1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa tersebut dapat berupa rangkaian
kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan maupun tulis dan dapat bersifat transaksional ataupun interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat
dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antar penyapa dan pesapa. Wacana lisan tersebut tidak hanya terpaku pada hal yang disampaikan oleh penutur, namun juga
konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang makna wacana menjadi sulit diterka karena pemahaman makna tersebut tidak hanya berasal dari tuturan
saja tetapi juga konteks yang meliputinya. Tindak tutur tersebut merupakan suatu kajian pragmatik yang dapat diteliti makna dan praanggapannya.
Praanggapan merupakan bagian dari pragmatik, yang mengaitkan dua proposisi untuk dapat dipahami maknanya. Praanggapan diperoleh dari pernyataan yang
disampaikan tanpa perlu ditentukan apakah praanggapan tersebut benar atau salah. Pemahaman mengenai praanggapan ini melibatkan dua partisipan utama, yaitu dua
penutur atau yang menyampaikan suatu pernyataan atau tuturan dan lawan tutur dan biasanya diasosiasikan dengan pemilihan kata atau diksi, frasa, dan struktur Yule, 1996
: 26. Gagasan Yule tersebut memperlihatkan adanya indikasi terjadinya praanggapan yang aktual ketika hal tersebut berkaitan dengan konteks dalam komunikasi.
Praanggapan dapat dikaji melalui tiga kajian ilmu, yaitu Semantik, Analisis Wacana, dan Pragmatik. Semantik merupakan kajian yang memaknai suatu tuturan tanpa melihat
adanya konteks. Dalam kajian wacana, makna gagasan dalam sebuah tuturan dilihat dari kohesi dan koherensinya. Pragmatik melihat tuturan secara lengkap beserta konteks
situasinya. Praanggapan juga didefinisikan sebagai suatu hal yang dipercaya sebagai latar
belakang, kaitannya dengan tuturan yang dimiliki dan diketahui oleh penutur dan mitra perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
tutur sebagai tuturan yang sesuai dengan konteks Levinson, 1993: 179. Oleh karena itu penelitian ini akan menggunakan pendekatan pragmatik.
Penelitian mengenai praanggapan dapat menjadi sangat luas bergantung pada data apa saja yang memungkinkan adanya praanggapan. Selama data tersebut
memenuhi komponen-komponen yang melibatkan tuturan dari partisipan, konteks situasi, dan detail-detail yang membantu proses komunikasi, makna yang terkandung
dalam data tersebut memungkinkan untuk diteliti praanggapannya. Data-data yang memuat konteks situasi tutur dalam berkomunikasi dalam ragam sosial masyarakat, baik
budaya atau adat yang berlaku dapat ditemukan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Setiap situasi sosial membutuhkan cara penyampaian tuturan dan bagaimana
tuturan tersebut dimaknai. Karakter dalam setiap ragam sosial membentuk pemahaman dan anggapan yang ada dalam memaknai suatu gagasan Grundy, 2000 : 197. Dalam
data lisan terkandung tuturan, latar, partisipan, dan pengetahuan bersama yang dapat membantu peneliti dalam memahami makna di balik tuturan tersebut. Dalam data lisan
dan tulisan atau wacana yang memiliki banyak gagasan terdapat banyak ide yang disampaikan melalui tuturan. Dalam wacana dipastikan terdapat pesan yang ingin
disampaikan pada target wacana tersebut. Melihat banyaknya bentuk wacana yang ada, penelitian ini akan lebih fokus pada wacana berbentuk lisan.
