dan wakil presiden yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilu presiden putaran pertama yang dicalonkan di Pemilu presiden putaran kedua 2004, yaitu:
1. Hj. Megawati Soekarnoputri
dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi
dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,
2. H. Susilo Bambang Yudhoyono
dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla
dicalonkan oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
2.1.2.4 Hasil Pemilu Presiden Putaran Kedua 2004
Hasil Pemilu presiden putaran kedua telah selesai dihitung dan telah diumumkan oleh KPU pada tanggal 4 Oktober 2004 melalui Keputusan KPU
nomor 98SKKPU2004[8]. Berikut ini adalah hasil perhitungannya:
Tabel IV.
Tabel hasil perolehan suara masing-masing pasangan calon
Nomor Urut Nama Pasangan
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden
Jumlah Suara Persentase
2. Hj. Megawati
Soekarnoputri KH. Ahmad Hasyim
Muzadi 44.990.704
39,38
4. H. Susilo Bambang
Yudhoyono Drs. H. Muhammad
Jusuf Kalla
69.266.350 60,62
JUMLAH SUARA SAH
114.257.054 100,00
Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiDaftar_partai_politik_Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan jumlah pemilih yang suaranya sah dengan jumlah pemilih yang suaranya tidak sah:
Tabel V.
Tabel perbandingan jumlah suara sah dengan suara tidak sah
Pemilih Jumlah
Persentase Suara Sah
114.257.054 97,94
Suara Tidak Sah 2.405.651
2,06 TOTAL
PEMILIH 116.662.705
100,00
Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiDaftar_partai_politik_Indonesia
Perbandingan jumlah pemilih termasuk suara tidak sah dengan jumlah orang yang tidak menggunakan hak pilihnya golput:
Tabel VI.
Tabel perbandingan jumlah suara sah dengan yang tidak memilih
Jenis Jumlah
Persentase Memilih
116.662.705 77,44
Golput 33.981.479
22,56 GRAND
TOTAL 150.644.184
100,00
Sumber: http:id.wikipedia.orgwikiDaftar_partai_politik_Indonesia
Dari hasil pemilu presiden putaran pertama di atas, dapat dicermati banyaknya jumlah suara yang tidak sah kurang lebih sama apabila dibandingkan
dengan pemilu legislatif yang lalu, sebesar 10 juta suara, yaitu sejumlah hanya 2
Universitas Sumatera Utara
juta suara saja 2,06 dari total jumlah pemilih, yaitu sebanyak 116.662.705 pemilih.
Selain itu, dapat dicermati juga makin banyaknya calon pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya golput, yaitu sebanyak 34 juta calon pemilih
22,56 dari total jumlah calon pemilih, yaitu sebanyak 150 juta penduduk.
Selain hal tersebut di atas, dapat dicermati juga penurunan jumlah calon pemilih yang berakibat turunnya jumlah pemilih pemilih turun sekitar 6 juta,
sementara calon pemilih turun sekitar 3 juta.
Sesuai dengan hasil pemilu presiden putaran kedua di atas, maka pasangan calon pemenang Pemilu, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, akan
menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI. Pelantikannya sendiri telah diadakan pada tanggal 20 Oktober 2004 oleh MPR, dalam acara pelantikan yang - untuk
pertama kalinya - dihadiri pemimpin-pemimpin negara sahabat, yaitu: PM Australia John Howard, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Malaysia Abdullah
Ahmad Badawi, PM Timor Timur Mari Alkatiri, dan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah serta 5 utusan-utusan negara lainnya. Dalam sebuah langkah yang
kontroversial, presiden sebelumnya, Megawati Soekarnoputri menolak menghadiri acara pelantikan tersebut. Pada malam hari yang sama, sekitar pukul
23.50 WIB, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan anggota kabinet yang baru, yaitu Kabinet Indonesia Bersatu.
http:id.wikipedia.orgwikiDaftar_partai_politik_Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai sebuah Negara yang demokratis, maka Indonesia telah sukses dalam melaksanakan pemilihan Umum Tahun 2004 dengan sangat demokratis dan
telah menghasilkan pemimpin yang memang merupakan pilihan dari rakyat Indonesia. Akan tetapi dibalik itu semua tentu masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan yang harus terus diperbaiki untuk pelaksanaan Pepmilihan Umum kedepannya.
Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004 tentunya merupakan suatu pesta demokrasi dan pentas politik yang tidak akan terlepas dari kondisi politik yang
menyertai perjalanan Pemilihan Umum tersebut. Kondisi Politik inilah yang kemudian menjadikan suatu gambaran bagaimana Pemilihan Umum tersebut akan
berlangsung dan hasil dari Pemilihan Umum itu sendiri. Kondisi politik yang terjadi didalam suatu Negara merupakan suatu cerminan dari bagaimana
kemudian Negara tersebut melaksanakan sebuah atau serangkaian kegiatan politik. Pemilihan Umum yang merupakan suatu kegiatan politik yang kemudian
mutlak terjadi pada sistem politik apapun dewasa ini tidak terlepas dari bagaimana sebenarnya kondisi politik yang terjadi dari Negara yang melakukan pemilihan
umum tersebut. Dalam bab ini penulis ingin mencoba untuk melihat lebih jauh tentang bagaimana sebenarnya kondisi politik Negara Indonesia sebelum
pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2004.
2.2. Kondisi Politik Indonesia Pra Pemilihan Umum Tahun 2004 2.2.1 Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004
Semangat reformasi yang masih sangat besar pada sebagian besar elemen masyarakat Indonesia untuk menuju perubahan kearah yang lebih baik telah
Universitas Sumatera Utara
memberikan sambutan yang sangat besar terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum tahun 2004. Setelah Pemilihan Umum tahun 1999 yang dianggap sebagai langkah
awal dalam memasuki era baru bangsa ini, maka pada Pemilihan Umum tahun 2004 ini dijadikan sebagai langkah pematangan dalam menuju konsep Negara
yang lebih demokratis dan bertujuan untuk kemakmuran masyarakat banyak Gairah politik yang begitu besar dalam pelaksanaan Pemilihan umum
tahun 2004 ini kemudian melahirkan Partai-partai politik baru yang kesemuanya memiliki tujuan ideal yang sama yaitu melanjutkan agenda reforamasi menuju
perubahan Indonesia yang lebih baik. Maraknya Partai politik baru ini tentunya juga mempengaruhi kondisi politik yang terjadi menjelang Pemilihan Umum
tersebut. Akan tetapi munculnya partai-partai politik baru ini juga dinilai tidak ada kontribusi positifnya untuk perbaikan nasib masyarakat bagi beberapa kalangan.
Belum bisa berbeda secara substansial dengan partai politik yang telah mapan sebelumnya. Menurut Syamsuldin Haris, kesan kemunculannya tersebut hanya
mengejar target Pemilu 2004, yakni mendapatkan wakil di legislatif DPRMPR. Kompas, 25 September 2002.
Lebih lanjut dikatakan oleh Haris bahwa kehadiran partai-partai politik baru hanya akan menambah kekecewaan
masyarakat, yang telah berulang kali dikibuli oleh partai politik. Partai politik hanya pandai bersilat lidah dan memainkan jargon pada saat pemilu, tetapi pasca
pemilu rakyat pemilih ditinggalkan begitu saja. Dengan kondisi seperti ini, kemunculan partai politik baru hanya akan menambah jumlah golonga putih
Golput, dan tidak signifikan dengan perubahan peta politik nasional pasca Pemilu 1999.
Universitas Sumatera Utara
Dengan memperhatikan pendapat pengamat politik LIPI di atas, partai- partai baru hadir tampaknya tidak untuk menjawab problem masyarakat luas yang
tengah sengsara. Partai politik baru tampak masih belum beranjak pada jargon kosmopolitan, yang bersifat menengah ke atas, seperti keterwakilan antara laki-
laki dan perempuan dalam legislatif, transparansi anggaran, gender, budget, dan demokrasi.Seluruh tema yang diangkat baru merupakan tema-tema elite
sehingga tidak menyentuh langsung problem masyarakat kelas bawah yang jumlahnya lebih banyak, sekalipun kelompok inilah yang akan dijadikan sasaran
tembak perolehan suara dalam Pemilihan Umum tersebut. Akan tetapi walupun terjadi perbedaan pendapat yang cukup tajam dalam
melihat Partai-Partai Politik yang menjadi peserta pemilihan umum tersebut merupakan sebauh dinamika politik yang sama-sama bertujuan untuk mencapai
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Selanjutnya akan kita lihat Partai-Partai Politik yang menjadi kontestan dalam pemilihan umum tahun 2004,
yang tentunya telah melewati persyaratan administrasi maupun verivikasi dari lembaga yang berwenang.
Partai-partai Politik yang menjadi peserta dalam pemilihan umu tahun 2004 adalah:
1. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme PNI Marhaenisme