Pemilihan Umum Indonesia dengan Pemilihan Umum Malaysia : Studi Kasus Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004 dengan Pemilihan Umum Malaysia
Tahun 2004”.
1.2. Perumusan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan dengan terarah dan tepat sasaran, maka permasalahan harus dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan judul penelitian
di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Perbandingan Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004 dengan Pemilihan Umum
Malaysia Tahun 2004”.
1.3. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu melebar dan mengaburkan penelitian, maka penulis membuat pembatasan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Penelitian ini bersifat perbandingan yang membandingkan dua objek
yaitu Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004 dengan Pemilihan Umum Malaysia Tahun 2004, dan kemudian ditarik kesimpulan.
2. Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004 yang dimaksud adalah
Pemilihan Umum Anggota Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Pusat dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
3. Pemilihan Umum Malaysia Tahun 2004 yang dimaksud di sini adalah
Pemilihan Umum Anggota Parlemen Nasional Malaysia. 4.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2008.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan elemen-elemen dan variabel-variabel di dalam Pemilihan
Umum Indonesia Tahun 2004. 2.
Menjelaskan elemen-elemen dan variabel-variabel di dalam Pemilihan Umum Malaysia Tahun 2004.
3. Menemukan dan menjelaskan persamaan-persamaanperbedaan-
perbedaan Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004 dengan Pemilihan Umum Malaysia Tahun 2004 didalam menghasilkan Pemimpin
Nasional maupun Dewan Perwakilan Rakyat Parlemen Indonesia dan Malaysia
1.4.2. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan
kemampuan berfikir secara akademis dan ilmiah dalam memandang pemilihan umum sebagai suatu elemen yang sangat penting dalam
demokrasi dan sistem politik suatu negara. 2.
Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang politik, dan khususnya mengenai masalah pemilihan umum.
3. Sebagai literatur yang baru bagi daftar bagi kepustakaan untuk yang
tertarik dan konsentrasi dengan bidang dan permasalahan yang serupa.
1.5. Kerangka Teori
Di dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, maka kerangka teori merupakan bagian yang sangat penting, karena di dalam kerangka teori akan
dimuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan permasalahan yang sedang
Universitas Sumatera Utara
diteliti. Kerangka teori ini kemudian akan digunakan sebagai landasan berpikir atau titik tolak dalam penelitian. Oleh karena itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Nawawi,1995:39-40.
Teori merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis atau
dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang
diamati.Boleong,2002:34-35. Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori yang akan digunakan dalam
penelitian ini :
1.5.1. Perbandingan
Pendekatan perbandingan dalam studi ilmu politik sudah setua ilmu politik itu sendiri. Selama berabad-abad telah banyak perbandingan sistem politik yang
dilakukan oleh pada teoritisi dunia, termasuk membandingkan antara negara dan negara, monarkioligarki dengan demokrasi, pemerintahan konstitusional dengan
tirani dan sebagainya. Mas’oed,1978:21. Definisi sederhana dari perbandingan adalah suatu kegiatan untuk
mengadakan identifikasi persamaanperbedaan antara dua gejala tertentu atau lebih. Soekanto,1979:10. Walaupun sederhana, akan tetapi dalam implementasi
sebuah analisis ataupun studi perbandingan, definisi ini tetap menjadi acuan dalam perbandingan dua gejala tertentu atau lebih. Lebih lanjut Lijphart mengemukakan
bahwa metode komparatif Comparative Method atau perbandingan lebih ditekankan kepada suatu metode penemuan hubungan empiris antara berbagai
Universitas Sumatera Utara
variabel, dan metode ini bukan merupakan metode pengukuran. Karena metode komparatif bukan merupakan metode pengukuran, maka metode komparatif
melibatkan analisis kualitatif, bukan kuantitatif. Chillcote,2003:30. Dalam studi Perbandingan Politik terdapat tiga pendekatan yang dapat
dilakukan, dan telah sering digunakan dalam telaah komparatif. Adapun ketiga pendekatan tersebut adalah :
1. Pendekatan Tradisional Traditional Approach.
Secara historis pendekatan ini menghubungkan fakta dan nilai dalam studi politik perbandingan. Selama awal abad ke-20, meski demilkian orientasinya
bergeser pada studi institusi-institusi negara-negara individual. Secara intrinsik, pendekatan tradisional menjadi nonkomparatif, deskriptif, sempit dan
statisMacridis, 1955. Pendekatan ini cenderung menggambarkan institusi- institusi politik tanpa mencoba untuk memperbandingkannya, bukannya
mengidentifikasi tipe-tipenya, misalnya institusi parlementer terhadap institusi presidensilChillcote, 2003:78.
