Metode Pembelajaran yang di Bentuk Sekolah dalam Pembentukan Karakter Anak

112

BAB V Pembentukan Karakter Anak Autis

5.1. Metode Pembelajaran yang di Bentuk Sekolah dalam Pembentukan Karakter Anak

Setiap sekolah memiliki materi pembelajaran yang sama terhadap pendidikan anak autis baik itu sekolah negeri maupun sekolah swasta. Karena materi pembelajaran dasar seperti membaca, menulis, menggambar, membedakan warna, mengenal gambar dan mengasah bakat anak autis adalah hal yang harus di lakukan sekolah agar menjadi sebuah kebiasaan di saat anak sudah memasuki sekolah normal biasanya. Karena melalui materi pembelajaran tersebut merupakan suatu terapi juga terhadap anak autis dari kebiasaan kegiatan sekolah-sekolah pada umumnya. Serta yang membedakannya metode penyampain materi terhadap anak dan juga alat-alat terapi yang digunakan dalam proses penyembuhan anak autis. Sekolah memiliki metode-metode yang sudah dibentuk berdasarkan informasi tentang pendidikan anak autis serta musyawarah yang dilakukan antara semua guru. Metode pembelajaran ini bukan lain adalah sebagai materi pembelajaran yang harus dilakukan oleh murid yang ada disekolah. Setiap metode yang dibentuk sekolah harus dipahami guru dan diterapakan terhadap anak dalam setiap mengajar. metode pembelajaran dan kurikulum sekolah dibentuk oleh sekolah itu sendiri tanpa adanya arahan dari dinas pendidikan sebagai standarnisai pendidikan nasional. Disini sekolah harus mampu menciptakan kurikulum pembelajaran sesuai yang dibutuhkan oleh Universitas Sumatera Utara 113 kebutuhan anak yang diajarkan. Tidak adanya ikatan dinas dalam menentukan kurikulum sekolah bukan berarti sekolah nonformal ini tidak memiliki sistem pembelajaran yang terstruktur. Semua sistem yang dibentuk sekolah terstruktur dan sistematis. Kurikulum yang digunakan oleh sekolah adalah Applied Behaviorial AnalysisABA atau secara ringkas dapat diartikan sebagai suatu teknik yang telah disusun secara sistematis untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dan meningkat perilaku yang diharapkan. Secara lebih jelas lagi pengertian Applied Behaviorial Analysis dibagi mejadi dua kata yaitu: • Applied adalah meletakkan penugasaan pada kondisi yang nyata. • Behaviorial Analysis Observasi dan analisis yang dilakukan untuk obyek perilaku tertentu dengan tujuan untuk merubah atau menciptakan perilaku yang baru yang diinginkan. Teknik yang menjadi kurikulum disekolah ini didapatkan pihak sekolah dari informasi seputar pendidikan anak autis di internet, seminar anak autis serta buku- buku tentang pendidikan anak autis. Teknik ini merupakan teknik yang dikemukan oleh Ivar Lovaas, seorang ahli psikologi asal amerika pada tahun 1960-an. Teknik ini memiliki tingkat keberhasilan yang sangat memuaskan bagi penderita anak autis sehingga teknik ini kebanyakan menjadi pedoman yang digunakan banyak sekolah Universitas Sumatera Utara 114 anak autis. Sekolah memilih kurikulum ini karena dianggap cukup efektif dalam proses penyembuhan anak autis melalu sistem belajar dan sistem terapainya. Sehingga kepandaian sekolah dalam memanfaatkan kurikulum ini membuat banyak anak didik disekolah ini menjadi lebih baik. Dari kurikulum inilah muncul metode- metode pembelajaran yang ada disekolah ini dan hingga sekarang metode pembelajaran yang dijalankan berjalan baik dan tetap digunakan dalam proses pendidikan anak disekolah. Di sekolah ini tidak ada pemisahan materi ataupun metode pembelajaran terhadap anak autis. Anak autis memiliki gangguan yang berbeda-beda dalam berperilaku, berinteraksi dan berpikir, akan tetapi sekolah tidak memberikan pembedaan ataupun pemisahaan metode pembelajaran dalam penyembuhan anak. Semua materi dan metode pembelajaran disamakan terhadap semua anak autis. Seperti yang di kemukakan oleh salah seorang guru Roma, 34 tahun: Kalau kita tidak ada pemisahan ataupun pembedaan dalam mengajarkan anak autis dek. Gangguan anak autis memang berbeda-beda tapi kami tetap sama ratakan materi dan metode pembelajarannya. Hanya saja untuk anak autis yang hiper aktif dan di bawah lima tahun perlu bantuan 2 guru dalam mengajarkannya. Mengajar anak autis yang hiper aktif membutuhkan 2 guru di karenakan agar guru dapat bekerja sama antara mengajar dan menjaga gerak anak yang berlebihan untuk tidak menganggu proses belajar. Sementara anak yang di bawah lima tahun membutuhkan 2 guru dalam menggajarkanya karena sifatnya yang masih perlu di arahkan atau di bimbing dan di bantu oleh guru dalam mengerjakan sesuatu. Seperti Universitas Sumatera Utara 115 saat menulis guru yang menerangkan huruf dari depan danada guru yang membantu anak dalam menulis dari belakang anak autis, seperti memegang pensil dan menggerakan tangan anak dalam menuliskan huruf. Ada beberapa metode dalam sistem pembelajaran yang diberikan sekolah terhadap anak disekolah ini metode-metode ini dijalankan setiap harinya yang termasuk juga sebagai bentuk terapi anak dalam proses pembelajaran untuk membentuk karakter anak secara individu melalui media pembelajaran. Adapun beberapa bentuk metode pembelajaran yang dibentuk sekolah adalah sebagai berikut:

