Keterampilan-Keterampilan Dalam Kooperatif Pembelajaran Kooperatif
19
dibuatnya dengan persoalan itu. Inilah salah satu jalan menciptakan refleksi yang menuntut kesadaran akan apa yang sedang dipikirkan dan
dilakukan. Selanjutnya, ini akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk secara aktif membuat abstraksi. Usaha menjelaskan
sesuatu kepada kawan-kawan justru membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas dan bahkan melihat inkensistensi pandangan
mereka sendiri”. Mengerti bahwa teman lainnya belum memiliki jawaban yang siap, akan
meningkatkan keberanian siswa untuk mencoba dan mencari jalan, jika ia menemukan jawaban, itu akan mendorong yang lain untuk menemukannya juga.
Ketidakkonsistenan dan kesahan yang ditunjukkan oleh teman dianggap kurang meyakinkan dibandingkan ditunjukkan oleh guru. Ini akan meningkat harga diri
mereka. Menurut Driver dan kawan-kawan, bahwa
“Konstruktivisme sosial menekankan bahwa belajar berarti dimasukkannya seseorang ke dalam dunia
simbolik”. Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman.
Pembentukkan makna adalah dialog antar pribadi. Belajar merupakan proses masuknya seseorang dalam kultur-kultur orang yang terdidik. Dalam hal ini,
pelajar tidak hanya memberikan akses ke pengalaman fisik, tetapi juga ke konsep- konsep dan model-model pengetahuan konvensional. Oleh sebab itu, guru
berperan penting karena mereka menyediakan kesempatan yang cocok dan prasarana masyarakat ilmiah bagi siswa. Dalam konteks ini kegiatan-kegiatan
yang memungkinkan siswa dan berdialog dan berinteraksi dengan para ahli, dengan lembaga-lembaga penelitian, dengan sejarah penemuan ilmiah, dan
dengan mastarakat pengguna hasil ilmiah akan sangat membantu merangsang mereka untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teori yang mendasari, menurut Slavin ada 2 katEgori, yaitu teori motivasi dan teori kognitif.
1. Teori Motivasi.
Menurut teori motivas i yang diungkapkan Slavin, “Motivasi siswa
pada pembelajaran kooperatif awalnya terletak pada bagaimana bentuk reward
20
dan struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan”. Sturktur tersebut terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Kooperatif
Tujuan setiap individu menyumbang tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan berhasil jika siswa yang lain ikut terlibat.
b. Kompetitif
Tujuan individu membuat frustasi pencapaian individu lain. Siswa yakin mereka akan mencapai tujuan mereka jika siswa lain tidak
mencapai tujuan tersebut. c.
Individualistik Tujuan setiap individu tidak memiliki konsekuensi terhadap
pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa
lain dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif akan
menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya cara agar anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi mereka sendiri hanya apabila kelompok itu
berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pribadi mereka, setiap anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya agar berhasil.
Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja di dalam kelompoknya, sehingga dapat terjadi ikatan kerja sama dan ikatan yang sosial
yang kuat antar anggota kelompok. Setiap anggota memberikan kontribusinya dalam mengerjakan tugas dalam kelompok tersebut. Hal ini menandakan
kebutuhan siswa unuk diterima dan dihargai serta dapat mewujudkan diri sendiri, sehingga kondisi ini dapat dihargai serta dapat memotivasi siswa
untuk lebih semangat dalam belajar. Motivasi terdiri dari 2 katagori, yaitu:
a. Motivasi ekstrensik, yaitu motivasi yang timbul karena adanya
rangsangan dari luar. b.
Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tersebut.