2. Pendekatan Perilaku Behavioral Approach.
Pendekatan ini meruipakan sebuah reaksi terhadap spekulasi teori yang memberikan uraian penjelasan, kesimpulan dan penilaian berdasarkan norma-
norma atau aturan-aturan dan standar-stnadar kekuasaan maupun etnosentrisme, formalisme, dan deskripsi barat yang menjadi karakterisrik pendekatan tradisional
kontemporerChillcote, 2003:78. Sebuah laporan Asosiasi Ilmu Politik Amerika American Poitical Science Association tahun 1944 mengkritik bidang
perbandingan Ilmu Politik sebagai bersifat sempit dalam melaklukan analisis deskriptif menyangkut institusi-institusi luar negeri dan memaksakan suatu
Universitas Sumatera Utara
campuran metoda dan disain untuk mencapai suatu ilmu rekayasa sosial “total”. Sebuah laporan lain dalam satu dekade berikutnya menyerukan suatu pendekatan
empiris yang sistematis termasuk perluasan skema-skema yang bersifat klasifikasi, konseptualisasi pada beragam tingkat abstraksi, penyusunan hipotesis,
dan pengujian hipotesis melalui data empirisMacridis dan Cox, 1953. Laporan- laporan ini menjadi basis pendekatan behavioral dalam studi politik yang
mendampingi kebanyakan riset bidang perbandingan politik yang berkembang pesat selama tahun 1950-an dan 1960-an.
Tujuan dari penelitian dengan menggunakan pendekatan behavioral adalah untuk menjelaskan mengapa orang secara politik bertindak sebagaimana yang ia
lakukan, dan mengapa, sebagai hasilnya, proses-proses dan sistem-sistem politik berfungsi sebagaimana yang berlakuEulau, 1963.
Kecenderungan riset behavioral dalam politik telah menuju pada pembentukan model-model yang konsisten secara logika, dimana “kebenaran”
diturunkan secara deduktif. Bayang-bayang kenyataan empiris menggerogoti teori murni model-model politik formal tertentu, dan kelompok behavioralis biasanya
mencari beberapa campuran pengalaman dan teori, sambil berupaya memadukan studi politik dengan kecermatan disiplin ilmiah yang menjadi model dari metode-
metode ilmu alam. Chillcote,2003:80 Dalam upaya untuk membedakan antara penelaahan model-model
behavioral dan tradisional, telah diidentifikasi adanya doktrin utama “kredo behavioral”. Doktrin-doktrin tersebut adalah:
a Keteraturan atau keragaman perilaku politik, yang dapat
diungkapkan dalam generalisasi atau teori.
Universitas Sumatera Utara
b Verifikasi atau pengujian validitas generalisasi atau teori tersebut.
c Teknik-teknik pencarian atau interpretasi data.
d Kuantifikasi dan pengukuran dalam rekaman data.
e Nilai-nilai yang membedakan antara dalil-dalil yang berhubungan
dengan evaluasi etis yang berkaitan dengan penjelasan empiris f
Sistematisasi riset g
Ilmu murni atau pencarian pemahaman dan penjelasan perilaku sebelum menggunakan pengetahuan sebagai solusi permasalahan
sosial. h
Integrasi riset politik dengan riset-riset ilmu sosial lannya. Chillcote,2003:80
3. Pendekatan Pasca Behavioral Pendekatan ini berorientasi ke masa depan menuju “relevansi” dan
“tindakan”. Kredo pasca behavioral terdiri dari sejumlah doktrin, yaitu: a.
