Sistem Kepartaian Indonesia Pada Pemilihan Umum Tahun 2004

sewaktu-waktu dukunagn dari parati koalisi lainnya dapat ditarik kembali. Dilain pihak partai-parati oposisi pun kurang emaminkan peranan yang jelas oleh karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan koalisi baru. Hal-hal semacam ini menyebabkan sering terjadinya siasat yang berubah menurut kegentingan situasi yang dihadapi setiap partai. Dalam sistem semacam ini maslah dimana letaknya tanggungjawab kurang jelas Pito dan Elfriza, 2005:563- 564.

3.2. Sistem Kepartaian Indonesia Pada Pemilihan Umum Tahun 2004

Indonesia telah menerapkan sistem multi partai banyak partai pada awal- awal kemerdekaan, akan tetapi kemudian pada pemilihan umum pertama di masa Orde Baru 1971, tejadi perampingan partai politik yang diberlakukan oleh Soeharto yang pada saat itu menjabat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas negara. Pada saat itu partai politik kemudian dirampingkan menjadi hanya tiga partai politik saja. Perampingan partai politik itu berlanjut sampai dengan tujuh kali pemilihan umum, dan pada tahun 1999, yaitu pemilihan umum yang ke delapan, yang merupakan pemilihan umum yang didorong oleh reformasi pada saat itu partai politik peserta pemilihan umum bertambah banyak, karena selama ini mereka ditekan oleh kepentingan rezim orde baru, sehingga ketika rezim orde baru runtuh maka partai-partai ini pun bermunculan. Sebenarnya kalau dikategorikan bahwa multi parati itu adalah konjdisi dimana terdapat ada lebih dari satu atau dua partai yang ada, maka pada rezim orde barupun sebenarnya Indonesia menerapkan sistem multi partai, karena pada saat itu ada tiga partai yang terus berkompetisi dalam pemilihan umum, yaitu Partai Demokrasi Universitas Sumatera Utara Perjuangan PDI, Golongan Karya GOLKAR dan Partai Persatuan Pembangunan PPP. http:id.wikipedia.orgwikiPemilihan_Umum_Indonesia_2004. Pemilihan umum tahun 1999 yang dilaksanakan atas dasar reformasi akan segenap elemen bangsa, partai politik peserta pemilihan umum kemudian membludak, dikarenakan pengekangan yang memang terus terjadi pada masa orde baru terhadap kepentingan-kepentingan yang berada diluar kepentingan penguasa pada masa itu. Partai politik yang mendaftarkan diri sebagai peserta pemilihan umum pada saat itu mencapai ratusan partai politik, akan tetapi setelah dilakukan penyaringan dan verifikasi yang ketat oleh Komisi Pemilihan Umum KPU maka peserta pemilihan umum pada saat itu kemudian ditetapkan sebanyak 48 partai politik saja. Fenomena ini memang kemudian mengingatkan kembali pada masa- masa awal kemerdekaan, dimana begitu banyak partai politik yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat. Pemilihan umum tahun 2004, partai-partai politik yang berusaha menjaga eksistensinya masih sangat banyak sekali. Proses verifikasi yang dilakukan komisi pemilihan umum KPU dilaksanakan lebih ketat lagi untuk menciptakan keseimbangan dan mencegah kebingungan bagi masyarakat untuk memilih partai politk yang akan berkompetisi pada pemilihan umum. Akhirnya pada pemilihan umum Indonesia tahun 2004 Komisi Pemilihan Umum KPU menetapkan 24 partai politik saja yang dapat mengikuti pemilihan umum. Dari paparan diatas tampak jelas bahwa memang Indonesia sejak awal kemerdekaannya sampai dengan pemilihan umum tahun 2004 melaksanakan Universitas Sumatera Utara pemilihan umum dengan menerapkan sistem multi partai banyak partai dalam sistem kepartaiannya.

3.3. Sistem Kepartaian Malaysia Pada Pemilihan Umum Tahun 2004