2.2 Isu Aksesibilitas di Kota Medan 2.2.1 Jumlah Populasi Kaum Difabel Kota Medan
Tabel 2.1 Data Jumlah Populasi Difabel Sumatera Utara
Tubuh Netra Rungu Mental
Kusta 1 Medan
2364 2166
940 1791
1668 8929
2 P.Siantar 356
451 269
195 22
1293 3 Binjai
280 183
125 187
11 786
4 T.Balai 236
261 127
172 507
1303 5 T.Tinggi
254 128
75 37
85 579
6 Sibolga 109
190 73
85 89
526 7 D. Serdang
2795 1986
818 596
2023 8218
8 Karo 383
377 154
386 508
1808 9 Langkat
838 912
595 463
625 3433
10 Asahan 717
602 312
381 13
2025 11 Simalungun
1410 1209
602 601
295 4081
12 L.Batu 1008
792 320
241 412
2773
Jumlah Populasi Difabel Sumatera Utara 2005
No Kota Jumlah
Klasifikasi
2.2.2 Kebijakan Penerapan
Sumber : Dinas Kesehatan 2005
Dari tabel di atas populasi kaum difabel di kota Medan berjumlah 8929 orang dengan distribusi pembagian 2364 orang difabel dalam hal fisik, 2166 orang difabel
dalam hal penglihatan, 940 orang difabel dalam hal pendengaran, 1791 orang difabel dalam hal mental dan 1668 orang penderita kusta. Dalam penelitian ini sebutan kaum
difabel dibatasi menjadi kelompok difabel dalam hal fisik, penglihatan dan pendengaran saja. Karena bagi difabel dalam hal fisik, penglihatan dan pendengaran
keberadaan ruang publik kota menjadi sesuatu yang bersifat rehabilitatif.
Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008
2.2.2 Kebijakan Penerapan Aksesibilitas Difabel di Kota Medan
Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.468KPTS1998 yang telah direvisi melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.30PRTM2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan dan kemudian terbitnya Undang-Undang no.28
tahun 2002 sudah seharusnya dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan gedung dan lingkungan di Kota Medan.
Penyediaan aksesibilitas fasilitas umum dan fasilitas sosial di Propinsi Sumatera Utara sesuai dengan otonomi daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah
kabupaten pemerintah kota, sedangkan propinsi hanya sebagai fasilitator, pengarah pembinaan Departemen Tarukim, 2006.
2.2.3 Implementasi Kebijakan
Melalui wawancara dengan ketua daerah Himpunan Wanita Penyandang Cacat Indonesia HWPCI daerah Sumatera Utara bahwa dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum no. 30 tersebut terdapat dua objek sebagai sasaran yaitu “bangunan” dan “lingkungan”. Untuk pengaturan bangunan otoritas dipegang oleh
Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan. Tetapi untuk penataan lingkunagan di luar bangunan dan tapak bangunan, otoritas tersebut tidak jelas. Penataan aksesibilitas
pada lingkungan umumnya adalah meliputi pedestrian, penyebrangan, parkir,
Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008
fasilitas umum telepon umum, halte, tempat sampah, dsb, dimana banyak pihak terlibat yaitu : Dinas Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan ,
Dinas Kebersihan, Perusahaan Telekomunikasi dan Badan Pengelola Parkir. Masing- masing pihak mempunyai fungsi dan target kerja yang tidak sama. , sehingga terjadi
tumpang tindih pembangunan di lokasi yang sama tanpa ada koordinasi. Sehingga sudah saatnya kota Medan mempunyai Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RTBL untuk kawasan-kawasan tertentu dimana di dalamnya sudah tercantum pengaturan tentang aksesibilitas.
Di samping itu, dalam rangka pelaksanaan pembinaan dalam pelaksanaan fisik maupun sosialisasi kepada Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota dengan
cara mensosialisasikan aturan pedoman tentang aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan, Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kota berkewajiban membuat
sarana percontohan aksesibilitas untuk penyandang cacat. Saat ini yang menjadi percontohan adalah bangunan Pekan Raya Sumatera Utara PRSU dan Rumah Sakit
Pringadi. Kemudian kawasan- kawasan yang mendesak untuk ditata adalah kawasan Kesawan, kawasan Lapangan Merdeka, koridor jalan Sisingmangaraja, kawasan
Polonia, kawasan Perbelanjaan Petisah, kampus USU, kampus Unimed dan Rumah Sakit Adam Malik berikut lingkungannya.
Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008
2.3 Isu Aksesibilitas pada Ruang Publik Kota