47
2.3. Sarana Dan Prasarana
Sekolah merupakan sebuah sistem yang memiliki tujuan. Berkaitan dengan upaya mewujudkan tujuan tersebut, seringkali masalah dapat muncul. Masalah-
masalah itu dapat di kelompokan sesuai dengan tugas-tugas administratif yang menjadi tanggung jawab administrator sekolah, sehingga merupakan substansi tugas-
tugas administratif kepala sekolah selaku administrator. Di antaranya adalah tugas yang di kelompokan menjadi substansi perlengkapan sekolah.
Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Tentunya hal tersebut
dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana yang memadai disertai dengan pengelolaan dan pemanfaatan secara optimal. Sarana dan prasarana pendidikan
adalah hal yang penting dalam menunjang kemajuan suatu pendidikan untuk mencapai tujuan yang baik. Begitupun dengan Yayasan Tali Kasih yang memiliki
sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar. adapun sarana dan prasarana yang ada di Yayasan Tali Kasih adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
48
Tabel 2.2.1 Fasilitas-fasilitas di Yayasan Tali Kasih Medan
No FASILITAS
JUMLAH
1 Ruang belajar
8 2
Meja belajar 16
3 Kursi belajar
16 4
Lemari buku 8
5 AC
9 6
Televisi 1
7 Komputer
3 8
Tape 1
9 Gitar akustik
1 10 Ruang administrasi
1 11 Meja administrasi
1 12 Kursi administrasi
1 13 Lemari administrasi
2 14 Ruang belajar
2 15 Kamar mandi
1 16 Ruang terapi
1 17 Ruang ganti
1 18 Ruang istirahat
1 19 Ruang bermain
1 20 Ruang tunggu
• kursi panjang
• kursi pendek
• meja
1 3
2 1
21 Area parkir 1
Diatas bangunan seluas 225 m
2
inilah semua fasilitas berada, dengan luas tanah 300 m
2
. Sekolah ini memang tidak memiliki ukuran yang besar tetapi semua bentuk mulai dari bangunan sampai dengan fasilitas masih layak dipergunakan
Universitas Sumatera Utara
49
sampai dengan sekarang. Semua tersusun rapi setiap benda yang ada didalam yayasan tersebut. Dengan dilengkapi pendingin ruangan membuat keadaan didalam ruang
terasa sejuk dan nyaman, di dukung dengan kebersihan ruangan yang di jaga setiap harinya. Setiap guru memang dianjurkan untuk menjaga kebersihan ruangan kelas
serta menerapkannya kepada anak autis sebagai salah satu bentuk terapi dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Tabel 2.2.2 Fasilitas Alat Terapi Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan
No Alat terapi Jumlah
Fungsi 1
Infrared IR 1
Membantu memperlancar peredaran darah anak
2 Variabel
1 Melatih fisik anak dan motorik anak
3 Bola Besar
2 Melatih konsentrasi anak
4 Tangga
1 Melatih kelincahan anak melatik
gerak tubuh anak 5
Oral 35
Untuk membantu proses penyembuhan anak autis yang kaku
dalam berbicara
Alat terapi anak ini membantu untuk proses pembentukan karakter anak secara biologis agar mengalami peningkatan yang lebih baik. Alat terapi ini memang
tidak menjamin membantu kesembuhan anak hingga 100 melainkan membantu proses perkembangan anak menuju arah yang lebih baik. Misalnya seperti anak yang
hanya memiliki kebiasaan menyendiri atau pendiam, dengan bantuan alat terapi ini anak dibentuk menjadi lebih aktif lagi. Tidak ada layaknya dokter khusus dalam
Universitas Sumatera Utara
50
menjalankan alat terapi diyayasan tersebut. Alat terapi ini dikendalikan oleh guru yang berlatar belakang pendidikan fisioterapi, agar dapat sesuai dengan metode-
metode terapi yang sebenarnya. Selain untuk membantu pembentukan karakter anak kearah yang lebih normal, alat ini juga membantu kesehatan anak secara biologis. Hal
ini dapat dilihat dari proses pelancaran peredaran darah serta media variable yang membuat anak harus berlatih untuk bergerak setiap terapinya. Selain itu juga alat
terapi ini merupakan sebagai bentuk dari olahraga terhadap anak autis seperti bola besar dan media tangga yang diterapkan seperti bermain.