Pragmatik dapat didefinisikan sebagai studi mengenai makna dalam hubunganya dengan situasi ujar Leech, 1993:8. Pemahaman dan pengkajian pragmatik di sini
cenderung lebih umum karena akan berpengaruh pada situasi budaya atau konteks sosial. Kajian linguistik yang membahas makna lewat asumsi adalah praangapan yang
merupakan bagian dari pragmatik. Dalam konteks ini pembicara yang memiliki praanggapan, bukan pernyataannya. Sebaliknya, pernyataannyalah yang memiliki
keterikutan bukan pembicaranya Yule, 1996:25. Dalam penelitian ini pembahasan hanya terbatas sampai praanggapannya saja tanpa masuk pada pembahasan keterikutan
lebih dalam. Penelitian mengenai praanggapan ini sudah pernah dilakukan oleh beberapa ahli atau pakar bahasa. Tulisan-tulisan tersebut dimuat dalam berbagai bentuk
baik dalam buku, tesis, disertasi ataupun jurnal terkait seperti yang telah dituliskan oleh Berliana Raharjo tahun 2012 dengan judul “Bahasa pada Dialog Iklan Produk–Produk
PT. Unilever Tbk di televisi Swasta Indonesia Kajian Pragmatik”. Penelitian ini perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
meneliti mengenai fungsi-fungsi bahasa pada dialog iklan produk-produk PT. Unilever Tbk di televisi swasta Indonesia. Berliana memaparkan penerapan prinsip kerjasama
yang terjadi pada dialog iklan produk-produk PT. Unilever Tbk. Selain itu, dalam penelitian ini menjabarkan wujud dari pengungkapan implikatur percakapan tersebut
dan alasan dari bahasa tersebut dapat mempengaruhi para konsumen melalui tayangan iklannya di stasiun televisi. Dalam karya tulisan ini, Berliana telah mampu memaparkan
prinsip-prinsip kerja sama apa saja yang dapat terbangun dari proses tersebut. Penelitian pragmatik juga dilakukan oleh Sri Haryanti pada tahun 2001 dengan
judul “Implikatur Percakapan Dalam Prosa Fiksi Bahasa Inggris Suatu Kajian Pragmatik”. Pada tulisan ini disampaikan bahwa penelitian ini difokuskan pada bentuk
dan jenis tindak tutur bermuatan implikatur yang dapat direalisasikan dalam percakapan prosa fiksi Bahasa Inggris tersebut. Peneliti membahas mengenai penerapan maksim-
maksim dalam prinsip kerja sama dan kesopanan dalam tindak tutur bermuatan implikatur yang terkandung dalam prosa tersebut.
Penelitian lainnya mengenai praanggapan dalam konteks pragmatik yang dilakukan oleh Dona Rivai tahun 2000 yang berjudul “Peranan Alat-Alat Kohesi dan
Praanggapan dalam Mengikat Tema Lagu Cinta Berbahasa Jerman”. Penelitian tersebut mengkaji kohesi dan koherensi lagu yang bertemakan cinta dalam bahasa Jerman dari
artis Gaby Albrecht. Selain itu, penelitian ini menggunakan praanggapan untuk membantu pemaknaan teks tersebut secara mendalam.
Penelitian praanggapan yang berkaitan dengan humor dilakukan pada tahun 2009 oleh Gaya Tri Nadya yang berjudul “Praanggapan Dalam Adegan Film Janji
Joni”. Penulis telah melakukan penelitian dengan kajian utama praanggapan dengan pendekatan pragmatik. Penelitian ini dilakukan menggunakan data dari tuturan dalam
adegan film Janji Joni. Tuturan tersebut diteliti dengan melihat konteks situasi, partisipaan tutur, dan pengetahuan bersama yang melatarbelakangi.
Benny P. H. Lee dari Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Singapura pada tanggal 21 Oktober 1998 melakukan penelitian berjudul Mutual knowledge, background
knowledge and shared beliefs: Their roles in establishing common ground sebagai judul
dari artikel yang telah beliau tulis beberapa tahun yang lalu. Penelitian ini membahas perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
peran dari pengetahuan bersama, pengetahuan mendasar dan keyakinan dalam membangun atau membentuk dasar-dasar umum common ground pada sebuah
peristiwa tutur. Untuk memperoleh informasi ataupun data yang akurat maka digunakan beberapa komponen terkait seperti shared knowledge, mutual knowledge, common
knowledge, back ground knowledge, common ground, mutual belief, shared belief, mutual supposition, dan presupposition
di mana kompenen-komponen ini digunakan untuk memperlihatkan lancar atau tidaknya sebuah peristiwa tutur.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hang-Jung Schmid dari Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Bayreuth, Jerman pada tahun 2000 dengan judul Presupposition
can be a bluff: How abstract nouns can be used as presupposition triggers . Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi khusus mengenai pengenalan kesatuan wacana tidak khusus dengan kata benda abstrak di dalam sebuah klausa dan pengaruh
yang digambarkan oleh peran informasi dari konstruksi N-be-that dan fungsinya. Hal ini dilakukan untuk memperoleh jenis praanggapan terbaru dari sebuah fakta-fakta yang
terkandung dalam sebuah peristiwa tutur. Pada ulasan sebuah buku membahas mengenai Culuture, communication and
coorperation: Interpersonal relations and pronominal address in a Mexican organization
. Buku ini membahas mengenai hubungan antara budaya, komunikasi dan kerjasama. Ulasan ini bertujuan mengetahui penggunaan pronominal dalam hubungan
antara perseorangan dan kelompok dalam sebuah organisasi di sebuah perusahan Meksiko.
