20
dan struktur pencapaian tujuan saat siswa melaksanakan kegiatan”. Sturktur tersebut terdiri atas 3 macam, yaitu:
a. Kooperatif
Tujuan setiap individu menyumbang tujuan individu lain. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan berhasil jika siswa yang lain ikut terlibat.
b. Kompetitif
Tujuan individu membuat frustasi pencapaian individu lain. Siswa yakin mereka akan mencapai tujuan mereka jika siswa lain tidak
mencapai tujuan tersebut. c.
Individualistik Tujuan setiap individu tidak memiliki konsekuensi terhadap
pencapaian tujuan individu lain. Siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa
lain dalam mencapai tujuan tersebut. Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif akan
menciptakan suatu situasi dimana satu-satunya cara agar anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi mereka sendiri hanya apabila kelompok itu
berhasil. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pribadi mereka, setiap anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya agar berhasil.
Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar dan bekerja di dalam kelompoknya, sehingga dapat terjadi ikatan kerja sama dan ikatan yang sosial
yang kuat antar anggota kelompok. Setiap anggota memberikan kontribusinya dalam mengerjakan tugas dalam kelompok tersebut. Hal ini menandakan
kebutuhan siswa unuk diterima dan dihargai serta dapat mewujudkan diri sendiri, sehingga kondisi ini dapat dihargai serta dapat memotivasi siswa
untuk lebih semangat dalam belajar. Motivasi terdiri dari 2 katagori, yaitu:
a. Motivasi ekstrensik, yaitu motivasi yang timbul karena adanya
rangsangan dari luar. b.
Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang tersebut.
21
Jadi teori motivasi tentang pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada sejauh mana tujuan-tujuan kooperatif berpengaruh terhadap motivasi
siswa dalam melaksanakan kerja akademik. Sehingga tujuan yang ingin dicapai akan lebih berhasil untuk meningkatkan proses pembelajaran yang
lebih baik.
2. Teori Kognitif
Teori kognitif menekankan pengaruh bekerja dalam suasana kebersamaan di dalam kelompok itu sendiri. Teori kognitif dapat
dikelompokan dalam dua kategori yaitu: a.
Teori Perkembangan Hal yang ingin dijelaskan dalam teori perkembangan adalah bahwa
interaksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitifnya, dapat meningkatkan penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep yang sulit. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Damon dan Muray yang mengatakan bahwa:
“The fundamental assumption of the developmental theories is that interaction among children around appropriate tasks increases their
mastery of critical concepts.” b.
Teori Elabolasi Kognitif Pandangan teori ini menyatakan bahwa agar informasi dapat
disimpan di dalam memori dan terkait dengan informasi yang sudah ada, maka siswa harus terlibat dalam beberapa macam kegiatan restruktur atau
elabirasi kognitif atas suatu materi. Hal ini seperti yang diungkapkan Wittrock bahwa:
“Research in cognitive psychology has found that if information is to be retaired in memory and related to engage in some sorf of cognitive
restructuring or elaboration of the material.” Di dalam psikologi kognitif telah ditemukan bahwa jika informasi yang telah tersimpan dalam ingatan
dan selanjutnya dihubungkan dengan informasi yang baru, maka siswa harus melakukan penstrukturan kembali kognitifnya
.
22
Ketika siswa melakukan kembali pengetahuannya tersebut dengan
pengetahuan yang telah ada sehingga siswa tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Pada pembelajaran kooperatif, di dalam kelompok akan terjadi tutorial diantara dimana siswa yang lebih menguasai konsep atau materi
pelajaran akan memberikan penjelasan kepada siswa lain dalam kelompoknya. Ketika seorang siswa menjadi tutor, ia akan mentransfer
pengetahuannya kepada siswa lain, sehingga siswa tersebut akan memperoleh suatu pemahaman yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Peningkatan pemahaman juga terjadi pada siswa yang diberikan penjelasan tutee. Sehingga keduanya akan memperoleh peningkatan
pemahaman terhadap suatu materi.
