disahkan oleh Presiden 6.
Jumlah Anggota KPU 11 orang
7. Masa kerja KPU 5
tahun 8.
KPU memiliki 10 Biro Dipertuan Agong
setelah berunding dengan Majelis
Raja-Raja.
6. Jumlah anggota SPR
7 orang 7.
Masa kerja SPR dibatasi hingga umur
65 tahun
8. SPR memiliki 3 Biro
Diolah Dari Berbagai Sumber
3.1. Sistem Kepartaian
Sistem partai politik terbagi menjadi tiga bagian yang antara lain adalah : 1.
Sistem partai tunggal. Istilah ini dipakai untuk partai yang benar-benar merupkan satu-satunya partai yang mempunyai kedudukan dominan dalam
suatu negara, maupun untuk partai yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya. Suasana kepartaian dinamakan non
competitive oleh karena partai-partai yang ada harus menerima piimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan bersaing secara merdeka
melawan partai tersebut. Kecenderungan untuk mengambil pola sistem partai tunggal disebabkan karena di negara-negara baru, pimpinan sering
dihadapkan dengan masalah bagaimana mengintegrasikan pelbagai golongan, daerah serta suku bangsa yang berbeda corak sosial dan
pandangan hidupnya. Dikhawatirkan bahwa bila keaneka ragaman sosial budaya ini dibiarkan,l besar kemungkinan akan terjadi gejolak sosial-sosial
politikyang akan menghambat usaha-usaha pembangunan. Pito dan Elfriza, 2005:563-564.
2. Sistem Dwi Partai. Dalam sistem ini partai-partai dengan jelas dibagi
dalam partai yang berkuasa karena menang dalam pemilihan umum dan
Universitas Sumatera Utara
partai yang oposisi karena kalah dalam pemilihan umum. Dengan demikian jelaslah dimana letaknya tanggung jawab mengenai pelaksanaan
fungsi-fungsi dalam sistem ini, partai yang kalah berperan sebagai pengecam utama tapi yang setia loyal opposition terhadap kebijaksanaan
partai yang duduk didalam pemerintahan, dengan pengertian bahwa peranan ini sewaktu-waktu dapat bertuka tangan. Dalam persaingan
memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk merebut dukungan orang-orang yang ada ditengah dua partai dan yang sering
dinamakan pemilih terapung floating vote. Pito dan Elfriza, 2005:563- 564.
3. Sistem Multi Partai. Umumnya dianggap bahwa keaneka ragaman dalam
komposisi masyarakat menjurus ke berkembangnya sistem multi partai. Dimana perbedaan ras, agama atau suku bangsa adalah kuat, golongan-
golongan masyarakat lebih cenderung untuk menyalurkan ikatan-ikatan primordialisme tadi dalam satu wadah saja. Dianggap bahwa multi partai
lebih mencerminkan keaneka ragaman budaya dan politik daripada pola dwi partai.sistem multipartai, apalagi kalau digandengkan dengan sistem
pemerintahan parlementer, mumpunyai kecendrungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada bagan legislatif sehingga peranan badan
eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini disebabkan karena tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu pemerintahan sendiri,
sehingga terpaksa membentuk dengan partai-partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang berkoalisi harus selalu mengadakan musyawarah
dan kompromi dengan partai-partai lainnya dan menghadapi kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
sewaktu-waktu dukunagn dari parati koalisi lainnya dapat ditarik kembali. Dilain pihak partai-parati oposisi pun kurang emaminkan peranan yang
jelas oleh karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan koalisi baru. Hal-hal semacam ini
menyebabkan sering terjadinya siasat yang berubah menurut kegentingan situasi yang dihadapi setiap partai. Dalam sistem semacam ini maslah
dimana letaknya tanggungjawab kurang jelas Pito dan Elfriza, 2005:563- 564.
3.2. Sistem Kepartaian Indonesia Pada Pemilihan Umum Tahun 2004