Selanjutnya, penelitian serupa dilakukan oleh Hye-Kyung Lee dari Fakultas bahasa Inggris di Universitas Ajaou,Won Chandong, Korea Selatan pada tahun 2003
dengan judul Presupposition and Implicature Under Negation. Dalam tulisan ini, Peneliti mengusulkan sebuah klasifikasi penyangkalan baru. Terdapat sebuah perbedaan
antara penyangkalan deskriptif descriptive negation dengan penyangkalan metalingguistik metalinguistic negation. Peneliti menyatakan bahwa ini merupakan
hal pembatalan praanggapan dan pembatalan implikatur yang biasanya diklasifikasikan sebagai peniadaan metalinguistik.
commit to user
Lalu penelitian lain yang terkait disusun oleh N. J. Enfield dari salah satu institut bahasa dan psikolinguistik pada tahun 2007 dengan judul Relationship thingking
and human pragmatics . Penelitian ini difokuskan pada satu elemen dari interaksi sosial,
yang merupakan salah satu dari kesatuan hubungan dasar dari sebuah pendekatan komperatif relatif. Hal ini berpusat pada sebuah peristiwa tutur di sebuah pedesaan di
Laos. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan tersebut membantu peneliti
mendapat suatu celah untuk melakukan penelitian mengenai praanggapan dengan data yang juga merupakan wacana namun dalam bentuk yang berbeda. Praanggapan tersebut
diperoleh dari percakapan wisatawan asing dan penduduk setempat. Praanggapan tersebut kemudian dikelompokan sesuai dengan jenis-jenis praanggapan yang ada, lalu
dianalisis dengan memperhatikan konteks, situasi tutur dan lain sebagainya. Praanggapan yang terdapat dalam tuturan wisatawan asing dan penduduk setempat
inilah yang merupakan kajian utama dalam penelitian ini. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, istilah praanggapan presuposisi berasal dari kata to pre- suppose, yang
dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand menduga sebelumnya. Dari makna ini berarti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah
memiliki dugaan sebelumnya tentang suatu hal yang dibicarakan. Selain definisi tersebut terdapat juga beberapa definisi–definisi lainnya dari para
ahli yang dapat memaparkan dengan jelas arti dari praanggapan yang sebenarnya. Levinson 1983 : 168 menyatakan bahwa “the ordinary language notion of
presupposition to describe any kind of background assumption against which an action, theory, expression or utterance makes sense or is rational”.
Dalam pernyataan tersebut jelas dikatakan bahwa praanggapan adalah sebuah ide atau gagasan biasa yang mampu
menggambarkan setiap jenis tanggapan dari sebuah tindakan, teori, ekspresi ataupun ujaran atau tuturan yang memiliki makna dan mampu diterima oleh akal masuk akal.
Selain itu Yule 1996 : 25 mengatakan bahwa “a presupposition is something the speaker assumes to be the case prior to making utterance. Speakers, not sentences,
have presupposition”. Dalam hal ini Yule menyatakan bahwa praanggapan atau
presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Elemen yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan
commit to user
kalimat. Pendapat selanjutnya dipaparkan oleh Cummings 1999 : 42 yang menyatakan bahwa asumsi-asumi atau inferensi- inferensi yang tersirat dalam ungkapan – ungkapan
linguistik tertentu. Pengertian praanggapan diperjelas kembali oleh Yan Huang dalam bukunya
Pragmatics 2007:65 sebagai berikut:
Presupposition can be informally defined as an inference or proposition whose truth is taken for granted in the utterance of a
sentence. Its main function is to act as a precondition of some sort for the appropriate use of that sentence.
