Yang menjadi objek penelitian pada bangunan Stsiun Kereta Api adalah ruang-ruang pelayanan publik yang merupakan sarana utama seperti : entrance,
loket, dan area informasi. Selain itu juga mencakup sarana pendukung seperti : tangga, telepon umum, toilet umum dan kantin. Adapun pembahasan pada masing-
masing sarana aksesibilitas :
1. Akses ke bangunan entrance
Sumber : Dok. Pribadi Gambar 6.22 Akses ke Bangunan Pada Segmen B
Data : Akses ke bangunan pada segmen B menggunakan pintu masuk jenis pintu
geser dengan lebar 300 cm, dilengkapi dengan curb ramp 15 cm , koridor selebar 330 cm dan landing space selebar 330 cm
Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008
Kendala : a. Tuna netra menemui kendala disorientasi dikarenakan tidak
adanya jalur pemandu dan papan informasi dalam huruf braile. Sehingga untuk tuna netra akses ke bangunan aksesibel sebagian.
b. Tuna rungu tidak menemui kendala dan merasa terbantu dengan adanya papan informasi yang menggunakan moving text.
Sehingga untuk tuna rungu akses ke bangunan aksesibel sempurna.
c. Tuna daksa pengguna kruk menemui kendala dengan tidak adanya jalur pemandu sehingga tuna daksa pengguna kruk harus melewati
area sirkulasi umum dimana biasanya orang berjalan dengan tergesa-gesa. Sehingga untuk tuna daksa pengguna kruk akses ke
bangunan aksesibel sebagian. d. Tuna daksa pengguna kursi roda tidak menemui kendala.
Sehingga untuk tuna daksa pengguna kursi roda akses ke bangunan aksesibel sempurna.
Potensi : a. Ukuran dasar akses ke bangunan sudah memenuhi standar
aksesibilitas. b. Penggunaan moving text sebagai papan informasi keberangkatan.
Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008
Prospek : Melengkapi akses ke bangunan dengan jalur pemandu dan papan informasi
dengan huruf braile.
2. Loket
Sumber : Dok. Pribadi Gambar 6.23 Area Loket Pada Segmen B
Data : Area loket pada segmen B berada pada ruang selebar 750 cm dan dibatasi slot
antrian selebar 70 cm. Sedangkan tinggi kounter loket adalah 110 cm. Kendala :
a. Tuna netra menemui kendala disorientasi dikarenakan tidak adanya jalur pemandu. Sehingga untuk tuna netra loket aksesibel
sebagian.
Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008
b. Tuna rungu tidak menemui kendala . Sehingga untuk tuna rungu loket aksesibel sempurna.
c. Tuna daksa pengguna kruk tidak dapat akses karena lebar slot antrian loket tidak memenuhi standar minimal ruang untuk dapat
diakses oleh tuna daksa pengguna kruk. Sehingga untuk tuna daksa pengguna kruk loket tidak aksesibel.
d. Tuna daksa pengguna kursi roda tidak dapat akses karena lebar slot antrian loket tidak memenuhi standar minimal ruang untuk
dapat diakses oleh tuna daksa pengguna kruk. Sehingga untuk tuna daksa pengguna kursi roda loket tidak aksesibel.
Prospek : a. Melengkapi akses ke bangunan dengan jalur pemandu
b. Menyesuaikan lebar dari slot antrian agar dapat diakses oleh tuna daksa pengguna kruk dan tuna daksa pengguna kursi roda.
3. Area Informasi Data :