Substansi mendahului teknik, sehingga permasalahan sosial yang mendesak menjadi lebih penting daripada peralatan investigasi.
b. Behavioralisme sendiri secara ideologi bersifat konservatif dan
terbatas pada abstraksi, bukannya kenyataan saat-saat krisis. c.
Ilmu tidak dapat bersifat netral ketika dilakukan evaluasi. Fakta tidak dapat dipisahkan dari nilai, dan alasan-alasan nilai harus
dikaitkan dengan pengetahuan. d.
Kaum intelektual harus mengemban tanggung jawab masyarakat mereka, mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dalam
peradaban, dan tidak semata-mata menjadi sekelompok teknisi
Universitas Sumatera Utara
yang terisolasi dan terlindungi dari isu-isu dan permasalahan yang mengkopi pekerjaan mereka.
e. Para intelektual harus menerapkan pengetahuan dan terlibat dalam
pembentukan ulang masyarakat. f.
Para intelektual harus memasuki kancah perjuangan mutakhir dan berpartisipasi dalam politisasi institusi-institusi profesi dan
akademis. Chillcote,2003:80 Beberapa definisi tentang perbandingan seperti yang diuraikan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan adalah kegiatan yang bersifat mengidentifikasi persamaanperbedaan antara dua objek atau lebih.
1.5.1.1. Teknik Perbandingan
Defenisi sederhana dari perbandingan adalah suatu kegiatan untuk mengadakan identifikasi persamaan atau perbedaan antara dua gejala tertentu
atau lebih. Agar proses perbandingan dalam penelitian ini bersifat sistematis, maka penulis merujuk pada konsepsi dari Samuel Beer, Adam Ulam serta Roy
Macridis yang merumuskan tahapan-tahapan telaah komparatif atau tahapan- tahapan perbandingan, tahapan-tahapan deskriptif, klasifikasi, penjelasan serta
konfirmasinya meliputi, pertama, tahapan pengumpulan dan pemaparan deskripsi fakta yang dilakukan berdasarkan skema atau tata cara
penggolongan klasifikasi tertentu. Tahapan kedua yaitu, berbagai kesamaan dan perbedaan dikenali dan dijelaskan . Tahapan ketiga yaitu, hipotesa-
hipotesa sementara tentang saling keterkaitan dalam proses politiknya diformulasikan. Tahapan keempat yaitu, hipotesa-hipotesa tersebut
diverifikasi diuji dan diperiksa melalui observasi empiris atau pengamatan
Universitas Sumatera Utara
lapangan secara cermat. Sedangkan tahapan kelima ialah temuan-temuan yang didapat dipertanggung jawabkan harus ditetapkan Chillcote, 2003:21
1.5.2. Pemilihan Umum 1.5.2.1. Pengertian Pemilihan Umum
Di dalam studi politik, pemilihan umum dapat dikatakan sebagai sebuah aktivitas politik dimana pemilihan umum merupakan lembaga sekaligus juga
praktis politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan. Haris,1998:7.
