80 oleh Lembaga Kajian Hukum dan Teknologi dari Universitas Indonesia dengan
jalur Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
4.7.7 Single Identity Number : Nomor Identitas Tunggal Penduduk Indonesia
Di dalam sebuah negara modern, pendataan kependudukan population registration merupakan dasar yang sangat penting untuk melakukan kerja
organisasi untuk pelayanan publik agar dapat berjalan sistematik dan efisien. Pendataan kependudukan merupakan sumber informasi yang memberikan data
populasi yang diperlukan untuk kepentingan administrasi pada kebanyakan otoritas pemerintahan, seperti badan imigrasi, kantor sosial, kantor kematian,
pajak dan kepolisian. Beberapa hal lain terkait dengan hal pendataan kependudukan adalah keluarga berencana, pemilu, layanan kesehatan dan
pendidikan. Pendataan kependudukan ini terkait dengan pencatatan penduduk civil
registration untuk memberikan bukti sah atas kejadian-kejadian penting dalam kehidupan individual, dari lahir sampai mati. Kejadian-kejadian ini dicatat dalam
dokumen yang sah seperti akte kelahiran. Dari sudut pandang individu, identitas yang sah ini merupakan prasyarat untuk memperoleh hak-hak sipil, seperti
layanan publik. Data kependudukan dari pendataan kependudukan dan pencatatan
penduduk membentuk sebuah basis data dari Sistem Informasi Data Penduduk yang memberikan informasi dari setiap individu tercatat dan menjadi basis
statistik kependudukan terbaru. Pendataan Kependudukan, Pencatatan Penduduk, dan Informasi Data Kependudukan merupakan sub sistem atau komponen dari
Sistem Administrasi Kependudukan. Memahami pentingnya sebuah proses pendaftaran penduduk yang teratur,
Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR telah mengeluarkan Tap MPR No. VI Tahun 2002 untuk segera menciptakan sistem pengenal tunggal dan terpadu
Kartu Tanda Penduduk atau nomor induk tunggal dan terpadu bagi seluruh penduduk Indonesia dari lahir hingga meninggal dunia, dan dengan nomor yang
sama digunakan pula pada passport, surat izin mengemudi, nomor pokok wajib pajak, dan kartu pengenal lainnya.
81 Hal ini disadari karena sampai saat ini tidak kurang dari 24 instansi
pemerintah yang mengeluarkan atau menerbitkan 29 nomor identitas. Nomor- nomor identitas ini digunakan baik untuk keperluan individu maupun usaha mulai
dari KTP, KK, paspor, SIM, BPKP, NPWP, NIP hingga NRP. Dengan adanya sebuah nomor identitas tunggal maka diharapkan di masa mendatang nomor ini
dapat digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan yang berhubungan dengan identitas penduduk.
Proses penciptaan identitas tunggal ini ditangani oleh Departemen Dalam Negeri lewat Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan. Sejak tahun 2002
telah dilaksanakan berbagai persiapan, antara lain landasan peraturan perundang- undangan serta pedoman-pedoman di bidang administrasi kependudukan termasuk
protyping Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK. Konsep pembangunan SIAK dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pilot paralel adalah Sistem yang dibangun SIAK diujicobakan di beberapa kabupatenkota terlebih dahulu untuk menguji performansi, skalabilitas,
keamanan, dan user friendly. Sementara itu sistem yang sedang berjalan tetap digunakan sampai menunggu sistem yang baru SIAK dinyatakan
berhasilefektif dan dapat diterapkan secara nasional. 2. Database tersentralisasi untuk menghindari terjadinya NIK ganda. NIK
diterbitkan dari database yang terpusat tersentralisasi di Jakarta sebagai database nasional. Transaksi perekaman data menggunakan aplikasi SIAK oleh
para pengguna client yang tersebar terdistribusi di simpul-simpul pelayanan pendaftaran penduduk KelurahanDesa, atau Kecamatan dan pelayanan
pencatatan sipil KabupatenKota. SIAK dibangun dan dikembangkan secara bertahap untuk dapat beroperasi online secara nasional.
3. Pembangunan dan pengembangan SIAK dilakukan secara terpusat dengan arsitektur multitier dan berbasis web, maksudnya adalah bahwa pengembangan
aplikasi-aplikasi dilakukan di pusat, sedangkan daerah mengoperasikannya dengan suatu sistem protokol yang diatur secara nasional.
Kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa ada banyak kabupatenkota yang sudah membangun sistem informasi menggunakan komputerisasi dengan
menerapkan teknologi informasi, misalnya melalui program SIMDUK.
82 Pengembangan dan modifikasi dari sistem yang ada, tetap dapat dilanjutkan
pengoperasiannya untuk pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, dengan tetap menjamin terpeliharanya database penduduk agar nantinya dapat
dikonversikan ke dalam SIAK. Lebih jauh proses penataan administrasi kependudukan ini juga dilakukan
dengan ikut serta dalam Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan P4B yang dilakukan dalam persiapan Pemilu oleh Komisi
Pemilihan Umum KPU. Kegiatan ini kemudian dilakukan bersama antara KPU, Badan Pusat Statistik BPS dan Depdagri dalam Pemilu 2004. Proses pendataan
dilakukan BPS, dengan KPU cukup menggunakan data penduduk yang memenuhi syarat sebagai pemilih, sementara data keseluruhan kemudian diserahkan kepada
Ditjen Administrasi Kependudukan untuk pemeliharaan dan pembaharuan update.
Pemeliharaan database akan dimulai dari simpul kecamatan dan rencananya berlaku 2004. Setiap enam bulan data akan diperbaharui. Dari
kelurahan akan dikirim secara manual ke kecamatan dimana data diperbaharui. Pemutakhiran data dilakukan bila terjadi kelahiran, kematian, perkawinan,
perceraian, adopsi, perpindahan, pendaftaran biodata, perubahan nama kepala keluarga dan lain-lain.
SIAK sedang diujicoba secara bertahap melalui proyek rintisan di enam provinsi antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali. Proses ini
diharapkan dapat menghasilkan sebuah bank data nasional yang akan menjadi sarana menerbitkan Nomor Induk Kependudukan NIK atau Nomor Identitas
Tunggal Penduduk. NIK berupa 16 digit angka akan diberikan sejak lahir dan berlaku sampai meninggal.
Penerbitan NIK berpengaruh dalam proses layanan pemerintahan termasuk dalam transaksi layanan di portal pemerintahan. Keberadaan sebuah basis data
NIK yang dapat diakses oleh sistem portal memungkinkan lebih mudahnya proses verifikasi untuk pemberian hak seseorang dalam suatu wilayah pemerintahan
daerah. Keberadaan NIK dan berarti juga data-data terkait yang dipunyai pemegang NIK, memudahkan proses transaksi yang memungkinkan personalisasi
dan autentikasi pengguna portal berjalan lebih cepat.
83 Bisa dibayangkan bila sebuah pemerintahan mempunyai banyak transaksi
di dalam sistem e-government-nya baik yang internal di dalam sistem portal atau yang tersedia di sistem dinas atau satuan kerja, dan setiap transaksi meminta
informasi pribadi pengguna. Hal ini pasti akan menjengkelkan pengguna layanan karena transaksi yang tidak berjalan dengan cepat. Di sisi lain, bila setiap unit
layanan kemudian mengembangkan atau menyimpan suatu data informasi pengguna layanannya, maka yang terjadi adalah redundansi informasi dan berarti
ketidakefisienan dalam kapasitas penyimpanan.
4.7.8 Portal KabupatenKota, Provinsi dan Negara