Rukun dan Syarat Qardh

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezeki dan kepada-Nya- lah kamu dikembalikan.”Al Baqarah: 245 Dasar hukum qardh berdasarkan Hadits: Hadits riwayat Ibnu Majah 41 “Anas bin malik berkata, berkata Rasulullah SAW: aku melihat pada waktu malam di isra‟-kan, pada pintu surga tertulis: shadaqah dibalas 10 kali lipat dan qardh 18 kali. Aku bertanya: “Wahai jibril mengapa qardh lebih utama dari sedekah? Ia menjawab: Karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.” Dari hadits terebut dapat disimpulkan bahwa memberikan pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan lebih utama daripada orang yang bersedekah. Allah SWT akan lebih banyak melipatgandakan kepada orang yang meminjamkan hartanya di jalan Allah daripada orang yang bersedekah karena seseorang tidak akan meminjamkannya jika dia benar-benar membutuhkannya. 41 Anisy Kurlillah, Kajian Muamalah, artikel ini dipublikasikan pada 7 Desember 2011 dan diakses pada 19 April 2014 dari http:caknenang.blogspot.com201112normal-O-false-false-false-en- us-x-none.html Selain itu menurut Pasal 19 ayat 1 huruf e dan ayat 2 huruf e serta pasal 21 huruf b angka 3 UU Perbankan Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19DSN-MUIIV2001 tentang Qardh, PBI No. 76PBI2005 tentang Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya dan PBI No. 919PBI2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No. 1016PBI2008. Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan PAPSI yang berlaku. Serta pembiayaan berdaarkan akad qardh berlaku bagi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 42 42 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 227