1. Membentuk Kepribadian Anak untuk Mandiri.

Membentuk kepribadiaan anak untuk mandiri adalah salah satu hal yang dilakukan guru terhadap anak autis. Membuat anak autis menjadi mandiri merupakan pekerjaan berat guru-guru di sekolah ini. Karena butuh waktu yang cukup lama untuk melatih kemandiriaannya, bahkan bisa berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Proses pembentukan kemandirian anak dilakukan dengan cara perlakuan atau tindakan yang setiap pertemuannya atau proses pembelajarannya akan terus dilakukan hingga anak dapat melakukannya lebih baik. Proses kemandirian yang dibentuk dilakukan berdasarkan keinginan orang tua atas tindakan seorang anak dalam kesehariannya dirumah. Misalnya orang tua yang memiliki anak autis melihat anaknya susah dalam menggunakan pakaian dan membuat orang tua harus memakaikannya setiap hari. Hal ini yang menjadi permintaan orang tua atas Universitas Sumatera Utara 116 kelemahan anaknya dalam melakukan kesehariaan dirumah. Setiap keluhan orang tua atas kurang mandirinya anak di rumah akan diberitahukan kepada guru yang mendidik anaknya dan meminta guru tersebut untuk melakukan terapi dan pembelajaran agar bisa mendiri. Seperti cerita seorang guru terhadap saya tentang keluhaan orang tua anak didiknya yang tidak bisa makan menggunakan sendok dan harus di suapin setiap hari hanya untuk makan. “Seperti Amelia ini dek.. orang tuanya minta kepada saya agar anaknya bisa makan sendiri tanpa harus disuapin setiap harinya, bahkan memegang sendok saja amelia tidak bisa melakukannya” Hal ini merupakan salah satu ciri dari anak autis karena adanya ganguan sensorik dan motorik pada anak sehingga susah untuk memegang benda seperti sendok dalam penggunaan yang sebenarnya. Seorang guru harus melakukan tindakan terapi terhadap anak seperti ini. Setiap harinya orang tua dari Amelia ini membawakan makan beserta perlengkapan makan untuk terus diajarkan oleh guru disekolah tersebut. Cara yang dilakukan guru adalah hal biasa dengan menyuruh anak tersebut makan sendiri dengan sedikit bantuan dari guru. Hanya saja guru akan melakukan suara yang lebih tegas terhadap anak tersebut apabila anak tersebut tidak mau melakukan makan sendiri. Perlakuan yang tidak manja yang dilakukan oleh guru terhadap anak autis ini dapat membentuk kemandirian anak dengan melakukan secara berulang-ulang dan terus menerus setiap kali perjumpaan hingga akhirnya menjadi kebiasaan anak dalam melakukanya dan yang Universitas Sumatera Utara 117 tadinya tidak bisa makan sendiri, sekarang mampu makan sendiri. Perlakuan ini cukup membutuhkan waktu yang lama, untuk membuat anak ini bisa makan sendiri guru memberikan perlakuan selama 6 bulan dari 5 pertemuan dalam seminggu. Perlakuan terhadap kemandirian anak dilakukan guru adalah dengan cara melakukan kegiatan yang menjadi kelemahan anak tersebut setiap kali perjumpaan dengan sikap yang tegas dan disiplin yang membuat anak tersebut tidak manja akan membantu proses pembentukaan kemandirian anak lebih baik.

