


(58)

siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan pada siklus I. Adapun kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini adalah:

1) Perencanaan Tindakan

Kegiatan tindakan siklus II yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode Learning Together.

RPP digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode learning together.

b) Membuat Lembar Kerja Siswa.

Lembar kerja siswa digunakan untuk mendukung proses pembelajaran dengan metode learning together.

c) Menyiapkan materi dan media pembelajaran. d) Membuat kisi-kisi dan soal evaluasi untuk siklus II.

Kisi-kisi dibuat berdasarkan materi yang diajarkan pada siklus II dan untuk soal evaluasi dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun. Soal evaluasi ini dibuat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran, apakah mengalami peningkatan atau sebaliknya.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilakukan selama dua kali pertemuan (4 x 35 menit). Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan RPP yang telah dipersiapkan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan pula pada tahap perencanaan tindakan.


(59)

3) Observasi

Selama pelaksanaan tindakan siklus, diadakan pengamatan atau observasi. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan yang disiapkan. Pada proses ini, pengamat akan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Mengobservasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

b) Mengobservasi kegiatan siswa dalam berkomunikasi atau bekerjasama dengan anggota kelompok

c) Melakukan penilaian hasil kerja kelompok dan individu

d) Melakukan pengumpulan data dan menghitung rata-rata dan presentase keberhasilan hasil belajar

4) Refleksi

Tahap refleksi digunakan peneliti untuk mengkaji ulang catatan lembar observasi dan hasil tes evaluasi siswa. Hal ini untuk memahami data yang telah terkumpul dan dijadikan bahan untuk merevisi tindakan pada siklus II. Refleksi ini juga digunakan untuk melihat kelebihan dan kekurangan siklus II. Data-data itulah yang akan dipergunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya apabila masih diperlukan. Refleksi dilakukan setiap selesai melakukan tindakan, namun diharapkan pada siklus II ini minat dan prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.


(60)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

Peubah Data Yang Diperlukan Instrumen

Minat Hasil perolehan skor kuesioner minat

Lembar kuesioner yang dibagikan pada siwa dengan menggunakan tingkatan (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) Prestasi Belajar

Data awal yang diperoleh dari ulangan harian Nilai siswa pada tes di akhir siklus

Lembar tes untuk siswa yang berupa soal pilihan ganda

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut :

1. Kisi-kisi Kuesioner Minat

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner

Indikator No. item positif

No. Item

negatif Total

a. Menunjukkan respon terhadap kegiatan belajar

2, 3, 34 6, 33 5

b. Memiliki antusias yang tinggi dalam belajar di kelas

1, 5, 8, 14,

22, 23 13, 26 8

c. Tekun menghadapi

tugas 10, 12, 28 9, 18 5

d. Selalu mengingat pelajaran dan

mempelajari kembali

19, 16, 25 4, 20 5

e. Perasaan hati setelah belajar

15, 17, 30,

24, 21 7, 27 7

f. Keinginan kuat untuk


(61)

2. Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I

Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator No. Soal

1. Mengenal sistem pemerinta han tingkat pusat 3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK.

3.1.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintaha pusat

1, 3, 4, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 31

3.1.2 Menentukan kedudukan atau letak tiap lembaga

pemerintahan pusat

2, 9, 15, 16, 17, 20, 24, 25, 27, 32, 34, 35 3.1.3 Membedakan

susunan lembaga pemerintahan negara sebelum dan sesudah amandemen

5, 10, 33

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Evaluasi Siklus II

Standar Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator No. Soal

3. Mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat 3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat, seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK.

3.1.4 Menyebutkan fungsi dari lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan pusat

1, 4, 5, 10, 14, 17, 20, 21, 23, 25, 26, 29 3.1.5 Menjelaskan

tugas setiap lembaga negara

2, 3, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 18, 19, 22, 24, 27, 28, 30

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara yang dipakai peneliti untuk mengumpulkan data adalah melalui tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda, dan kuesioner.


(62)

1. Tes

Tes tertulis dalam penelitian ini akan dilakukan pada tiap akhir siklus. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa mengalami perubahan (meningkat) atau tidak setelah diberi tindakan. Soal tes tertulis ini akan diujikan terlebih dahulu kepada siswa lain untuk mengetahui apakah soal tersebut valid dan reliabilitas atau tidak.