Seperti yang telah dituliskan di atas bahwa di dalam negara demokrasi, maka pemilihan umum merupakan salah satu unsur yang sangat vital, karena salah
satu parameter mengukur demokratis tidaknya suatu negara adalah dari bagaimana perjalanan pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara tersebut. Demokrasi
adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat. Sorensen,2003:1. Implementasi dari pemerintahan oleh rakyat tersebut adalah dengan
memilih wakil rakyat atau pemimpin nasional melalui mekanisme yang dinamakan dengan pemilihan umum. Jadi pemilihan umum adalah satu cara untuk
memilih wakil rakyat Mashudi,1993:2. Sebagai suatu bentuk implementasi dari demokrasi, pemilihan umum
selanjutnya berfungsi sebagai wadah yang menyaring calon-calon wakil rakyat ataupun pemimpin negara yang memang benar-benar memiliki kapasitas dan
kapabilitas untuk dapat mengatasnamakan rakyat. Selain daripada sebagai suatu wadah yang menyaring wakil rakyat ataupun pemimpin nasional, pemilihan
umum juga terkait dengan prinsip negara hukum Reichstaat, karena melalui pemilihan umum rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang berhak menciptakan
Universitas Sumatera Utara
produk hukum dan melakukan pengawasan atau pelaksanaan kehendak-kehendak rakyat yang digariskan oleh wakil-wakil rakyat tersebut. Dengan adanya
pemilihan umum, maka hak asasi rakyat dapat disalurkan, demikian juga halnya dengan hak untuk sama di depan hukum dan pemerintahan. Mahfud,1999:221-
222. Pemilihan umum ternyata telah menjadi suatu jembatan dalam
menentukan bagaimana pemerintahan dapat dibentuk secara demokratis. Rakyat menjadi penentu dalam memilih pemimpin maupun wakilnya yang kemudian
akan mengarahkan perjalanan bangsa. Pemilihan umum menjadi seperti transmision of belt, sehingga kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat berubah
menjadi kekuasaan negara yang kemudian menjelma dalam bentuk wewenang- wewenang pemerintah untuk memerintah dan mengatur rakyat. Dalam sistem
politik, pemilihan umum bermakna sebagai saran penghubung antara infrastruktur politik dengan suprastruktur politik, sehingga memungkinkan terciptanya
pemerintahan dari oleh dan untuk rakyat. Mashudi,1993:23.
1.5.2.2. Fungsi Pemilihan Umum.
Sebagai sebuah aktivitas politik, pemilihan umum pastinya memiliki fungsi-fungsi yang saling berkaitan atau interdependensi. Adapun fungsi-fungsi
dari pemilihan umum itu sendiri adalah : a.
Sebagai sarana legitimasi politik Fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan
sistem politik. Melalui pemilihan umum, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula program dan kebijakan yang dihasilannya. Dengan
begitu, pemerintah berdasarkan hukum yang disepakati bersama tak hanya
Universitas Sumatera Utara
memiliki otoritas untuk berkuasa, melainkan juga memberikan sanksi berupa hukuman dan ganjaran bagi siapapun yang melanggarnya. Menurut Ginsberg,
fungsi legitimasi politik ini merupakan konsekuensi logis dari pemilihan umum. Paling tidak ada tiga alasan kenapa pemilihan umum dapat menjadi suatu
legitimasi politik bagi pemerintahan yang berkuasa. Pertama, melalui pemilihan umum, pemerintah sebenarnya bisa meyakinkan atau setidaknya memperbaharui
kesepakatan-kesepakatan politik dengan rakyat. Kedua, melalui pemilihan umum pemerintahan dapat pula mempengaruhi perilaku rakyat atau warga negara. Dan
ketiga, dalam dunia modern para penguasa dituntut untuk mengadakan kesepakatan dari rakyat ketimbang pemaksaan coercion untuk mempertahankan
legitimasinya. Gramsci 1971 menunjukkan bahwa kesepakatan Consent yang diperoleh melalui hegemoni oleh penguasa ternyata lebih efektif dan bertahan
lama sebagai sarana kontrol dan pelestarian legtimasi dari otoritasnya ketimbang pengguanaan kekerasan dan dominasi.
b. Fungsi Perwakilan Politik.
Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat, baik untuk mengevaluasi maupun mengontrol perilaku pemerintahan dan program serta
kebijakan yang dihasilkannya. Pemilihan umum dalam kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakil yang dapat
dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahan. c.
Pemilihan Umum Sebagai Mekanisme Bagi Pergantian atau Sirkulasi Elit Penguasa.
Keterkaitan pemilihan umum dengan sirkulasi elit didasarkan pada asumsi bahwa elit berasal dari dan bertugas mewakili masyarakat luas atau rakyat.