2. Mengenal Angka dan Huruf

Mengenal angka dan huruf merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang diberikan sekolah terhadap anak autis. Terkadang proses pembelajaran angka dan huruf merupakan hal yang tidak sulit untuk sebagian anak autis disekolah ini. Sebagian anak autis berdasarkan penelitian memiliki daya tangkap yang luar biasa dalam bidang pembelajaran dan sebagian dari anak tersebut ada disekolah ini. Yang menjadi kesulitan dalam terapi anak autis adalah perilakunya yang tidak normal yang membuatnya tidak lebih terbuka untuk mengekspresikan kemampuanya. Proses pengenalan angka dan huruf disekolah ini hampir sama halnya seperti mengajarkan orang normal tetapi memiliki perlakuan sedikit berbeda dalam mengajarkannya. Terutama terhadap anak autis yang mengalami Universitas Sumatera Utara 118 kekurang yang daya tangkap yang sangat lambat. Seorang guru akan mengajari pengenalan huruf dan angka dengan cara memisah-misahkan huruf- huruh dan angka-angka. Misalnya huruf A sampai Z, seorang guru akan membentuk huruf A sampai Z dalam selembaran kertas karton yang masing- masingnya dipisah dan di beri warna agak lebih menarik. Setiap pembelajaranya guru akan menyuruh anak untuk menghafal huruf-huruf tersebut. Setiap guru memerintahkan mengambil huruf A misalnya, maka murid akan mengambil huruf A dari tumpukan abjad yang sudah di acak tersebut. Sedikit berbeda dalam proses penghitungan, seorang guru memerlukan bantuan benda dalam proses melakukan perhitungan. Misalnya seorang guru memberitahukan jumlah dari angka lima, maka cara guru memperkenalakan jumlah dari banyaknya angka lima dengan cara meletakan benda berbentuk seperti pensil ditangannya. Perlakuan inipun terus dilakukan hingga anak mampu mengenal angka dan target angka yang diajarkan kepada anak dalam sistem perhitungan adalah 1 sampai 20 saja. Setelah anak mampu memahami angka tersebut maka seorang guru akan mengujinya setiap hari. Seperti yang pernah saya lihat, bertepatan saya masuk dalam proses mengajar anak. “ guru memerintahkan terhadap anak didiknya, Amri berapa banyak angka lima, maka amripun mengambil benda pensil sebanyak 5 buah dan meletakanya diatas telapak tangan guru”. Universitas Sumatera Utara 119 Dari setiap keberhasilan yang dilakukan setiap anak autis, maka akan diberikan pujian seperti mengatakannya anak pintar. Hal ini bertujuan untuk memicu semangat anak dan membangkitkan kepercayaan diri anak. Tekni mengenal angka dan huruh juga merupakan suatu wujud terapi terhadap anak untuk melatih meransang otaknya untuk mampu mengingat sesuatu yang dilihat dan di dengar.

