30
Islam mulai keluar tanah Arab karena situasi dan kondisinya banyak berbeda di tanah Arab.
Majlis Mudzakarah Al- Azhar menetapkan bahwa “Ijtihad adalah jalan
yang dilalui dengan memberikan semua daya dan kesungguhan oleh akal melalui
ijma’, iyas, istihshan, dan dzon mendekati keyakinan untuk mengistimbathkan hukum dari dalil-dalil al-
Qur’an dan Hadits untuk menentukan bahas yang dikehendaki”.
Ijtihad menurut istilah ulama ushul ialah “Mencurahkan daya
kemampuan untuk menghasilkan hukum syara’ dari dalil-dalil syara’ secara
terperinci ”.
21
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh ahli hukum Islam untuk
menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam al- Qur’an dan
Hadits kebanyakan global, maka sering dengan perkembangan zaman dan kebanyakan permasalahan yang muncul, maka dalam hal ini ijtihad sangat
diperlukan, begitu juga dalam lapangan pendidikan yang tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri. Tapi penggunaan
ijtihad ini biasa dijadikan dasar pendidikan dengan catatan selama tidak bertentangan dengan dasar pokok.
5. Faktor-faktor Pendidikan Agama Islam
Dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan berhasil atau tidaknya
Pendidikan Agama Islam tersebut. Faktor-faktor pendidikan itu ada 5 macam, dimana faktor yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang erat,
yaitu: 1.
Anak Didik Faktor anak didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan
yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan
21
Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Rajawali, cet ke 2, 1997, hlm 45.
31
tidak akan berlangsung. Oleh karena itu, anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor lain. Dikalangan para Paedagogiek timbul suatu problem,
tentang apakah benar anak itu dapat dididik. Dalam menjawab problem tersebut, maka timbul 3 aliran, yakni:
a. Aliran Nativisme, yang berpendapat bahwa: anak sejak lahir telah
mempunyai pembawaan yang kuat, sehingga tidak menerima pengaruh buruk dari luar. Baik buruknya anak itu sangat ditentukan
oleh pembawaan, bukan tergantung kepada pengaruh dari luar. Karenanya maka pendidikan itu tidak perlu, sebab pada hakikatnya
yang memegang peranan adalah pembawaan. Aliran ini dikemukakan oleh Scorpenhaeur dari Jerman.
b. Aliran Empirisme, yang berpendapat bahwa: pendidikan adalah
mempunyai pengaruh tidak terbatas, karena anak-anak didik itu diibaratkan dengan sehelai kertas yang masih putih bersih, yang
dapat ditulis sesuai dengan kehendak si Penulisnya. Baik buruknya seorang anak tergantung pada pendidikan yang diterimanya. Aliran
ini dikemukakan oleh John Locke. c.
Aliran Convergensi, yang merupakan perpaduan antara dua aliran di atas, yang berpendapat bahwa: perkembangan jiwa anak adalah
tergantung pada dasar dan ajar, atau tergantung pada pembawaan dan pendidikan, dimana keduanya peranan yang sama pentingnya
dalam perkembangan periodik anak. Dari 3 aliran tersebut maka aliran convergensi segi penyesuaiannya
dengan ajaran Islam, dimana menurut ajaran Islam dikatakan bahwa pada anak tersebut telah mempunyai pembawaan untuk beragama yang dikenal
dengan “fitrah”, kemudian fitrah tersebut akan berjalan ke arah yang benar bilamana memperoleh pendidikan agama dengan baik dan mendapatkan
pengaruh yang baik pula dalam lingkungan hidupnya. Tinjauan terhadap faktor anak didik dari beberapa segi akan
membuktikan, bahwa anak dalam jiwanya telah ada kesiapan untuk menerima pendidikan agama.
32
a. Tinjauan dari segi ajaran Islam.
Dalam al- Qur’an maupun Hadits telah disebutkan bahwa
manusia sejak lahir telah dibekali oleh Allah SWT dengan adanya fitrah beragama. Seperti yang disebutkan dalam QS. Ar-Rum: 30
yang berbunyi :
“Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah, itulah Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”. Di samping ayat tersebut, juga disebutkan dalam hadist Nabi SAW
yang berbunyi : “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah
kecenderungan untuk percaya kepada Allah SWT. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi,
Nasrani, dan Majusi”. Dari ayat dan hadits tersebut, jelaslah bahwa pada dasarnya
anak itu telah membawa fitrah beragama, dan tergantung kepada pendidikan selanjutnya. Kalau mereka mendapatkan pendidikan
agama dengan baik, maka mereka akan menjadi orang yang taat beragama pula. Tetapi sebaliknya, bilamana benih agama yang
telah dibawa itu tidak dipupuk dan dibina, maka anak akan menjadi orang yang tidak beragama ataupun jauh dari agama.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa ajaran agama Islam tersebut paralel dengan aliran convergensi yang
mengaku adanya pembawaan dan perlunya ada pendidikan.