Tanggung Jawab Guru dalam Pengajaran

71 pengulangan seorang anak terkadang tidak bisa mengucapkannya dengan jelas. Jika terjadi hal ini, seorang guru harus mampu mengalihkan dari yang tadinya belajar menjadi bercanda atau memerintahkan mengambil sesuatu. Karena setiap anak autis yang dipaksakan melakukan hal yang susah dan tidak bisa dilakukannya seorang anak autis bisa marah bahkan bisa memukul ataupun melempar gurunya. Jika hal ini terjadi butuh waktu yang lama untuk membujuknya kembali untuk belajar seperti biasanya. Hal ini pernah terjadi saat proses pembelajaran terjadi, saat belajar menghitung seorang anak murid susah untuk mengucapkan dan menghafal setiap angka yang diberikan guru. Dengan perintah yang lebih dari lima belas kali tidak bisa juga, murid tersebut hampir memukul gurunya dengan cepat guru tersebut langsung mencairkan susana dengan bercanda dan memerintahkan anak tersebut mengambilkan tisu dan menyuruhnya untuk membersihkan meja yang ada didepannya.

3.1.1. Tanggung Jawab Guru dalam Pengajaran

Di yayasan ini setiap guru memiliki tanggung jawab sendiri terhadap anak didiknya. Karena jika muridnya si A maka yang diajarkan si A terus sampai anak tersebut berhasil diterapi atau berhasil berperilaku dan berkomunikasi hingga menjadi lebih baik. Guru diyayasaan ini memiliki beberapa point yang harus diperhatikan dalam perkembangan anak. Setiap harinya guru harus memperhatikan point-point tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh apa perkembangan si anak. Adapun beberapa point yang harus diperhatikan guru adalah: Universitas Sumatera Utara 72 1. Komunikasi anak autis • Melihat komunikasi anak verbal maupun non verbal • Kemampuan anak dalam mengeksperesikan perasaan maupun keinginan • Memperhatikan kemampuannya dalam memahami bahasa orang lain • Memperhatikan perkembangan berbicara anak apakah masi lambat dan monoton • Memperhatikan si anak masih suka bergumam atau tidak 2. Pergaulan anak autis • Memperhatikan kontak mata anak terhadap lawan bermainnya ataupun berbicaranya • Masi menghindar ataupun menyendiri terhadap orang disekitarnya • Memperhatikan sikap empatinya terhadap orang disekitarnya • Memperhatikannya dalam bermain dengan teman-temannya 3. Kepekaan terhadap sensorik integrative anak autis • Memperhatikan tingkat sensitifnya terhadap sentuhan • Memperhatikan tingkat sensitifnya terhadap suara • Memperhatikan sensitif penciuman dan indera perasa • Memperhatikan tingkat sensitif anak terhadap rasa sakit dan sebaliknya Universitas Sumatera Utara 73 Point-point ini yang menjadi acuan seorang guru dalam memperhatikan proses perkembangan anak didiknya. Karena perubahaan perilaku ataupun sikap yang perlu dilakukan terhadap anak di sekolah ini. Hal ini menjelaskan mengapa jika seorang guru sudah mengajarkan anak si A sampai akhir diajarkan oleh guru tersebut. Setiap harinya guru membuat catatan kecil dari setiap peningkatan anak dengan meilhat point-point diatas. Berdasarkan wawancara saya dengan kepala sekolah, berdasarkan pengalaman mereka selama mengajar diyayasan tersebut ada beberapa ciri-ciri anak autis yaitu sebagai berikut:  Cara anak autis berkomunikasi • Sebagaian tidak berkomunikasi baik verbal maupun non verbal • Berbicara sanggat lambat, monoton atau tidak berbicara sama sekali • Tidak mampu mengeksperikan keinginan maupun perasaan • Sukar memahami bahasa orang lain dan sukar dipahami bahasa anak autis  Cara anak autis bergaul • Tidak tertarik untuk bersama teman • Lebih suka menyendiri • Tidak ada kontak mata • Menyembunyikan wajah • Menghindari bertemu dengan orang lain Universitas Sumatera Utara 74 • Hanya mau bersama dengan ibukeluarga • Acuh tak acuhIinteraksi satu arah • Kurang tanggap terhadap interaksi sosial  Cara anak autis membawakan diri • Menarik diri • Seolah-olah tidak mendengar • Dapat melakukan perintah tanpa respon bicara • Asik berbaring atau bermain