Yan Huang dalam pernyataan di atas mendeskripsikan bahwa praanggapan merupakan sebuah kesimpulan atau gagasan di mana kebenaran didapatkan serta merta didalam
sebuah kalimat ujaran yang berfungsi sebagai prasyarat bagi sebagian kelayakan pengunanan kalimat tersebut. Dari beberapa defenisi praanggapan di atas dapat
disimpulkan bahwa praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh mitra tutur;
sebagai contoh dasar yang sederhana dari pernyataan di atas adalah 1
A. Mary’s dog is cute. = p
B. Mary has a dog = q
C. p q Yule, 1996 : 26
Dalam contoh sederhana di atas dapat dipahami dengan mudah bahwa terdapat sebuah usulan yang jelas bahwa Marry’s dog is cute sebagai gagasan, usulan bahkan tuturan
yang ditranskripsikan dengan lambang = p dan kemudian melahirkan sebuah praanggapan yang sederhana terhadap pernyataan di atas yaitu Mary has a dog yang
dilambangkan dengan = q . Sementara itu symbol ini melambangkan maksud dari suatu pemisalan atau pengisyaratan dari sebuah hasil praanggapan.
2 A. The king of France is bald.
= p B. There is a king of France.
= q C. p q
Yan Huang, 2007 : 65
Contoh kedua di atas memiliki konsep penjelasan yang tidak jauh berbeda dengan contoh pertama, ada sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa The King of France is
commit to user
bald dan itu merupakan sebuah gagasan = p sedangkan There is a king of France
merupakan praanggapannya = q. Dari beberapa penjelasan dan contoh praanggapan yang sederhana tersebut dapat diketahui jika peran praanggapan dalam suatu
komunikasi sangat penting, sebab praanggapan dapat menentukan suatu komunikasi berjalan lancar atau tidak. Inti dari permasalahannya adalah mencari keselarasan antara
praanggapan yang dimiliki penutur dan mitra tutur selama proses komunikasi tersebut. Sejalan dengan pernyataan tersebut Peter Grundy pada bukunya “Doing Pragmatics”
2000: 119 menyatakan bahwa ... is about the existing knowledge common to speaker and hearer that
the speaker does not therefore need to assert. This presupposed knowledge is then taken together with the propositions asserted in the
utterence and the addresse’s knowledge of the world as the basis on which an inference is drawn as to implied meaning, or implicature,
that the utterence conveys.
Grundy menjelaskan bahwa praanggapan merupakan adanya pengetahuan bersama antara si penutur dan mitra tutur. Pada dasarnya si penutur tidak perlu atau tidak harus
menegaskan tuturanya. Pengetahuan atau ilmu untuk menduga atau mereka-reka dibarengi oleh gagasan atau ide untuk menegaskan suatu tuturan dan tujuan
pengetahuan umum sebagai dasar dari sebuah inferensi yang digambarkan sebagai makna tidak langsung atau tersembunyi yang disampaikan oleh tuturan tersebut.
3 I enjoyed working with Anne when she was setting assignments.
Dari contoh tersebut diketahui bahwa praanggapan dari kalimat tersebut adalah I supposed that there is a such a person as Anne and that she set assignments, assert that
it was at that time that I enjoyed working with her. Penjelasan ini membantu peneliti melakukan penelitian dengan kajian utamanya
ialah praanggapan dengan pendekatan pragmatik. Penelitian yang dilakukan oleh peniliti ini menggunakan data berupa tuturan wisatawan asing yang berkunjung ke
Ubud dan penduduk setempat. Tuturan tersebut terjadi di tiga lokasi yakni, Pusat Penerangan Informasi Wisata Tourism Information, Agen Perjalanan Travel Agent,
Pasar Seni Art Market, Bali. Alasan peneliti memilih ataupun memutuskan untuk mengkaji data ini karena didasari oleh adanya keunikan yang khas yang terdapat pada
peristiwa tutur tersebut. Keunikan khas tersebut adalah sebuah tuturan yang diproduksi perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
oleh penutur dan mitra tutur yang memiliki dua dasar bahasa berbeda. Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui praanggapan yang dapat pahami
selama proses percakapan berlangsung. Peneliti mengkaji data dengan melihat konteks situasi, partisipan tutur, dan
pengetahuan bersama yang melatarinya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi praanggapan yang muncul dari tuturan-tuturan tersebut. Lalu praanggapan tersebut
dikelompokan berdasarkan jenis-jenis praanggapan sesuai dengan kerangka teori yang ada. Penelitian ini berjudul Pemakaian Praanggapan Pada Tuturan Wisatawan Asing
Dalam Berinteraksi Dengan Penduduk Setempat di Ubud, Bali. Hasil dari penelitian ini
diharapkan bisa menambah dan memperluas kajian pragmatik, khususnya dalam praanggapan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah