Pengertian Kooperatif Pembelajaran Kooperatif

14 merupakan pengembangan kurikulum dalam hal akademik, individu maupun sosial”. 4 Sebuah hasil riset tentang kooperatif menunjukkan, bahwa para siswa bisa lebih mengerti secara mendalam tentang materi yang dipelajarinya, meningkatkan performent para siswa, meningkatkan kepercayaan diri, motivasi yang lebih tinggi untuk menyelesaikan tugasnya. Beberapa keunggulan dari kooperatif adalah: 1 Segala perbedaan dihargai. 2 Belajar melihat perspektif yang lebih lengkap. 3 Pengembangan kemampuan interpersonal. 4 Mencelupkan anak dalam kegiatan yang mengasyikkan. 5 Memberikan kesempatan untuk mendapatkan umpan balik. Esensi kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok menjadi optimal. Keadaan ini mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja, dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai dengan selesainya tugas-tugas individu dan kelompok. Karakteristik dari kooperatif adalah kelompok kecil bekerja sama atau belajar, dan pengalaman belajar. 5 Menurut Anita Lie ada beberapa manfaat kooperatif, yaitu: a Siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dengan siswa lain. b Siswa mempunyai kesempatan lebih banyak untuk menghargai perbedaan. c Meningkatkan partisipasi belajar siswa. d Mengurangi kecemasan siswa kurang percaya diri. e Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif. f Meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa: “Kooperatif adalah suatu variasi pengajaran dimana siswa belajar dalam suatu kelompok-kelompok kecil. Kelompok tersebut saling membantu, saling berdiskusi dan beragrumentasi dalam memahami suatu materi 4 Asmarawaty, Penerapan Pendekatan Kooperatif dan Science, Envirotment, Technology, Society SETS dalam Pengajaran Konsep Persilangan, Buletin Pelangi Pendidikan, vol 3, No. 2, 2000, hlm 39. 5 Nurul Astutik, … hlm 12. 15 pelajaran serta bekerja sama dalam mengerjakan tugas atau lembar kerja. Sehingga pembelajaran ini dapat membantu dalam meminimalisir perbedaan pemahaman dan penugasan terhadap materi pelajaran dari setiap individu siswa”. 6 Kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar dalam kooperatif, yaitu: 1. Saling ketergantungan positif. 2. Tanggung jawab. 3. Tatap muka. 4. Komunikasi antar anggota. 5. Evaluasi proses kelompok. 7 Kelompok kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional. Kelompok tradisional maksudnya adalah kelompok belajar yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok diskusi, kelompok tugas, dan kelompok belajar lainnya. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional dapat dilihat di bawah ini: a. Kelompok Kooperatif, yaitu: 1. Adanya saling ketergantungan positif. 2. Adanya akuntabilitas individu. 3. Kelompok heterogen. 4. Terjadinya transfer sikap kepemimpinan. 5. Menekankan pada penyelesaian tugas dan mempertahankan hubungan. 6. Keterampilan sosial diajarkan secara langsung. 7. Guru melakukan observasi dan intervensi. 8. Guru memperhatikan proses belajar sehingga efektif. b. Kelompok Belajar Tradisional, yaitu: 1. Tidak ada saling ketergantungan positif. 2. Tidak ada akuntabilitas individu. 3. Kelompok homogen. 4. Hanya bergantung kepada satu orang pemimpin. 6 Khoirul Anam, … hlm 2. 7 Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang Kelas, Jakarta: Grasindo, 2002, hlm 30. 16 5. Hanya menekankan pada penyelesaian tugas. 6. Keterampilan sosial hanya diasumsikan dan diabaikan. 7. Guru mengabaikan fungsi kelompok belajar. 8. Guru tidak memperhatikan kelompok belajar. 8

2. Prinsip-prinsip Dasar Kooperatif

Prinsip-prinsip kooperatif ada 5, yaitu: a. Saling ketergantungan, yakni anggota kelompok siswa harus mengatakan bahwa mereka memerlukan kerjasama untuk mencapai tujuan. b. Interaksi berhadap-hadapan, yakni kelompok kecil terdiri dari 2 sampai 4 orang anggota, siswa saling bekerja sama untuk mendapat hasil belajar yang lebih baik, dimana tiap anggota kelompok duduk berhadapan. c. Kemampuan melapor secara individu, yakni semua anggota kelompok harus mempunyai kemampuan menanggapi suatu masalah, dan mengembangkan ide-idenya untuk keberhasilan kelompok. d. Menggunakan keterampilan sosial, yakni dalam hal ini guru harus menjelaskan keterampilan sosial sebelum pelajaran dimulai dengan memfokuskan satu keterampilan setiap minggu. e. Proses kelompok, yakni siswa harus mengevaluasi efektivitas kelompok. 9