Tes tertulis yang dibuat terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Soal-soal disusun berdasarkan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang dikembangkan dengan rincian bobot untuk jawaban benar adalah satu (1) dan untuk jawaban salah adalah nol (0), sehingga skor maksimal yang dapat diperoleh siswa jika jawaban sempurna adalah 15.

2. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang melibatkan pancaindera, yang bersifat kongkret (Masidjo, 1995:58). Tujuan digunakannya pengamatan (observasi) adalah untuk memperoleh informasi mengenai kelakuan manusia seperti yang terjadi pada kenyataanya (Nasution, 2004:106), dan untuk melihat partisipasi siswa selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif metode learning together sekaligus digunakan sebagai acuan dalam melakukan refleksi dan mengetahui minat siswa. Pengamatan yang dilakukan peneliti dengan cara pengisian pada lembar pengamatan yang telah disiapkan.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu jenis instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui minat seseorang. Peneliti juga akan menggunakan


(63)

kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Penyusunan kuesioner menggunakan kalimat pernyataan positif dan kalimat pernyataan negatif. Kuesioner yang disusun akan menggunakan empat tingkatan jawaban yang terurai dalam pernyataan sangat setuju dengan skor 4, setuju dengan skor 3, tidak setuju dengan skor 2, dan untuk pernyataan sangat tidak setuju dengan skor 1.

F. Validitas Perangkat Pembelajaran

1. Validitas Perangkat Pembelajaran

Tabel 3.5 Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran

No. Perangkat

Pembelajaran Ahli

Hasil penilaian Rata-rata

1 Silabus Dosen PGSD USD 3,78

Kepala Sekolah SD Kanisius Kotabaru

3,67 Guru Mata Pelajaran PKn

Kelas IV

3,78

Rata-rata 3,74

2 RPP Dosen PGSD USD 3,76

Kepala Sekolah SD Kanisius Kotabaru

3,67 Guru Mata Pelajaran PKn

Kelas IV

3,71

Rata-rata 3,71

3 LKS Dosen PGSD USD 4

Kepala Sekolah SD Kanisius Kotabaru

3,75 Guru Mata Pelajaran PKn

Kelas IV

3,88

Rata-rata 3,87

4 Bahan Ajar Dosen PGSD USD 3,8

Kepala Sekolah SD Kanisius Kotabaru

3,8 Guru Mata Pelajaran PKn

Kelas IV

4


(64)

2. Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran

Tabel 3.6 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran

Rentang Skor Kriteria

4,2 – 5 Sangat baik

3,4 – 4,1 Baik

2,6 – 3,3 Cukup

1,8 – 2,5 Kurang baik 1 – 1,7 Kurang baik sekali 3. Hasil Validasi dan Kriterianya

Tabel 3.7 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

No. Perangkat Pembelajaran Hasil Kriteria

1 Silabus 3,74 Baik

2 RPP 3,71 Baik

3 LKS 3,87 Baik

4 Bahan Ajar 3,87 Baik

Rata-rata 3,79 Baik

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Menurut Masidjo (1995:242) validitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini akan menggunakan validitas konstruk dan validitas isi agar instrumen yang digunakan dapat tepat sesuai dengan apa yang akan diukur. Dalam validitas isi, instrumen dikonsultasikan dengan guru kelas dan dosen pembimbing sebagai orang yang berkompeten dalam masalah ini sehingga instrumen yang digunakan dapat tepat dan sesuai dengan apa yang diukur yaitu menurut standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.


(65)

1. Pengujian Validitas

Menurut Masidjo (1995:142) untuk mengukur koefisien validitas digunakan rumus korelasi Product-Moment dari Person, yaitu:

Gambar 3.2 Rumus Angka Kasar Korelasi Product-Moment Keterangan:

rxy : koefisien validitas

∑x : jumlah skor dalam sebaran x (item skor perbutir)

∑y : jumlah skor dalam sebaran y (item skor total)

∑xy : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan

∑x2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

∑y2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : jumlah siswa

Perhitungan korelasi dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 18. Peneliti hanya akan menggunakan item yang valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan syarat mutlak untuk menentukan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang lain (Nasution, 2004:77). Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara membagi butir perangkat tes hasil belajar menjadi dua belahan, selanjutnya mengkorelasikan skor total kedua belahan. Besarnya tingkat reliabilitas dinyatakan dengan menggunakan koefisien reliabilitas (rtt). Reliabilitas soal dalam penelitian


