Dana Talangan Haji Talangan Pembiayaan

amalan ibadah tertentu pula. Yang termasuk dengan tempat-tempat tertentu adalah selain Ka‟bah dan Mas‟a tempat sa‟i, juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Selain itu, yang dimaksud dnegan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amalan tertentu ialah thawaf, sa‟i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain. 26 b Rukun dan Syarat Wajib Haji Pekerjaan-pekerjaan yang dipandang Rukun Haji menurut Hanafiyah, rukun haji hanya dua yaitu wukuf di Arafah dan empat kali tawaf yang pertama dari tujuh kali tawaf. Yang tiga kali lagi dipandang wajib. Menurut golongan Syafiiyah rukun haji ada enam, yaitu:ihram niat ihram, wukuf di Arafah, bercukur atau bergunting, yang dilakukan sesudah berlalu separoh malam di malam Hari Raya, Tawaf Ifadah atau Tawaf Ziarah, Sai antara Shafa dan Marwah, dan berurutan, yaitu mendahulukan ihram atas segala yang lainnya, mendahulukan wukuf atas Tawaf Ifadah. Jumhur Ulama Malikiyah dan Hanabilah berpandangan bahwa rukun haji itu ada empat yaitu: niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf Ifadhah atau tawaf Ziarah, Sai antara Shafa dan Marwah. Sedangkan untuk syarat haji ada empat syarat wajib haji yaitu: 26 Madena Wisata Tour Travel, artikel ini dipublikasikan pada 2011, diakses pada 19 April 2014 dari http:madenawisata.commanasikpengertian_haji 1 Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang beragama Islam. 2 Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang mukalaf orang yang telah dewasa yang wajib menjalankan hukum agama. 3 Orang yang mengerjakan haji itu merdeka bukan budak belian. 4 Orang yang mengerjakan haji mempunyai kesanggupan melakukannya. Ringkasnya, syarat wajib haji, ialah Islam, baligh, berakal, merdeka dan sanggup mengerjakannya. Maka orang kafir 27 tidak sah hajinya dan tidak akan diterima oleh Allah jika ia melakukannya, karena mereka tidak termasuk dalam persyaratan. Islam sebagai syarat utama dalam semua ibadah. Bagi orang yang gila, dia tidak wajib haji. Kalau dia melakukan haji, maka hajinya tidak sah. Sedangkan anak kecil yang belum baligh, hajinya sah dan walinya mendapat pahala karena menghajikan anaknya. Akan tetapi haji anak kecil tidak menggugurkan kewajiban haji baginya ketika dia telah baligh. Bagi hamba sahaya, dia tidak wajib haji karena dia mempunyai kewajiban melayani tuannya. Akan tetapi bila dia melaksanakan haji, maka hajinya sah dan mendapatkan pahala atas hajinya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang tidak terdapat pada syarat-syarat tersebut, tidaklah diwajibkan haji. Dengan memiliki syarat-syarat ini, menjadi wajiblah seseorang melaksanakan ibadah haji. 27 Muhammad bin „Abdul „Aziz al-Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah, Jakarta: Pustaka Imam Asy- Syafi‟i, 2007, h. 26