Latar Belakang Devin Defriza Harisdani, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan Kota Medan sampai saat ini belum mencerminkan keadilan bagi semua orang, dikarenakan adanya kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan fisik yang lazim disebut kaum difabel poeple with different abilities belum menikmati hasil dari pembangunan kota terutama di bidang aksesbilitas pada ruang publik kota. Fenomena yang terjadi adalah bahwa isu tentang penyedian fasilitas aksesibilitas kaum difabel di Kota Medan dianggap tidak cukup penting. Dimana dalam pembangunan fasilitas publik, fasilitas transportasi umum, dan kawasan perumahan di Kota Medan sebagian besar masih belum memenuhi standar minimal suatu konsep aksesibilitas. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip pembangunan dari PBB bahwa “ no part of the built-up environment should be designed in a manner that excludes certain groups of people on the basis of their ability and frailty ” United Nations, 1995. Dalam skala Nasional, perumusan kebijakan dan undang-undang tentang aksesibilitas kaum difabel telah dikumandangkan dalam Undang-undang RI no. 4 tahun 1997 tentang upaya peningkatan sosial penyandang cacat dan Undang-Undang R.I No. 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung. Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008 Hal ini menjadi dasar guna menjamin dan melindungi hak-hak kaum difabel di Kota Medan yang berjumlah 8929 orang Dinas Kesehatan PROVSU, 2005, melalui kegiatan semiloka aksesibilitas fisik bagi penyandang cacat yang berlangsung pada tanggal 29-31 Mei 2006, dengan tema “ Aksesibilitas Fisik Bagi Penyandang Cacat pada fasilitas Umum dan Sosial” untuk mendapatkan kesempatan yang setara untuk menikmati lajunya pembangunan guna meningkatkan kehidupan dan penghidupannya. Pentingnya sarana aksesibilitas untuk kaum difabel dalam menjalankan aktifitas sehari-hari menurut pandangan penulis dirasakan cukup menarik untuk diteliti karena sangat menentukan kemampuan mobilitas kaum difabel dalam melakukan kegiatan dalam kehidupan mereka termasuk dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, ekonomi dan kemasyarakatan. Isu aksesibilitas untuk kaum difabel sangat berkaitan dengan tuntutan penerapan desain yang universal dimana sesuatu hal yang membatasi seseorang untuk melakukan suatu aktifitas gerak maupun menghambat keleluasaan ruang gerak dapat dibebaskan dengan suatu penyediaan fasilitas yang memenuhi prinsip universal design . Perwujudan sarana aksesibilitas sebagai universal design didasari oleh : 1. Resolusi PBB No. 48 Th. 1993, tentang Peraturan Aksesibilitas 2. Undang-Undang No.41997 tentang Penyandang Cacat. Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008 3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.468KPTS1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan yang telah direvisi melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30PRTM2006. 4. Undang-Undang No. 39 Th. 1999, tentang Hak Azasi Manusia HAM, Kesamaan hak dalam kehidupan 5. Peraturan Pemerintah No.431999 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Penyandang Cacat. 6. Keputusan Menteri Perhubungan No. 711999 tentang Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit pada Sarana dan Prasarana Perhubungan 7. Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Lingkungan

1.2 Justifikasi Pemilihan Lokasi