Perkembangan E-Government di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan E-Government di Indonesia

Dinamika pemerintahan di Indonesia sangat berpengaruh dalam perkembangan e-government Indonesia. Proses politik dan ekonomi kenegaraan memperlihatkan hubungan yang erat antara kemauan dalam bentuk konsep dan implementasi di lapangan. Perkembangan pemerintahan daerah yang lebih otonom, termasuk dengan adanya reformasi yang dimulai pada tahun 1998 saat yang hampir sama dengan merebaknya penggunaan Internet di Indonesia, dengan dikeluarkannya UU no. 221999 yang kemudian diperbaharui dengan UU no. 322004 menyebabkan terjadinya perubahan dalam kewenangan pemerintahan yang ditangani oleh pemerintah pusat dan kewenangan yang ditangani oleh pemerintah daerah provinsikabupatenkota. Dalam hal ini terjadi perpindahan kewenangan yang sangat besar sehingga memberikan kekuasaan lebih luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur jalannya pemerintahan daerah. Hal ini kemudian berpengaruh pada proses politik dan ekonomi pembangunan daerah. Juga dalam hal implementasi konsep dan rencana-rencana yang dikeluarkan oleh pemerintahan pusat. Konsep atau rencana-rencana yang dikeluarkan oleh badan atau lembaga kenegaraan di tingkat pusat apalagi yang tidak memiliki kekuatan hukum yang tetap karena tidak termasuk dalam peraturan perundang-undangan, dapat dengan mudah diabaikan oleh pemerintah di daerah bila dianggap tidak sejalan dengan visi pembangunan di daerah atau bila dianggap tidak memberikan keuntungan segera. Istilah instansi vertikal dan instansi horisontal menjadi kabur karena kewenangan yang besar pada eksekutif pimpinan daerah gubernurwalikotabupati. Beberapa kasus yang sering dijadikan contoh terutama terkait dengan kewenangan pengelolaan sumber daya alam seperti hutan dan pertambangan karena menyangkut besaran penerimaan daerah. Selain itu 33 orientasi pada kegiatan yang bersifat proyek menimbulkan masalah dalam hal pendanaan yang tidak transparan serta koordinasi antar instansi di dalam satu pemerintah daerah dan koordinasi dengan instansi di tingkat yang lebih tinggi. Termasuk di dalam hal ini adalah pengembangan berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi untuk e-government daerah. Padahal, ketersediaan berbagai perangkat ini merupakan syarat utama yang harus diciptakan untuk mencapai pendekatan layanan yang berorientasi pada masyarakat karena otonomi mengharapkan adanya penguatan layanan dengan penekanan pada pemerintah daerah. Sebagai landasan pengembangan e-government di Indonesia telah dikeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-Government. Sementara itu instansi terkait yang aktif dalam pengembangan e-government adalah Kementerian Komunikasi dan Informasi Kominfo 17 , sekarang telah berubah menjadi Departemen Komunikasi dan Informasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Lembaga Informasi Nasional LIN, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas, dan PT. Telkom. Kominfo terlihat aktif dengan mengeluarkan 16 kebijakan operasional seperti panduan infrastruktur portal, panduan manajemen dokumen elektronik, panduan situs pemda, termasuk cetak biru aplikasi untuk pemda, serta pembangunan kunci e-procurement 18 sistem manajemen pengadaan atau 17 Terkait perubahan politik negara dan kebijakan di masa lalu, terjadi ketidak jelasan fungsi lembaga, wewenang dan tanggung jawabnya. Contoh paling jelas terkait dengan teknologi informasi termasuk pengembangan e-government Indonesia adalah keberadaan Kominfo. Kementerian yang telah ada sejak jaman Presiden Abdurrahman Wahid ini pada awalnya diposisikan sebagai lembaga negara non teknis yang berkutat dengan pengembangan komunikasi dan informasi. Tetapi, hal ini ternyata dianggap kurang karena tidak adanya fungsi kontrol atau pengawasan yang dimiliki lembaga ini sehingga kemudian ditingkatkan menjadi departemen. Keberadaan Inpres No. 32003 ini selain memperkuat legitimasi Kominfo sebagai koordinator dalam lini ICT secara nasional juga memberikan keleluasaan bagi