3. Mengenal Gambar

Sebagian dari anak autis memiliki kesusahaan dalam menegenali gambar dan membedakan sesuatu. Mereka memiliki kelebihan dan kekurang tersendiri dalam keterbatasannya dalam berprilaku, belajar dan hal lainnya. Hanya saja perlu pengenalan karakter untuk membuat proses belajar menjadi lebih baik. Salah satu metode pembelajaran yang diberikan sekolah ini terhadap anak autis adalah proses mengenal gambar. Selain mengetahui tentang gambar seperti benda-benda mati, mahkluk hidup dan sebagainya. Pembelajaran ini juga merupakan suatu wujud terapi anak untuk dapat membedakan suatu objek yang dilihatnya. Cara seorang guru mengenalkan gambar terhadap anak dengan sering memperlihatkan gambar tersebut dan menjelaskan fungsi gambar tersebut dengan kalimat singkat dan bahasa yang jelas. Terkadang seorang guru bisa memperlihatkan gambar berulang-ulang kali hingga lebih dari sepuluh kali agar murid tersebut dapat membedakan gambar. Tapi ada Universitas Sumatera Utara 120 kesulitan guru ketika memperlihatkan atau membandingkan gambar yang hampir mirip. Seperti gambar pensil dan pulpen yang merupakan benda yang terlihat sama apabila digambar. Maka seorang guru akan menjelaskan fungsi dan hasil yang diberikan terhadap benda tersebut serta menunjukan benda secara nyata agar bisa lebih dipahami anak. Mengenal gambar merupakan suatu wujud terapi terhadap anak untuk dapat membuatnya tertarik terhadap lingkungan sekitar atas apa yang telah di perlihatkan dan di jelaskan fungsinya terhadap anak autis tersebut.

4. Meronce

Meronce merupakan salah satu metode pembelajaran yang diberikan sekolah terhadap anak autis. Meronce yang dilakukan disekolah adalah dengan memasukan benda-benda kecil seperti manik-manik kedalam benang. Tujuan dari pada metode ini adalah untuk melatih fokus mata seorang anak yang arah pandangnya sering kali tidak terarah. Anak autis memiliki arah pandang yang tidak terarah dan dengan metode pembelajaran ini, mampu mengatasi masalah terhadap arah pandang anak. Selain melatih arah pandang terhadap anak autis, meronce juga melatih kereatifitas seni anak dalam membuat suatu kreatifitas seperti gelang. Seperti salah seorang guru yang berbicara pada saya kebutulan saya masuk dalam peroses belajar meronceMintauli, 36 tahun: Universitas Sumatera Utara 121 “fungsinya orang ini dilatih meronce untuk melatih fokus mata mereka dek terlihatnya kayak sepelekan padahal besar pengaruhnya untuk bentuk karakakter anak autis, melatih fokus mata mereka lagi, selain itu juga untuk melatih kreatifitas mereka dek mana tau mereka memiliki kreatifitas lebih disini kan bisa jadi modal masa depan mereka”.

5. Membedakan Warna

Melatih anak mengenali warna termasuk juga dalam materi pembelajaran anak disekolah ini. Selain mengetahui semua jenis warna, ternyata melatih anak mengenali warna mampu membantu tingkat konsentrasi anak dalam melakukan hal belajar. Pengenalan warna yang diberikan guru terhadap anak melalui kertas origami dan pensil warna. Setiap anak disekolah ini hampir memiliki warna favoritnya, jika seorang guru sudah mengetahui warna favoritnya maka guru akan mampu lebih membuat Susana merasa lebih nyaman. Misalnya jika seorang anak suka warna biru, maka jika suatu saat anak tidak mau belajar guru akan mengeluarkan buku yang telah disampulkan berwarna biru agar anak tersebut mau belajar. Hal ini pernah terlihat ketika saya masuk dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu seorang anak tidak mau belajar menulis ketika seorang guru memberikannya warna pensil yang disukai anak tersebut, maka dengan sedikit membujuknya anak tersebut mau belajar menulis. Tapi hal ini tidak dibiasakan hanya saat anak tidak mau belajar agar tidak terbiasa melakukan sesuatu harus dengan hal yang disukainnya. Wujud terapi dari mengenal Universitas Sumatera Utara 122 warna sebagai bentuk terapi terhadap anak untuk dapat membedakan sesuatu yang atas apa setiap hal yang diliahatnya serta merangsang otak anak anak agar dapat berpikir lebih baik lagi.