Universitas Sumatera Utara
51
Gambar 2.2.3 Denah bangunan Yayasan Tali kasih medan
Bangunan di Yayasan Tali Kasih Medan tampak seperti rumah biasa layaknya dan ukurannya yang tidak besar seperti layaknya sekolah-sekolah besar yang ada di
Medan, tetapi yayasan ini memiliki peran penting dalam memberikan pendidikan anak autisme. Sepanjang observasi dan wawancara penulis, tidak ada kendala dalam
Ruang Sholat
kk Ruang
belajar Ruang
belajar Ruang
belajar
Gudang
Ruang belajar
Ruang ganti
Ruang terapi Ruang
belajar administrasi
Ruang belajar
Ruang istirahat
Ruang belajar
Ruang tunggu Ruang
belajar
Halaman Depan Parkiran Kendaraan
Pintu
Pagar Pagar
Kamar mandi
Kamar mandi
Universitas Sumatera Utara
52
sistem bangunan di Yayasan Tali Kasih. Tidak ada keluhan masalah ruangan kurang ataupun fasilitas yang kurang. Hingga saat ini sarana dan prasarana Yayasan Tali
Kasih tidak ada yang memerlukan perbaikan, semua masih dalam kondisi baik.Sekolah yang memiliki status non-formal ini tetap memiliki prosedur-prosedur
layaknya seperti pendidikan formal. Hanya saja ada pembentukan prosedur yang dibentuk sendiri oleh Yayasan Tali Kasi tanpa ada keterkaitan terhadap dinas
pendidikan misalnya metode pembelajaran anak murid.
Gambar 2.2.4 Gambar orang tua murid yang menunggu anaknya di ruang tunggu
Terlihat orang tua murid yang tampak nyaman sambil menunggu anaknya di ruang tunggu. Sambil menonton televisi orang tua murid juga dapat saling
berinteraksi terhadap sesama orang tua murid. Tidak jarang juga sesama orang tua murid saling bercerita tentang anak mereka masing-masing. Mereka terkadang saling
bertukar pikiran dalam mengarahkan setiap perilaku-perilaku anaknya. Kebanyakan orang tua perempuan atau ibu yang banyak menunggu anaknya hingga sampai
Universitas Sumatera Utara
53
pulang. Ada juga orang tua yang membawa makanan setiap hari untuk anaknya. Hal ini juga bertujuan untuk melatih kemandirian anak. Setiap makanan yang dibawak
oleh orang tua murid selalu dititipkan melalui guru. Ketika tiba waktunya makan, maka guru memberikan makanan terhadap anak muruid dengan cara mereka
memakannya sendiri tanpa disuapin. Hal ini bertujuan untuk melatih kemandirian anak dalam membenahi diri. Seperti Amelia 5 tahun contohnya, setiap harinya
ibunya membawakan makanan kepada anaknya agar anaknya bisa terlatih secara mandiri. Ini salah satu yang dikeluhkan ibu dari Amelia karena dirumah tidak bisa
mandiri terutama dalam makan sendiri. Ibu Amelia meminta pihak guru untuk mengajar anaknya mandiri dalam bersikap terutama mandiri dalam makan. Karena
untuk memegang sendok saja butuh latihan 3 minggu untuk dapat mempergunakannya. Akhirnya Amalia berhasil makan sendiri dan mampu
mempergunakan sendok dalam kurun waktu terapi selama 30 hari. Di ruang tunggu ini juga guru-guru dan orang tua saling berinteraksi, Saling
berkomunikasi tentang kemajuan ataupun perkembangan anaknya. Sering juga guru menyarankan orang tua untuk memperlakukan anaknya sama dengan disekolah agar
terapi anak untuk menjadi lebih baik cepat terjadi.
2.4 Struktur Organisasi