Kominfo untuk melakukan koordinasi lintas sektoral yang sebenarnya amat sulit di negeri ini. 18 Peraturan mengenai e-procurement direncanakan dalam bentuk Keputusan Presiden menjadi sangat penting dalam hal penciptaan proses pemerintahan yang bersih karena selama ini salah satu peluang terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme adalah karena tidak transparannya proses pengadaan barang dan jasa untuk pemerintah. Sayangnya, rancangan undang-undang yang diharapkan menjadi salah satu payungnya yaitu RUU 34 pembelian suatu barang dan jasa menggunakan media elektronik atau Internet meliputi proses penawaran dan tender yang harus didukung infrastruktur telekomunikasi di daerah. Daftar lengkap dapat dilihat di Lampiran 2. Kominfo juga menangani masalah-masalah teknis, apalagi dengan perubahan menjadi Depkominfo yang memasukkan Direktorat Jenderal Telekomunikasi di bawahnya, termasuk menangani masalah yang berkaitan dengan perkembangan Internet di Indonesia. Tetapi, beberapa kebijakan dan antisipasi yang dikeluarkan masih sering dipertanyakan terutama oleh kalangan pengguna teknologi informasi dan komunikasi karena dirasa kurang tepat atau terlambat dikeluarkan. Beberapa contoh seperti dalam masalah jaringan wireless berbasis 2,4 GHz atau masalah voice over Internet protocol VoIP serta yang terakhir adanya sweeping perangkat lunak bajakan di warung-warung Internet. Sebuah proyek yang sebenarnya sangat baik untuk didukung pernah dilaksanakan oleh BPPT dengan istilah Pengembangan Perangkat Lunak Terintegrasi untuk E-Government 19 , di tahun 2003, yang salah satu keluarannya adalah Kantaya dan WinBi. Kantaya adalah aplikasi sistem informasi kepemerintahan untuk pengelolaan berbagai sumberdaya di daerah dan sistem pelayanan kepada masyarakat yang berbasis intranet. WinBi 20 adalah program sistem operasi komputer berbahasa Indonesia yang dikembangkan berbasis sistem operasi open source Linux. Tetapi, gaung keberadaan program-program ini kelihatannya tidak sampai ke pemerintah-pemerintah daerah dan masyarakat, kemungkinan karena kurangnya sosialisasi serta penyebaran program 21 , dan memang masih kurangnya kesadaran pengguna. Informasi dan Transaksi Elektronik ITE masih dalam pembahasan DPR dan belum mengalami perkembangan berarti. 19 http:www.bppt.go.idppktampilkan.php?id=319 20 WinBi = Windows Bahasa Indonesia sebuah penamaan yang dapat bermasalah karena Windows adalah merk terdaftar dari Microsoft. 21 BPPT memberikan kesempatan kepada peminat program untuk men-download kedua aplikasi ini, tetapi melupakan kenyataan bahwa akses Internet di Indonesia terutama di daerah sebagian besar menggunakan dial up yang kecepatannya terbatas sehingga akan menyulitkan pengunduhan download program-program berukuran besar. Selain itu, aktivitas dalam pengembangan aplikasi ini juga terhenti, terbukti dengan tidak ditemukannya lagi informasi dan link mengenai hal ini di situs BPPT pada akses bulan Mei 2005. 35 Di Bappenas, sejak tahun 1997 hingga sekarang ada beberapa proyek studi di bidang teknologi informasi yang sudah dan atau sedang dikerjakan menggunakan dana pinjaman dari World Bank, antara lain: pembuatan National Information Technology Frameworks NITF, Technical Asistance Training Program TATP suatu program pelatihan bagi usaha kecil menengah untuk mendayagunakan penggunaan teknologi informasi agar dapat menunjang bisnisnya, Inventarisasi Ketanggapan dan Pengembangan Kerangka Hukum Electronic Commerce, Pengembangan Strategi Pembangunan Industri Perangkat Lunak Nasional, dan Pengembangan Indonesia Country Gateway - suatu portal yang diharapkan menjadi kumpulan bagi portal-portal lain yang memuat segala informasi tentang Indonesia. Perkembangan sarana akses telekomunikasi seperti telepon dan Internet yang tidak merata menjadi hambatan yang paling sering ditemui dalam mengembangkan e-government sampai ke tingkat daerah. Hal ini menyebabkan kesulitan pemerintah yang ingin memanfaatkan TI sebagai sarana layanan bagi masyarakatnya.

4.2 Kondisi Umum Situs Pemerintahan Indonesia