(66)

ini menggunakan teknik belah dua. Pembelahan dapat dilakukan dengan membelah butir dalam butir genap dan butir ganjil. Kemudian jumlah skor kedua belahan dikorelasikan. Korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Product-Moment (Masidjo, 1995:210), yaitu:

Gambar 3.3 Rumus Angka Kasar Product-Moment Keterangan:

rxy : koefisien validitas

∑x : jumlah skor dalam sebaran x (item skor perbutir)

∑y : jumlah skor dalam sebaran y (item skor total)

∑xy : jumlah hasil kali skor x dan skor y berpasangan

∑x2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x

∑y2

: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y N : banyaknya subyek

Penghitungan menggunakan Product-Moment baru menunjukkan taraf reliabilitas setengah tes karena hasil dari suatu tes dibagi menjadi dua, maka taraf reliabilitas satu tes akan diperoleh dengan menggunakan formula koreksi dari Spearman Brown yang merupakan koreksi dari koefisien korelasi Product-Moment. Dalam Masidjo (1995:219) rumus koefisien korelasi Spearman Brown adalah:

Gambar 3.4 Rumus Koefisien Korelasi rxy =


(1)

(2)

(3)

168 Lampiran 31


(4)

169 Lampiran 32


(5)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA MELALUI METODE

LEARNING TOGETHER

Anita Nugraheni Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode learning together dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa tentang sistem pemerintahan tingkat pusat bagi siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap penelitian diawali dengan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi (pengamatan), dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 32 siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan cara mengumpulkan hasil evaluasi dan pengamatan, mengubah skor menjadi nilai, mencari rata-rata dan persentase (%) ketuntasan siswa yang kemudian dibandingkan dengan keadaan pada kondisi awalnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode

learning together dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa tentang

sistem pemerintahan tingkat pusat bagi siswa kelas IV SD Kanisius Kotabaru tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan rata-rata dan persentase ketuntasan siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II, serta peningkatan rata-rata minat siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir. Pada kondisi awal, diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 70 dan pada siklus I, nilai rata-rata siswa mencapai 74 yang kemudian meningkat menjadi 82 pada siklus II, sedangkan untuk persentase ketuntasan belajar siswa meningkat dari 46,7% pada kondisi awal menjadi 68,7% pada siklus I yang kemudian meningkat menjadi 87,5% pada siklus II. Peningkatan minat ditunjukkan dengan rata-rata minat siswa yang meningkat dari 34,25 pada kondisi awal menjadi 51,38 pada kondisi akhir. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 12 dan persentase ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 40,8%, sedangkan rata-rata minat siswa meningkat sebesar 17,13.


(6)

ix

ABSTRACT

IMPROVING STUDENT’S INTEREST AND ACHIEVEMENT

IN CIVICS AT FOURTH-GRADES OF SD KANISIUS KOTABARU YOGYAKARTA THROUGH LEARNING TOGETHER METHOD

Anita Nugraheni Universitas Sanata Dharma

2013

The purpose of this education to identified whether learning together method could improved the students' interest and achievement of the central government system for fourth grade students Kanisius Kotabaru in academic year 2012/2013. This research was a classroom action research conducted in two cycles. The results are started with a preparation phase and implementation phase of the cycle of planning, action, observation, and reflection. The research subjects was fourth grade students of Kanisius Kotabaru in academic year 2012/2013 to consists of 32 students. The technique to analize the data were used by collecting the students evaluation and observation, changing the score into value, finding the average and percentage (%) of students completeness are then compared with the first conditions.

The results of the research showed that learning together method can improved the students' interest and achievement in learning of central government system for fourth grade students Kanisius Kotabaru in academic year 2012/2013. This was indicated can be showed from the average and percentage of students completeness of first conditions, cycle I and cycle II, as well as an increase in the average interest students from the first conditions to the final conditions. At the first conditions, be seen that the students a average was 70 and at the cycle I, the students average was 74 then it increased became 82 at the cycle II, whereas the percentage of mastery learning for students increased from 46,7% in the first conditions became 68.7% in the cycle I then it increased became 87.5% at the cycle II. The interest students average improved was 34.25 at first conditions and 51.38 at the end of the condition. From these data it could be seen that the student average increased was 12 and the percentage of student mastery increased was18.8%, whereas the average student interest increased was 17.13.