E-Government sebagai Revitalisasi Pemerintahan Konvensional

7 pendukung e-government serta mengidentifikasi prioritas tindakan yang dapat menciptakan peningkatan strategis di pemerintahan dan mengatur transformasi pemerintah sesuai kebutuhan penduduk, dibentuk Satuan Kerja Task Force E- Government pada tahun 2001 OMB 2002.

2.2 E-Government sebagai Revitalisasi Pemerintahan Konvensional

Ndraha 2002 menjelaskan asal kata pemerintahan. Pengganti kata benda pemerintah dan pemerintahan di dalam kamus adalah government. Kata kerjanya dalam bahasa Inggris adalah govern memerintah yang berasal dari kata Latin gubernare atau bahasa Gerika Greek atau Yunani kybernan, artinya mengemudikan sebuah kapal. Jadi ”memerintah” di sini berarti mengemudikan. Kata benda lain sebagai turunan dari kata kerja govern adalah governance Latin gubernantia, menunjukkan metode atau sistem pengemudian atau manajemen organisasi. Kata kerja govern digunakan di lapangan politik, kata bendanya menjadi government. Governance lebih sebagai gejala sosial, sedangkan government, gejala politik. Dewasa ini ada kecenderungan untuk mengembalikan makna pemerintahan dari government ke governance yang lebih luas, sekurang- kurangnya menghidupkan kembali konsep governance disamping government. Misalnya melalui konsep good governance. Secara umum, government identik dengan governance. Pemerintahan dalam perspektif ilmu pemerintahan di dalam Ndraha 2002 didefinisikan sebagai proses pemenuhan kebutuhan manusia sebagai konsumer pengguna produk-produk pemerintahan terhadap pelayanan publik dan pelayanan civil. Badan yang berfungsi sebagai pengelola pemerintahan disebut pemerintah. Di sini terjadi hubungan-pemerintahan yaitu hubungan antara pemerintah dan yang-diperintah konsumer dalam hal ini rakyat atau masyarakat. Hubungan yang terjadi bersifat horisontal yang memungkinkan adanya kontrol politik atau kekuasaan karena keberadaan pemerintah dan yang-diperintah masyarakat yang sebenarnya adalah satu kesatuan. Suatu saat sebagai sovereign pemegang sovereignity atau kedaulatan atas, pemilik negara,rakyat berada di atas negara. Pada saat lain sebagai konsumer – dan negara sebagai produser – ia 8 sejajar dan berada pada posisi tawar bargaining position dengan negara. Sementara pada posisi lain, sebagai warga negara, sebagai pembayar pajak, ia tunduk pada berada di bawah negara. Di sinilah menyebabkan diperlukannya suatu ilmu tata kenegaraan dan kepemerintahan yang bisa memberikan dasar yang kuat untuk memahami proses-proses yang terjadi. Sementara itu dalam perspektif administrasi negarapublik sebagai bagian dari ilmu politik, pemerintahan adalah keseluruhan kerja yang dilakukan pemerintah sebagai organisasi atau badan yang dibentuk dan diserahi tugas atau kuasa sehingga pemerintah disebut juga penguasa negara untuk melaksanakan tujuan didirikannya suatu negara dan mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan negara Salam 2002. Tujuan utama negara sendiri bersifat abstrak-idiil, namun dapat dinyatakan secara umum adalah memajukan kesejahteraan rakyatnya, melindungi rakyatnya, dan mencukupi kepentingan- kepentingan rakyatnya yang lain. Tujuan negara sering disinonimkan dengan fungsi negara. Tetapi dalam ilmu administrasi negara yang diperhatikan adalah fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan negara 1 . Salah satu fungsi yang dijalankan pemerintah adalah sebagai agent of development, pelaksana pembangunan. Definisi pembangunan dinyatakan Suradinata 1994, sebagai suatu usaha atau rangkaian kegiatan dalam pertumbuhan dan perubahan yang berencana, dilaksanakan secara bertahap dan sadar atas suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan suatu bangsa terutama meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan administrasi negara. Dalam ilmu administrasi negara seperti dalam Sugandha 1989, Suradinata 1994, dan Handayani 1996 dijelaskan tentang suatu sistem yang kompleks yang mengatur jalannya pemerintahan dan pembangunan yang disebut birokrasi. Birokrasi tumbuh karena kebutuhan proses kegiatan organisasi dan lingkungan, serta merupakan alat paling efisien untuk organisasi besar dan kompleks. Tetapi disadari bahwa keberadaan birokrasi yang semakin besar, urusan yang berbelit-belit, dan ketidakjelasan tugas dan wewenang menyebabkan 9 birokrasi dapat menjadi ”mesin” yang ditakuti masyarakat. Di sini masyarakat dapat menjadi apatis dan tingkat partisipasinya 2 dalam pembangunan menurun. Dalam suatu negara dengan kekuatan politik dan organisasi massa yang kurang mampu menjalankan fungsi-fungsinya, maka apabila tidak ditunjang oleh proses pengambilan keputusan dan pengontrolan pelaksanaan keputusan yang baik, kekuasaan birokrasi itu akan semakin besar. Semakin besar kekuasaan birokrasi, aparat birokrasi mungkin dapat leluasa mengendalikan lingkungan luar birokrasi sesuai dengan persepsi yang dimiliki dan mengokohkan kedudukannya dalam tatanan organisasi pemerintahan. Secara teoritis, keadaan ini mencerminkan kegagalan untuk mewujudkan ide demokrasi dan menutup keterbukaannya kepada masyarakat. Birokrasi sebagai suatu sistem organisasi pemerintahan memiliki berbagai sub-sistem yang saling berkaitan, saling mendukung dan menentukan, sehingga dapat membentuk suatu totalitas komponen yang terpadu dalam suatu sistem tersebut. Suradinata 1994 menyatakan bahwa pemahaman tentang birokrasi sebagai organisasi, mempunyai implikasi yang lebih luas daripada cakupan birokrasi secara normal. Organisasi dipandang sebagai suatu sistem dimana masukannya berupa sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber lainnya. Informasi dapat dijadikan dasar untuk rencana kegiatan atau tujuan. Dalam proses organisasi itu melibatkan aspek manusia, sarana dan prasarana, koordinasi, pengawasan, kekuasaan dan kebijaksanaan. Aspek-aspek tersebut merupakan sub sistem, yang dapat dibagi lagi menjadi sub-sub sistem yang keseluruhannya merupakan sistem organisasi. Proses organisasi yang merupakan sistem deterministik memiliki sub sistem dan interrelasi yang menunjukkan perilaku yang dapat diramalkan sehingga selanjutnya ditransformasi pada keluaran sebagai hasil yang diharapkan berupa benda atau jasa. Dalam sistem ini, keluaran dikembalikan sebagai masukan untuk umpan balik untuk mendapatkan proses yang lebih baik. Gambaran pemodelan sistem untuk sebuah organisasi diperlihatkan pada Gambar 1. 1 Tujuan negara dan fungsi negara dari berbagai pandangan dapat dilihat di Salam 2002, sementara tugas pemerintah sekaligus fungsi negara dapat dilihat di Sabeni Gozali 1993. 2 Lihat kata kunci partisipasi yang menjadi sangat penting dalam konteks e-government. 10 Lingkungan masyarakat dan alam keluaran proses masukan Sumber daya dan informasi ORGANISASI - manusia - sarana dan prasarana - kekuasaan - koordinasi - pengawasan - kebijaksana an Hasil yang diharapkan: Jasa dan barang Umpan balik Lingkungan dalam organisasi Gambar 1 Pemodelan proses sebagai sebuah sistem untuk sebuah organisasi Suradinata 1994. Dalam proses organisasi terdapat pengaruh lingkungan yang selalu harus diperhitungkan. Pengaruh ini acapkali berhubungan dengan pekerjaan dalam proses organisasi. Jadi, selain pengaruh dalam organisasi terdapat pengaruh lain yaitu lingkungan masyarakat dan alam. Di dalam sistem administrasibirokrasi negara diperjelas bahwa masukan untuk proses politik adalah: 1 informasi kebutuhan masyarakat dan negara, 2 sumber daya manusia dan alam, dan 3 peran serta masyarakat. Sementara hasil dari proses atau keluaran adalah pengambilan keputusan dan kebijaksanaan pembangunan. Di sinilah kata kunci informasi dan peran serta masyarakat