3. Langkah-Langkah Kooperatif

Terdapat enam langkah utama dalam kooperatif yang terdapat di bawah ini, yakni: Langkah 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Langkah 2: Menyajikan informasi. Menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan atau teks. Langkah 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efesien. Langkah 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas. Langkah 5: Evaluasi 8 Nurhadi, … hlm 114. 9 Asmarawaty, … 39. 17 Mengevaluasikan hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, Langkah 6: memberikan penghargaan Memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 10

4. Keterampilan-Keterampilan Dalam Kooperatif

Keterampilan-keterampilan dalam kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Keterampilan-keterampilan kooperatif menurut Lundgren tersebut antara lain sebagai berikut: a. Keterampilan Tingkat Awal 1 Menggunakan kesepakatan 2 Menghargai kontribusi. 3 Mengambil giliran dan berbagai tugas. 4 Berada dalam kelompok. 5 Berada dalam tugas. 6 Mendorong partisipasi. 7 Mengundang orang lain. 8 Menyelesaikan tugas pada waktunya. 9 Menghormati perbedaan individu. b. Keterampilan Tingkat Menengah 1 Menunjukkan penghargaan dan simpati. 2 Mengungkapkan ketidaksetujuan. 3 Mendengarkan dengan aktif. 4 Bertanya. 5 Membuat rangkuman. 6 Menafsirkan. 7 Mengatur dan mengorganisir. 8 Mengurangi ketegangan. c. Keterampilan Tingkat Mahir 1 Menglaborasi. 2 Memeriksa dengan cermat. 3 Menanyakan kebenaran. 4 Menetapkan tujuan. 5 Berkompromi. 11 10 Ibrahim Muslim, Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA: University Press, 2001, hlm 10 11 Perdy Karuru, … hlm 794. 18

5. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham kontruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran kontruktivistik. Pembelajaran kontruktivistik merupakan proses aktif dari pelajar untuk membangun pengetahuan, bukan hanya bersifat aktif tetapi juga keaktifan secara fisik. Artinya melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahwa yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki pelajar dan ini berlangsung secara mental. Dengan demikian hakikat dari pembelajaran ini adalah membangun pengetahuan. Cara belajar mengajar di sekolah yang berdasarkan pada teori kontruktivisme adalah cara belajar yang menekankan murid dalam membentuk pengetahuannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilisator yang membantu keaktifan murid tersebut dalam pembentukkan pengetahuannya. Suparno menyebutkan ciri-ciri belajar kontruktivisme adalah sebagai berikut: 1. Belajar berarti membentuk makna. 2. Belajar berarti mengkonstruksi terus menerus. 3. Belajar adalah mengembangkan pemikiran, bukan mengumpulkan fakta- fakta dan menghafalkannya. 4. Belajar berarti menimbulkan situasi ketidakseimbangan. 5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pembelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. 6. Hasil belajar pembelajar tergantung pada apa yang telah dimiliki olehnya. Oleh karena itu, pendekatan kontrutivisme ini guru tidak lagi mengajar siswa apa yang harus dilakukan dan bagaimana dia melakukannya, akan tetapi guru memotivasi siswa dan memfasilitasinya agar mau secara aktif mengolah informasi. Karena pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun sosial, kelompok belajar dapat dikembangkan. Von Glaserfeld menjelaskan: “Bagaimana pengaruh kontruktivisme terhadap belajara dalam kelompok. Menurut dia, dalam kelompok belajar siswa harus mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat

15 113 114

Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar pendidikan agama islam siswa kelas V di sdn kedaung kaliangke 12 pagi

6 106 71

Kontribusi pembelajaran pendidikan diniyah terhadap prestasi pendidikan agama islam siswa pada SDN 03 Pagi Kemanggisan Jakarta Barat

3 34 97

Hubungan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Ketataatan Beribadah Siswa : Studi Kasus SMP YPI Bintaro

0 4 106

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 5 18

PENGANTAR HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

0 0 8

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN METODE AMTSAL DI SDN PURWOTOMO NO. 97 Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Amtsal Di SDN Purwotomo No. 97 Surakarta.

0 0 13

PROBLEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN 01 SUMBERBNDUNG PRINGSEWU

1 6 102

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 0 125

HUBUNGAN ANTARA PERAN SUPERVISI PENGAWAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN I SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 31