Pola Pengajaran dengan Metode Terapi

77 pada saat diantarkan ke sekolah. Sehingga guru harus menenangkan anak tersebut agar mau belajar seperti biasannya. Hal yang paling sulit buat guru ketika membujuk seorang anak yang sedang menangis untuk diajak belajar. Seorang guru harus memiliki cara tertentu terhadap anak untuk mau kembali belajar seperti biasanya. Jika terjadi seperti hal ini, cara yang dilakukan seorang guru adalah dengan menanyakan apa yang diinginkan anak tersebut pada saat itu. Jika anak tersebut menginginkan A maka sebisa mungkin kita berusaha untuk memenuhinya agar anak tersebut mau belajar. Jika keinginananya tidak bisa dipenuhi, diluar dari kemampuan guru maka sianak hanya akan diajak bermain dilingkungan sekolah. Jika anak tersebut sudah merasa senang sianak pasti mau diajak belajar, jika tidak atau tetap masi bersedih maka guru tetap mengalihkannya dalam bermain.

3.1.2. Pola Pengajaran dengan Metode Terapi

Di sekolah ini bermain termasuk juga salah satu terapi yang diberikan untuk anak. Tujuan dari bermain adalah untuk melatih motorik, panca indera anak, dan sebagainya. Salah satu teknik bermain yang menjadi terapi anak autis disekolah ini adalah dengan melempar dan menangkap bola. Teknik bermain ini bertujuan untuk melatih respon anak dalam menerima perintah seseorang. Seperti disuruh untuk melempar dan menangkap bola. Selain itu bermain melempar dan menangkap bola juga melatih fokus mata anak autis, karena kebanyakan anak autis arah pandangannya sering tidak terarah dan dengan terapi bermain bola ini menjadi salah satu teknik dalam penyembuhannya. Universitas Sumatera Utara 78 Seperti yang dikemukan Tardif, mengajar merupakan suatu perbuatan yang dilakukan sorang guru dengan tujuan membantu dan memudahkan murid dalam melakukan kegiatan belajar, mulai dari penyajian materi dan penyampaian materi sesuai dengan keadaan siswa. Penyajian materi yang sudah dibentuk oleh sekolah juga harus didampingi oleh inisiatif seorang guru dalam menyampaikan materinya. Guru harus dituntut untuk mampu mengenali anak didiknya terdahulu sebelum melakukan proses belajar mengajar. seorang guru harus dapat membuat bahwa dirinya merupakan orang tua mereka atau sama baiknya dengan orang tua mereka dan membuatnya senyaman mungkin. Karena anak autis ini jika tidak merasa dekat dan nyaman terhadap guru maka anak tersebut susah untuk mengikuti setiap perintah guru. Sehingga point utama yang harus dilakukan guru adalah membuat anak tersebut merasa dekat dengan anak didiknya agar suasana nyaman dapat dirasakan anak tersebut. Untuk membuatnya merasa nyaman dan merasa dekat guru mengunakan bahasa yang baku dengan tekanan nada yang tegas. Selain itu juga guru harus sering membuat pujian terhadap anak seperti mengatakan bawa diri nya cantik kalau dia perempuan, mengatakan dirinya bersih, mengatakan dirinya hebat dan sebagainya sehingga anak tersebut merasa tersanjung dan menganggap gurunya itu adalah orang baik terhadapnya. Seorang guru mengemukakan kepada saya bertepatan saya masuk keruang kelas tepat pada saat dia mengajar. diselah-selah sianak lagi merasa bosan dan hampir marah terhadap bosannya penyampaian pelajaran, sang guru berusaha menenangkannya dengan memberikan sebuah pujiaan sambil memerintahkan anak Universitas Sumatera Utara 79 tersebut mengambil air minum untuk anak tersebut. Guru tersebut sambil berkata kepada sayaNurleli, 32 Tahun: “ gini lah dek terkadang saya puji-pujilah dulu dia, saya bilanglah dia bersih saya bilang dia rapi supaya jagan marah dia, supaya teralihkan kebosananya ini padahal