sendiri selama berjam-jam • Lebih senang menyendiri • Sering berkhayal bengong • Konsentrasi kosong • Menggigit-gigit benda • Menyakiti diri sendiri • Menyenangi hanya satu benda mainan • Sering menangis tertawa tanpa alasan • Suka memukul-mukul benda • Melakukan sesuatu berulang-ulang mengerak-gerakan tangan,mengangguk-angguk,dsb. 4. Bagaimana kepekaan sensorik anak autis • Sangat sensitif terhadap sentuhan seperti tidak suka disentuh Universitas Sumatera Utara 75 • Sensitif terhadap suara-suara tertentu • Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda • Sangat sensitif terhadap rasa sakit dan sebaliknya Dari ciri-ciri inilah guru di sekolah tersebut memahami dan mampu mengatasi perlakuan yang harus dilakukan terhadap anak dan dari ciri-ciri inilah tercipta point- point penting dalam memperhatiakan perkembangan anak disekolah tersebut. Tujuan terbesar seorang guru adalah mampu mengubah perilaku anak autis dari yang tidak normal menjadi perilaku mengarah yang kelebih normal. Meskipun anak autis ini tidak bisa normal hingga 100 tetapi perubahan perilaku yang lebih baik lagi membuat seseorang anak mampu membenahi dirinya tanpa harus bergantung terhadap orang tua dan ataupun orang lain. Pernah seorang guru berkata kepada saya mengajar anak autis ini kadang menjadi kebanggan guru-guru dsini dalam mengajarkannya. Diselah-selah guru mengajar saya sambil bercerita kepada guru ketepatan saya masuk kekelas ibu Roma saat itu jam akhir-akhir beliau mengajar, beliau mengatakan: “ia dek terkadang mengajar mereka ini harus sabarlah liat ini dari tadi susah kali ngertinya harus dibimbing terus uda ada sepuluh kali tapi susah kali diajarkan. Tapi inilah terkadang kasihan melihat mereka seperti ini terlihat bodoh-bodoh gini kalau gak ada yang mengajarkan terus lah bodoh-bodoh seperti ini deg. Kadang merasa bangga juga saya disatu sisi saya seperti menolong,terkadang yang air liur merekalah yang jatuh-jatuh dan saya harus bersihkan lah. Kesannya selain saya mengajar saya seperti baby sisterlah disini. Tapi itu, jadi seperti berkat buat saya yang tuhan beri entah kenapa saya tetap semangat mengajar anak-anak seperti mereka”. Universitas Sumatera Utara 76 Seorang guru dituntut harus mampu menyesuaikan dirinya dilingkungan sekolah ini. Selain mengikuti metode pembelajarannya yang sekolah berikan kepada guru. Guru harus memiliki inisiatif tinggi terhadap anak yang diajarkan. Terkadang ada saja perbuatan ataupun perlakuan anak didik yang membuat guru harus menahan kesabarannya. Proses belajar mengajar disekolah ini tidaklah gampang seperti biasanya mengajar anak normal. Menyesuaikan diri ketika anak melakukan perbuatan yang tidak semestinya membuat guru harus memikirkan cara untuk membuat anak tersebut tenang. Gambar 3.1.1.1 Guru yang membujuk anak autis agar mau belajar Gambar diatas tampak seorang guru yang sedang membujuk seorang anak untuk belajar. Anak tersebut tidak mau belajar karena ditinggal oleh orang tuanya Universitas Sumatera Utara 77 pada saat diantarkan ke sekolah. Sehingga guru harus menenangkan anak tersebut agar mau belajar seperti biasannya. Hal yang paling sulit buat guru ketika membujuk seorang anak yang sedang menangis untuk diajak belajar. Seorang guru harus memiliki cara tertentu terhadap anak untuk mau kembali belajar seperti biasanya. Jika terjadi seperti hal ini, cara yang dilakukan seorang guru adalah dengan menanyakan apa yang diinginkan anak tersebut pada saat itu. Jika anak tersebut menginginkan A maka sebisa mungkin kita berusaha untuk memenuhinya agar anak tersebut mau belajar. Jika keinginananya tidak bisa dipenuhi, diluar dari kemampuan guru maka sianak hanya akan diajak bermain dilingkungan sekolah. Jika anak tersebut sudah merasa senang sianak pasti mau diajak belajar, jika tidak atau tetap masi bersedih maka guru tetap mengalihkannya dalam bermain.

3.1.2. Pola Pengajaran dengan Metode Terapi