56
1. Mengadakan kompetensi persaingan terhadap para siswa guna
meningkatkan prestasi belajarnya. 2.
Pace making membuat tujuan sementara atau dekat. 3.
Mengadakan penilaian atau tes.
46
b. Meningkatkan disiplin belajar siswa
Pada hakikatnya disiplin adalah pengendalian perilaku dan pengendalian diri. Apabila seorang siswa dapat mengendalikan dirinya dan
perilakunya sehari-harinya baik di rumah, sekolah maupun lingkungan sekitarnya maka ia telah mendisiplinkan diri.
Ketika siswa sudah memiliki kedisiplinan baik hal itu yang berasal dari dirinya maupun atas dorongan orang lain, maka segala sesuatu yang
dikerjakan akan menjadi maksimal. Siswa yang berdisiplin di sekolah dengan selalu masuk tepat pada waktunya.tidak pernah membolos, selalu
memperhatikan keterangan guru di kelas, rajin mengerjakan tugas yang diberikan guru, maka pada akhirnya ia akan mendapatkan prestasi yang
baik dalam belajarnya. Untuk itu pihak sekolah harus memperhatikan kebutuhan siswa
untuk mencapai tujuan belajar, diantaranya dengan selalu menekan disiplin pada siswa. Contohnya siswa yang terlambat atau membolos maka akan
dikenakan hukuman. Dengan adanya hukuman ini maka siswa tersebut akan terdorong untuk tidak melanggar peraturan dan berusaha selalu untuk
menjalani proses belajar mengajar dengan sebaik-baiknya dan pada akhirnya akan memperoleh prestasi yang baik.
Di samping itu, disiplin belajar siswa tidak akan berjalan kalau guru yang mengajar pun tidak berdisiplin. Untuk itu guru harus
memberikan teladan yang baik kepada siswanya guna meningkatkan kedisiplinan belajar siswa.
46
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet-ke 7, hlm 29-30.
57
D. Kerangka Berpikir
Kooperatif digunakan dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan anggota atau kelompok itu sendiri. Keberhasilan kelompok mencapai tujuan
karena tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok. Kooperatif bagi guru merupakan pengembangan kurikulum dalam hal akademik,
individu maupun sosial. Pendidikan agama Islam yaitu pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam berupa bimbingan terhadap peserta didik agar dapat
mengamalkan dan memahami ajaran-ajaran agama Islam. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam bidang pendidikan di Indonesia yang
juga banyak diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh peran guru. Guru lebih banyak menempatkan peran
siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Ada persepsi umum yang sudah mengakar dalam dunia pendidikan. Yakni menganggap bahwa tugas guru
adalah mengajar dan menuntut siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan sebanyak mungkin. Guru dipandang oleh siswa sebagai orang yang
maha tahu dan sumber informasi. Lebih celaka lagi adalah siswa belajar dalam situasi yang sarat beban dan menakutkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan
mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. Untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam siswa, guru
harus dapat memilih dan menyajikan strategi dan pendekatan belajar yang lebih efektif. Salah satunya adalah dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.
E. Pengajuan Hipotesa
Seperti telah disampaikan di atas bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungannya pembelajaran kooperatif pendidikan agama Islam
terhadap prestasi siswa di SDN Rempoa II. Sehingga hipotesa peneitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
Ha: Terdapat hubungan pembelajaran kooperatif pendidikan agama Islam dengan prestasi siswa di SDN Rempoa II.
Ho: Tidak terdapat hubungan pembelajaran kooperatif pendidikan agama Islam dengan prestasi siswa di SDN Rempoa II.
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang pertama disebut variabel pengaruh
atau variabel antiseden yaitu peran pembelajaran kooperatif pendidikan agama Islam, dan variable yang kedua disebut variabel terpengaruh atau variabel
konsekuensi, yaitu prestasi siswa. Sebagaimana diketahui bahwa pelajaran- pelajaran pendidikan agama di sekolah meliputi bidang kemampuan dasar dengan
tujuan agar anak didik mampu menghubungkan pengetahuan yang sudah diterima dan diketahui dengan pengetahuan yang diperoleh.
Hasil belajar agama Islam diartikan sebagai skor yang diperoleh tes mata pelajaran agama Islam yang diberikan melalui hasil semester yang sekaligus
digunakan untuk penelitian ini.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di SDN Rempoa II, yang lokasinya di jalan Wijaya Kusuma I Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur. Proses penelitian
dilaksanakan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan instrumen, uji coba instrumen yang dilajutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai
kegiatan inti penelitian, rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama dua bulan, mulai dari awal September sampai akhir Oktober 2010.
59
C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti. Adapun populasi yang peneliti rujuk adalah kelas V 20092010 di SDN Rempoa II, Ciputat. Popilasi terjangkau jumlah seluruh siswa kelas V sebanyak
60 orang. Sedangkan yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang
dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan sistem random sampling dalam bentuk undian sebanyak 50 . Sehingga sampel yang
dijadikan penelitian ini adalah 30 orang siswa SDN Rempoa II.
D. Metode Penelitian
Penggunaan metodologi di sini dimaksudkan untuk menentukan data yang valid, akurat, dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan
untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antara pembelajaran kooperatif Pendidikan Agama Islam dengan prestasi siswa, maka penulis dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif yakni penulis mengumpukan data-data yang diperlukan kemudian memberikan gambaran mengenai data tersebut yang
kemudian disimpulkan. Adapun teknik penulisan karya ilmiah ini, penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIn Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dan instrument dalam penelitian
dalam bentuk non tes yaitu menggunakan wawancara dan angket. Instrumen non tes dalam bentuk wawancara yakni cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya-jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan. dalam wawancara ini terdapat pertanyaan-pertanyaan mengenai seputar sekolah dan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. metode ini