23
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani yaitu, paedagogik. Paes berarti anak, gogos artinya membimbing atau tuntutan, iek
artinya ilmu. Jadi pengertian paedagogik adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya yaitu rohani pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani dan jasmani panca indera serta
keterampilan-keterampilan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “Pendidikan
berasal dari kata didik yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an yang artinya proses pertumbuhan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, pembuatan, dan cara mendidik
”. Menurut Amier Dien Inderakusuma, “Pendidikan adalah bantuan yang
diberikan dengan sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohani untuk mencapai tingkat dewasa”
12
. Adapun menurut Arifin, “Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan
kepribadian serta kemampuan anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non-
formal”. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantoro, “Pendidikan adalah memberikan tuntunan kepada anak yang memiliki kekuatan kodrat agar
mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam hidupnya”. Menurut Prof. Dr. Zakiah Derajat adalah sebagai berikut:
“Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran- ajaran agama Islam berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta
didikan agar nantinya setelah selesai dari pendidikan mereka dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh pandangan hidupnya demi keselamatan
dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak”. Dari uraian-uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
agama Islam ialah usaha yang diarahkan kepada pembentukkan kepribadian anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam, supaya kelak menjadi manusia yang cakap
12
Drs. Amier Dien Inderakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Malang, hlm 27.
24
dalam menyelesaikan tugas hidupnya yang diridhoi Allah SWT sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan utama dalam pendidikan agama Islam ialah pembentukkan moral. Dengan menanamkan akhlak yang mulia berarti menanamkan kepada mereka
untuk menghindari hal-hal yang tercela yang dapat merusak moral dan melanggar ketentuan ajaran-ajaran Islam, kemudian membiasakan diri untuk melakukan hal-
hal yang terpuji dan menuju kepada ketakwaan. Dengan kata lain tujuan pendidikan agama Islam identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yakni
manusia diciptakan atau tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah mencari kebahagiaan dunia dan akhirat kelak, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Adz-
Dzariyat: 56
ﺖ ﻴ ׃
“Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka itu beribadah kepada-
Ku”. QS. Adz-Dzariyat:56 Dari rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam yang telah dikemukakan di
atas terlihat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam mempunyai cakupan yang lebih luas, yang pada akhirnya tertumpu pada penyerahan diri secara total hanya
kepada Allah SWT dan erbentukknya akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam yang disebut dengan kepribadian muslim sebagai tujuan akhir dari pendidikan
Islam.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab
dengan pendidikan agama dapat mendorong seseorang untuk bertakwa kepada Allah SWT serta memiliki ilmu pengetahuan, dapat mengembangkan kemampuan
25
diri, bermasyarakat dan dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma- norma ajaran Islam.
a. Metode Pendidikan Agama Islam
Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Menurut Jalaludin dan kawan-
kawan, “Metode dapat diartikan sebagai cara menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik peserta
didik”.
13
Tujuan menggunakan suatu metode yang paling tepat dalam pendidikan agama Islam adalah untuk memperoleh efektivitas dari kegunaan
metode itu sendiri.
14
Efektivitas bisa diketahui dari kesenangan pendidik yang memakainya di satu pihak, serta tumbuhnya minat dan perhatian peserta didik
dilain pihak dalam proses kependidikan dan pengajaran. Kedua belah pihak timbul rasa senang mengerjakan suatu pekerjaan bahwa ada yang dikerjakan
itu bermanfaat bagi mereka. Dalam menentukan metode harus disesuaikan dengan materi yang
akan diajarkan, kondisi serta keadaan peserta didik. Ada empat hal yang menjadi dasar pertimbangan memilih metode pendidikan agama Islam, yaitu:
1. Dasar agama, meliputi pertimbangan al-Qur’an dan sunah Nabi SAW
serta, pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan oleh para sahabat Nabi dan para ulama.
2. Dasar sosiologi, meliputi pertimbangan jasmani dan tingkat
perkembangan usia anak. 3.
Dasar psikologis, meliputi pertimbangan terhadap motivasi, kebutuhan emosi, minat, sikap, keinginan, bakat dan intelektual anak didik.
4. Dasar sosio, meliputi pertimbangan sosial di lingkungan anak didik.
15
13
Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1994, hlm 2.
14
H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, cet ke 2, hlm 521.
15
Jalaludin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet ke 2, 1996, hlm 52.