berpengaruh dalam mengembangkan administrasibirokrasi negara yang efektif dan efisien dan proses pengambilan keputusan yang lebih baik lihat Osborne 1996. Siagian 2003 menyatakan pentingnya peranan informasi dalam kehidupan modern dewasa ini sehingga masyarakat yang mengolah informasi secara ”tradisional” – dalam arti tidak menggunakan sarana bermuatan teknologi tinggi – disebut 11 masyarakat prainformasional 3 untuk kata lain masyarakat yang belum maju. Sebaliknya masyarakat yang mengolah berbagai komponen penanganan informasi dengan memanfaatkan kemajuan dan teknologi informasi disebut sebagai masyarakat informasional. Hal yang sama dapat dinyatakan untuk pemerintahan informasional. Beberapa ciri masyarakat informasional yang cukup penting adalah jumlah informasi yang melimpah, transmisi informasi yang cepat, lingkup informasi yang luas, biaya pengadaan murah, mobilitas informasi, jangkauan informasi terbuka, cara penyampaian informasi lewat banyak media, unit penanganan informasi terutama menggunakan mesin, dan akses informasi yang luas. Pertanyaan yang lebih muncul, apakah masyarakat dan juga pemerintahan yang informasional berarti telah menerapkan e-government? Bila konsep e-government seperti yang dinyatakan pada awal bab ini kemudian diikuti sebagai acuan, maka harus dilihat dulu bagaimana proses pengolahan informasi tersebut berpengaruh dalam kinerja pemerintahan serta mengubah proses layanan kepada masyarakat. Bila proses informasional tadi hanya bersifat otomatisasi proses-proses di dalam pemerintahan tetapi tidak memberikan transparansi pada proses administrasi negara dan tidak membuat masyarakat lebih terlibat dalam proses pemerintahan, maka e-government tidak terlaksana. Sebaliknya bila kita lihat bahwa e-government merupakan suatu proses antara, maka proses ini harus didahului oleh sebuah proses pemerintahan informasional. Di sini, karena syarat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi adalah syarat utama terciptanya suatu e-government, maka proses informasional mutlak harus terjadi lebih dulu. Dalam OMB 2002 dinyatakan bahwa e-government memberikan banyak kesempatan untuk meningkatkan kualitas layanan untuk masyarakat. Masyarakat seharusnya bisa memperoleh layanan atau informasi tertentu dalam waktu menit atau jam, berbanding standar saat ini dalam hari atau minggu. Masyarakat, kelompok bisnis dan aparat pemerintah lokal atau nasional seharusnya dapat 3 Seperti kata prasejarah yang digunakan untuk menyatakan suatu masa yang tidak ditemukan catatan-catatan tertulis sebagai bentuk adanya peradaban maju yang 12 mengisi berbagai laporan-laporan tanpa harus menyewa akuntan atau pengacara. Pegawai pemerintahan sendiri seharusnya juga dapat mengerjakan pekerjaannya lebih mudah, efisien dan efektif seperti rekan-rekannya di dunia komersil. Sementara itu Adam et al. 2004 dalam laporan pembentukan divisi e- government di State of New Jersey Amerika Serikat menyatakan bahwa tujuan dari inisiatif ini adalah untuk mendefinisikan ulang cara bagaimana pemerintah, masyarakat, dan kalangan bisnis bertukar informasi, barang, dan layanan dengan menggeser shifting paradigma layanan pemerintahan di New Jersey dari sistem yang membutuhkan banyak pekerja labour-intensive dan pengiriman berfokus pada institusi agency-focused delivery menjadi sistem yang sifatnya tanpa perantara immediacy dan terpadu cohesiveness tanpa batasan waktu dan jarak. Salah satu bagian integral dari inisiatif ini adalah mengembangkan sebuah portal e-government yang berpusat pada manusia human-centered yang efektif dan efisien untuk mendukung perusahaan skala kecil dan menengah di New Jersey sehingga membantu perkembangan bisnis baru dan memfasilitasi hubungan interaktif jangka panjang yang efektif di antara bisnis-bisnis ini.

2.3 Portal Pemerintahan