6. Menggambar dan Mewarni

Menggambar dan mewarni merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan terhadap anak autis. Mengambar yang dilakukan guru biasanya adalah dengan objek yang sangat gampang digambarkan oleh anak. Biasanya gambar yang tidak memiliki banyak garis dan liku. Hal ini agar tidak membuat anak merasa susah dan menjadi bosan hingga tidak menyukai proses pelajaran ini. Sama halnya dengan mewarnai, guru memberikan arahan yang tepat pada media yang hendak diwarnai. Dalam sistem mewarnai biasanya anak diberikan contoh gambar yang sudah diwarnai dan disuruh untuk menyesuaikan warna sesuai contoh. Beda halnya dengan gambar yang tidak memiliki keharusan warna, anak diberikan kebebasan mengesperisikan sesuai dengan warna yang di inginkannya. Tujuan dari metode pembelajaran ini selain untuk melatih kreatifitas anak juga dapat melatih imajinasi. Karena sifat anak autis yang suka melamun tidak menentu dapat diatasi dan diterapi dengan melatihnya sering menggambar dan mewarnai.Hal ini merupakan wujud terapi terhadap karakter anak yang sering melamun menjadi tidak sering melamun. Universitas Sumatera Utara 123 Seperti pada saat menggambar dan mewarnai di kelas seorang anak yang biasanya pendiam, mulai mau bertanya kepada gurunya warna apa yang pantas untuk gambar yang ada di hadapanya selain dari warna yang di sukainya. Selain itu anak mulai mau berbicara kepada guru saat mengalamin kesulitan dalam menggambar. Hal ini wujud dari interaksi yang mulai berkembang terhadap anak autis dari sikapnya yang menyendiri dan tidak mau tau.

7. Menulis

Menulis salah satu kendala yang susah dilakukan anak autis. Karena memegang pensil saja anak autis sangat susah dan perlu bantuan tangan dari seorang guru dalam melakukannya. Butuh waktu berbulan-bulan agar anak terbiasa memegang pensil dan menuliskan sesuatu. Kesulitan anak dalam menulis huruf yang memiliki liku-liku garis yang beranekaragam, seorang guru harus melatih mereka didalam buku petak-petak yang besar. Melatih anak menulis dengan bantuan tangan guru, harus perlu diperhatiakan guru. Sebagaian besar anak murid memiliki sensorik perasa yang sangat peka. Apabila tangan anak merasa ditekan maka anak bisa menangis dan merasa guru membencinya. Terkadang guru harus bisa menyesuaikan kondisi anak sesuai pelajaran yang diajarkannya meskipun guru harus dituntut bersikap tegas dan disiplin. Universitas Sumatera Utara 124 Seorang guru mengungkapkan kepada saya tentang metode memegang benda melalui alat tulis, guru tersebut mengatakan Roma, 34 tahun: “Memang terlihat sepele dek melalui menulis inikan, ini terapi sebenarnya buat mereka untuk memegang benda. Apalagi pensil ini benda kecil dan harus digerakan jadi sangat melatih anak autis dalam memegang sesuatu.” Proses belajar menulis juga merupakan wujud terapi terhadap anak untuk memegang sesuatu dengan baik. Karena hampir setiap anak autis susah menggenggam sesuatu sehingga belajar menulis dengan memegang pensil membantu anak dalam melatih tubuhnya untuk dapat menggenggam sesuatu. Melalui metode pembelajaran ini anak akan menggalami perkembangan lebih baik. Perkembangan anak yang tadinya tidak bisa menulis, tidak mandiri dalam kehidupannya sehari-hari dan sebagainya akan mengalami perubahan lebih meningkat hingga 80 persen. Memang anak autis tidak dapat sembuh hingga 100 persen tatapi karater anak yang tadinya tidak mandiri bisa menjadi lebih mandiri lagi tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama hingga 2 sampai 3 tahun dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut.

5.2. Terapi Anak Autis Mengunakan Alat Terapi di Sekolah