Universitas Sumatera Utara
Secara teoritis, hubungan pemilihan umum dengan sirkulasi elit dapat dijelaskan dengan melihat proses mobilitas kaum elit atau non elit yang menggunakan jalur
institusi politik, dan organisasi kemasyarakatan untuk menjadi anggota elit tingkat nasiol, yakni sebagai anggota kabinet dan jabatan yang setara. Dalam kaitan itu,
pemilihan umum merupakan saran dan jalur langsung untuk mencapai posisi elit penguasa. Dengan begitu maka melalui pemilihan umum diharapkan bisa
berlangsung pergantian atau sirkulasi elit penguasa secara kompetitif dan demokratis.
d. Sebagai Sarana Pendidikan Politik Bagi Rakyat
Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka dan massal, yang diharapkan bisa
mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang demokrasi. Haris,1998:7-10.
1.5.2.3. Elemen Sistem Pemilihan Umum
Didalam ilmu politik dikenal berbagai macam sistem pemilihan umum. Sistem pemilihan umum merupakan serangkaian peraturan dimana suara dari para
pemilih diterjemahkan menjadi kursi. http:www.geocities.combenjuinotmartikelsistem_pemiluindex.html
Sistem pemilihan umum yang umumnya dikenal dalam ilmu politik adalah a.
Single Member Costituency suatu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut sistem distrik.
Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis yang
disebut dengan distrik mempunyai satu wakil dalam dewan
Universitas Sumatera Utara
perwakilan rakyat. Untuk itu negara dibagi kedalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan perwakilan rakyat
ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang dalam satu distrik memperoleh suara yang terbanyak akan menang, sedangkan suara-
suara yang ditujukan kepada calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecilnya selisih
kekalahannya.Budiardjo,1992:177. Dikenal ada dua macam distrik dalam sistem pemilihan umum,
yaitu : 1.
Seluruh Negara menjadi satu distrik 2.
Daerah Negara dibagi kedalam beberapa distrik. Didalam sistem satu distrik, daftar calon-calon dijadikan satu saja
untuk seluruh daerah negara, dan sedikit kemungkinan suara yang terbuang percuma. Dalam sistem banyak distrik maka tiap-tiap satu
distrik menetapkan calon-calonnya sendiri dan hanya dipilih oleh pemilih dari distrik itu saja. Dalam sistem ini bisa saja terjadi
banyak suara yang terbuang percuma. Kansil,1986:17-18. Sistem Distrik ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu :
1. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat
dikenal oleh penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik tersebut dapat terjalin lebih erat.
Kedudukan wakil tersebut akan lebih bebas terhadap partainya, karena pemilihan ini faktor personalitas dan
Universitas Sumatera Utara
kepribadian seseorang sangat penting Budiardjo,1992:178.
2. Sistem ini lebih mendorong kepada integrasi partai-partai
politik, karena kursi yang diperebutkan dalam distrik pemilihan hanya satu. Partai partai politik akan mencoba
untuk mengesampingkan perbedaan. Disamping itu juga dalam hal kecenderungan untuk membentk partai-partai
baru akan menurun atau dibendung, dan dapat dilakukan pentederhanaan partai politik tanpa paksaan.
Budiardjo,1992:178. 3.
Pelaksanaan sistem distrik ini sederhana dan mudah dilakukan. Disamping itu juga biaya yang dibutuhkan
dalam pelaksanaannya relatif murah. Hermawan,2001:78. 4.
Parlemen hasil pemilihan umum sistem distrik ini akan lebih efektif dan bertaggung jawab terhadap pemilihnya.
Dan sistem distrik ini juga lebih mampu menciptakan pemerintahan yang efektif dan bertanggung
jawab.Dhuroradin,2004:91 Sistem distrik di samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga
memiliki kelemahan-kelemahan. Adapaun kelemahan-kelemahan dari sistem ini adalah:
1. Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai
kecil dan golongan minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar kedalam beberapa distrik. Budiardjo,1992: 177.
Universitas Sumatera Utara
2. Sistem ini kurang representatif, dalam arti bakal calon yang
kalah dalam suatu distrik, kehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah
suara yang tidak diperhitungkan sama sekali ; kalau ada beberapa partai yang mengadu kekuatan, maka jumlah
suara yang hilang dapat mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil bagi golongan-golongan yang
dirugikan.Budiardjo,1992: 177. 3.