tengoklah ingus nya pun keluar-keluar inilah yang dibilang berbohong demi kebaikan sembari guru tersebut mengambil tisu untuk membersihkan lendir yang ada dihidung anak tersebut”. Terlihat kadang seorang guru memiliki kejenuhan kecil dalam menghadapi perilaku-perilaku anak tersebut. Seorang guru terlihat harus mampu dengan cepat menyesuaikan diri sesuai keadaan yang diinginkan anak agar jangan sampai anak marah dan tidak mau belajar. Guru tersebut juga mengemukakan kepada saya Nurleli, 32 tahun: “inilah yang harus kami jaga dek untuk guru-guru disini supaya murid-murid disini jagan sampai marah besar, karena kalau udah marah besar bisa-bisa dia benci kita dan gak mau lagi diajarkan sama kita. Maka dari itu jika anak ini sudah terlihat bosan dan marah maka kami para guru harus dengan cepat mengalihkannya, yang tadinya dari belajar yah menjadi memperintahkannya sesuatu sambil berusaha menenangkannya dengan cara kami masing- masing”. Guru-guru disini juga dibantu oleh assisten terapi terutama anak yang dibawah umur 5 tahun dengan dengan sikap yang sangat pendiam. Tugas seorang terapis adalah membantu seorang guru dalam menyampaikan pelajaran dan juga melakukan terapi. Tugas seorang terapi adalah mengarahkan anak agar mau melakukan perintah yang diberikan dari guru. Seperti misalnya mengajari anak dalam meronce memasukan benda kecil kedalam benang seorang terapis membantu anak tersebut dari belakang tempat duduk anak sementara guru utamanya mengarahkan Universitas Sumatera Utara 80 alih mata anak terhadap benda yang dimasukan. Karena setiap kali anak diperintahkan untuk meronce seringkali seorang anak mengarahkan pandangnya kesegala arah sehingga guru terkadang mengarahkan wajah anak ke objek yang dikerjakannya. Hal ini yang membuat mengapa seorang guru utama harus dibantu dengan assistennya agar dapat mempermudah proses belajar dan terapi. Selain itu juga tenaga terapis dibutuhkan terhadap anak yang hiperaktif atau sering disebut berlebihan bergerak. Fungsi tenaga terapis disini sangat dibutuhkan karena disaat guru menerangkan suatu model pembelajaran sering kali seorang anak melakukan kegiatan bergerak yang berlebihan seperti misalnya memukul-mukul meja dengan keras, memain-mainkan pensilnya bahkan hingga lari-lari disekitar kelas. Dengan adanya assisten terapis yang duduk dibelakang murid tersebut yang mengarahkan dan menjaganya untuk tetap tenang duduk membuat guru utama lebih mudah dalam menyampaikan model pembelajaranya. Ada 2 Perilaku anak autis yang dapat digolongkan dalam 2 jenis dan ditemukan disekolah ini, yaitu: 1. Perilaku eksesif berlebihan seperti hiperaktif, tantrum berupa menjerit, menyepak, membenturkan kepala, menggit, mencakar, memukul, menyerang mencubit menyakiti diri sendiri 2. Perilaku defisit berkekurangan ditandai dengan ganguan berbicara, perilaku sosial yang kurang baik, deficit sensori sehingga dikira tuli, emosi yang tidak tepat, jatuh tidak nangis, bermain tidak benar, emosi tidak tepat,menangis tanpa sebab, tertawa tanpa sebab dan melamun. Universitas Sumatera Utara 81 Berdasarkan perilaku anak autis yang berbeda diatas metode ataupun model pembelajaranya tetap sama hanya saja anak yang memiliki perilaku hiperaktif harus diajarkan oleh satu guru dan satu assisten. Karena perilakunya yang memiliki gerak berlebihan seperti berlari kesana kesini, mengerakan tangan berlebihan, mengarahkan wajah kesegalah arah dan sebagainya sehingga membuat proses belajar terganggu. Maka dari itu diperlukannya tenaga assisten terapis untuk membantu menenangkan mereka.

3.2. Pemilihan Teknik Mengajar