Interaksi Sesama Anak Autis dengan Anak Autis

98 Setiap akhir bulan sekolah ini wajib melakukan kegiataan diluar sekolah selain meningkatkan wawasan anak tentang wawasan diluar sekolah, kegiatan ini juga membantu hubungan yang baik terhadap sesama guru dalam menjaga anak secara bersama-sama. Kesempatan ini juga dimanfaatkan guru juga sebagai kegiatan berlibur bersama antara guru dengan guru dan murid dengan murid juga. Seorang guru pernah bercerita kepada saya tentang kegiatan mereka dalam mengikuti kegiatan diakhir bulanEndang, 37 tahun. “kalau udah akhir bulan dek kami semua guru kerja keraslah menjaga anak ini semua, apalagi anak autis ini kalau diajak jalan-jalan keluar ada saja permasalahan yang muncul seperti nangis terus lah mau minta pulang, harus mau yang itu dan ini, jadi harus ekstra kerjasamalah kami semua kalau ada murid yang bertingkah aneh”. Kepedulian sesama guru tetap ditunjukan dan dilakukan terus dalam menciptakan Susana yang baik antara sesama guru. Setiap guru juga memiliki kekompakan dalam menggunakan pakaian setiap mereka melakukan kegiatan di luar sekolah atau jalan-jalan dengan anak autis. Pakaian mereka memang sudah ditentukan oleh sekolah sebagai wujud kerapian, keseragaman dan kebersamaan.

4.3. Interaksi Sesama Anak Autis dengan Anak Autis

Interaksi sesama anak autis sangat jarang terlihat disekolah ini, hal ini dikarenakan sifat mereka yang sangat menyendiri. Hanya pada saat diajak oleh guru bermain bersama mereka terkadang mau bermain dan menunjukan sedikit interaksi bermain. Kendala terbesar mereka adalah adalah pada komunikasi mereka. orang yang normal saja sangat sulit memahami perkataan mereka, apalagi anak autis- Universitas Sumatera Utara 99 sesama anak autis yang sangat sulit untuk berbicara serta memahami setiap pembicaraan. Disini guru yang memiliki peran besar untuk membantu interaksi sesama anak autis. Guru sering mengalihkannya dalam sistem bermain, dengan bermain sebisanya diruang yang ada disekolah mereka dilatih untuk saling berbicara dan berinteraksi terhadap sesama teman sebayanya. Selain dari bermain juga, guru melatih interaksi sesama anak autis dengan kegiatan-kegiatan kecil yang ada disekolah. Menggambar dan mewarnai bersama- sama juga merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh guru untuk melatih interaksi sesama anak autis. Disini anak akan bersama-sama mengambar dan mewarnai dengan menggunakan peralatan tulis dan gambar yang sama, tidak milik sendiri-sendiri. Terkadang mereka terlihat saling membantu memberikan pensil warna, saling melihat gambar satu dengan yang lainnya dan sekali-sekali berbicara singkat seperti memberikan pensil warna dan sebagainya. Seorang informan pernah mengatakan kepada saya tentang interaksi anak autis dengan anak autis lainnyaEndang, 37 tahun. “sampai kapanpun sebelum mereka sembuh 80 persen, susahlah sesama anak autis disini saling berinteraksi jadi kita para guru yang membuat mereka untuk saling berinteraksi seperti bermain dan melakukan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah ini. Bermain bersama-sama antara anak autis disekolah ini merupakan salah satu bentuk terapi interaksi terhadap anak yang saling bermain. Universitas Sumatera Utara 100 Interaksi terhadap anak juga dapat dilihat pada saat anak melakukan kegiataan olah raga. Setiap pada mata pelajaran olahraga maka semua anak autis sesuai dengan jam gelombang belajarnya akan melakukan olahraga secara bersama-sama. Kegiatan yang sering dilakukan adalah lomba berlari dan juga melompat. Hal ini bertujuan untuk melatih fisik dan juga otot anak autis yang kaku dalam melakukan pergerakan. Setiap anak saling berteriak terhadap sesama temanya dan saling berlomba menjadi yang tercepat tanpa ada rasa malu dari setiap lari yang mereka lakukan. Jelas berbeda ketika anak autis berlari dengan anak normal, ketidak sempurnaan mereka berlari menjadi suatu kebersamaan terhadap sesama teman mereka dan membuat mereka tetap percaya diri dilingkungan sekolah. Gambar 4.3.1 Universitas Sumatera Utara 101 Gambar diatas menjelaskan kegiataan olahraga anak yang dilakukan bersama dimana seorang guru tetap mendampingi anak saat belajar. Meskipun dengan keterbatasan fisik anak autis, mereka tetap bersemangat melakukan kegiatan ini dengan semangat bersama teman-teman sebaya mereka dengan rasa percaya diri terhadap sesama teman. Susah untuk anak autis dapat melakukan interaksi dengan kemauan mereka sendiri. Dengan kegitan yang dibentuk oleh sekolah mereka dapat berinteraksi lebih baik. Melalui media musik juga mereka dapat berinteraksi bersama dengan bernyanyi bersama-sama dan bergembira bersama membuat kontak indera mereka terlatih seperti melatih fokus mata anak autis dalam berbicar ataupun menangggapi perintah orang lain dan melatih rangsangan pendengar anak dalam merespon suara yang ada disekitarnya. Interaksi antara sesama anak autis di sekolah ini juga dapat dilihat dari membuat kerajinan dari kertas lipat. Setiap anak dibuat bekerjasama dalam membuat aneka bentuk dari kertas lipat dengan arahan dari guru. Jelas terlihat interaksi mereka dapat dilihat disini. Mereka sudah berani untuk meminjam alat seperti gunting ,lem dan sebaginya kepada sesama temanya dengan komunikasi yang singkat. Seorang guru mengaku terhadap saya bahwa kegiatan seperti ini dapat membantu interaksi mereka. seperti pengakuan ibu Endang terhadap saya, bertepatan pada waktu anak membuat tikar mini dari kertas lipat. “lihatlah itu dek sudah maukan ngomong sama kawanya untuk minjam pengaris meskipun dengan kata-kata yang singkat, buat kami para guru ini peningkatan yang perlu diperhatikan”. Universitas Sumatera Utara 102 Terlihat memang mereka mulai saling merespon orang yang ada disekitarnya melalui kegiatan ini. Kegiatan ini merupakan kegiatan diluar belajar yang sudah ditentukan untuk melatih interaksi anak. Kegiataan ini biasanya sering dilakukan pada saat sudah selesai belajar secara peribadi dan sambil menunggu orang tua menjemput anak, guru akan melakukan kegiatan ini.

4.4. Interaksi Kepala Sekolah dengan Guru