Terjadinya fenomena over representation dan under representation yang adanya ketidakseimbangan antara
jumlah suara yang diperoleh dan jumlah kursi yang diperoleh partai-partai politik pada tingkat nasional. Over
representation adalah dimana partai politik tertentu dapat memperoleh kursi yang lebih banyak daripada partai lain
yang sebenarnya suaranya lebih banyak, sehingga partai tersebut dipandang memperoleh berkah over
representation, sebaliknya partai politik yang suaranya lebih banyak, tapi jumlah kursinya pada tingkat nasional
lebih sedikit disebut menderita under representation.Hermawan,2001:224-225.
b. Multy Member Constituency Satu daerah pemilihan memilih beberapa
wakil; biasanya dinamakan proportional representation atau sistem perwakilan berimbang.
Universitas Sumatera Utara
Sistem ini dimaksudkan untuk menghilangkan beberapa kelemahan yang ada pada sistem distrik. Gagasan pokoknya adalah
bahwa jumlah kursi yang diperoleh oleh suatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperolehnya. Untuk
keperluan ini ditentukan suatu perimbangan, misalnya 1:400.000, yang berarti bahwa sejumlah pemilih tertentu dalam hal ini 400.000
pemilih mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat. Jumlah total anggota dewan perwakilan rakyat ditentukan atas dasar
perimbangan 1:400.000 tersebut.Budiardjo,1992:178. Dalam sistem ini semua suara dihitung, dalam arti bahwa suara
lebih yang diperoleh suatu partai poltik atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara yang diterima
oleh partai politik atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain. Sistem perwakilan berimbang ini juga sering dikombinasikan dengan
beberapa prosedur lain, antara lain dengan sistem daftar List System. Dalam sistem daftar setiap partai politik atau golongan mengajukan
satu daftar calon dan si pemilih memilih salah satu daftar darinya, dan dengan demikian memilih satu partai politik dengan semua calon yang
diajukan oleh partai itu untuk bermacam-macam kursi yang sedang diperebutkan.Budiardjo,1992:178.
Dalam sistem perwakilan berimbang ini ada beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem lain, yaitu :
1. Tidak ada suara yang terbuang percuma, karena
perhitungan dilakukan atau digabungkan secara nasional,
Universitas Sumatera Utara
dan kelebihan suara dapat dipindahkan kepada calon lain. sistem ini umumnya sangat disenangi oleh partai-partai
kecil, dan sebaliknya umumnya tidak menyukai sistem ini.Mashudi,1993:29.
2. Parlemen yang terpilih akan bersifat nasional dan tidak
bersifat kedaerahan.Mashudi,1993:29. 3.
Sistem ini dianggap representatif karena jumlah wakil partai politik yang terpilih dalam suatu pemilihan umum
sesuai dengan imbangan jumlah suara yang diperolehnya.Rahman,2002:29.
4. Mengakomodir semua golongan maupun partai-partai
politik yang kecil untuk dapat memiliki wakil di parlemen. Kelebihan-kelebihan yang ada pada sistem perwakilan
berimbang memang menjadi suatu tersendiri dari sitem ini, akan tetapi disamping kelebihan-kelebihan tersebut sistem ini juga memiliki
kelemahan-kelemahan juga seperti: 1.
Untuk melaksanakan pemilihan umum dengan sistem perwakilan berimbang mmbutuhkan biaya yang besar dan
mahal.Mashudi,1993:29. 2.
Hubungan yang terjalin antara wakil dan yang diwakilinya pemilih kurang erat, karena dalam pemilihan umum para
pemilih hanya memilih partai politiknya saja, sehingga terkadang para pemilih tidak mengetahui siapakah wakil
yang berasal dari daerahnya yang duduk di
Universitas Sumatera Utara
parlemen.Mashudi,1993:29. Kemudian wakil yang terpilih dalam pemilihan umum tersebut lebih memiliki
keterikatan terhadap partai politik yang mengusungnya daripada loyalitas terhadap daerah yang
memilihnya.Saragih,1988:180. 3.
Banyaknya partai politik yang memiliki wakil di parlemen akan mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil,
karena pembentukan pemerintahan tersebut didasarkan pada koalisi dua partai atau lebih. Dan hal ini juga akan
mempersulit perumusan dan pengambilan kebijakan maupun keputusan di parlemen.Saragih,1988:180.
4. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai politik dan
timbulnya partai-partai politik baru. Sistem ini menjurus kepada mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada di
antara golongan maupun partai-partai politik. Karena itu sistem ini kurang mendorong partai-partai politik untuk
bekerjasama apalagi berintegrasi.Hermawan,2001:81. 5.
Sistem ini kemudian memberikan kedudukan yang sangat kuat kepada pimpinan partai politik dalam peentuan calon-
calonnya. Hermawan,2001:81.
1.6. Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok ataupun individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.Singarimbun,1995:33.
Universitas Sumatera Utara
Berikut beberapa konsep beserta definisinya yang digunakan didalam penelitian ini yang berfungsi untuk memberikan batasan yang tepat terkait dengan
fenomena yang akan diteliti:
Perbandingan
Perbandingan adalah kegiatan pengidentifikasian persamaanperbedaan antara dua objek atau lebih. Perbandingan yang dimaksudkan di sini adalah
kegiatan pengidentifikasian persamaanperbedaan antara pemilihan umum Indonesia tahun 2004 dengan Pemilihan Umum Malaysia tahun 2004.
Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah saran pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau Parlemen, Presiden dan Wakil
Presiden secara berkala berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pemilihan Umum Indonesia Tahun 2004
Pemilihan umum Indonesia tahun 2004 merupakan pemilihan umum yang dilaksanakan pada tahun 2004 untuk memilih presiden dan wakil presiden serta
memilih Dewan Perwakilan Rakyat.
Pemilihan Umum Malaysia Tahun 2004
Pemilihan Umum Malaysia tahun 2004 adalah merupakan pemilihan umum yang dilaksanakan pada tahun 2004 untuk memilih Anggota Parlemen
melalui partai partai yang berkompetisi.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PEMILIHAN UMUM INDONESIA DAN MALAYSIA TAHUN 2004
SERTA KONDISI POLITIK INDONESIA DAN MALAYSIA SEBELUM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004
Pemilihan Umum merupakan agenda penting dalam upaya mewujudkan tata pemerintahan yang demokratis, meskipun tidak selamanya pemilihan umum
yang demokratis akan menghasilkan pemerintahan yang demokratis, begitu juga sebaliknya. Pemilihan umum merupakan bentuk legitimasi yang diberikan rakyat
kepada individu-individu maupun partai-partai untuk mewakilinya. Dukungan dan partisipasi rakyat dalam pesta demokrasi ini menjadi pondasi bagi legitimasi
pemerintahan yang terbentuk sesudahnya. Pemilihan umum sebagai sebuah agenda politik dalam prosedural demokrasi jelas akan membawa perubahan pada
berbagai sektor. Partai pemenang pemilu yang memegang kebijakan nantinya akan menentukan kemana arah kapal kebijakan akan berlayar.
Akan tetapi perlu diingat bahwa sebelum pemilihan umum tersebut dilaksanakan tentunya terjadi proses politik yang mendahuluinya. Proses-proses
politik inilah yang kemudian mempengaruhi bagaimana Pemilihan Umum tersebut berlangsung. Kondisi-kondisi politik yang dimaksud disini adalah antara
lain bagaimana Partai Politik yang ada pada saat pemilihan tersebut berlangsung, Sistem kepartaian yang diterapkan, Sistem Pemilihan Umum yang diterapkan,
Partisipasi Politik masyarakat dalam Pemilihan Umum tersebut, dan bagaimana kondisi social ekonomi masyarakat menjelang Pemilihan Umum tersebut
dilaksanakan. Faktor-faktor ini kemudian mempengaruhi Pemilihan Umum yang dilaksanakan, apakah kemudian dapat berhasil dengan demokratis menghasilkan
Universitas Sumatera Utara