Mendefinisikan Difabel BAB IX Penutup

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Mendefinisikan Difabel

Konsep difabel berakar dari suatu pendekatan medis dan individual. Menurut pendekatan ini, keberfungsian secara fisik dan mental seseorang merupakan prasyarat bagi kaum difabel untuk dapat menentukan kehendaknya dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Dunia barat mengelompokkan difabel berdasarkan usia dan kemampuan. Untuk mereka pada usia tertentu atau mereka yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda, menunjukkan hasil yang mengecewakan apabila dinilai dari kondisi fisik mereka. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan pada 1000 orang anak-anak dan remaja di New York tahun 1989. Dalam penelitian tersebut anak-anak diminta untuk menjelaskan apa yang mereka lihat. Tanpa terkecuali, anak-anak tersebut melaporkan bahwa mereka melihat pria dan wanita melakukan pekerjaan, seperti memasak makanan, merawat peliharaan dan melakukan pekerjaan rutin mereka. Selanjutnya mereka melaporkan hal yang sama ketika para remaja melakukan pekerjaan tersebut. Tetapi selanjutnya, mereka melihat orang cacat fisik mencoba untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama dengan sebelumnya. Dalam waktu singkat, dalam pemikiran anak-anak tersebut. Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008 Kritikan terhadap penanganan masalah difabel tersebut sesungguhnya sudah direspon World Health Organization WHO dan para profesional yang bekerja di bidang rehabilitasi. WHO, misalnya, sejak tahun 2001 sudah merevisi definisi difabel. Pedoman dari WHO menjadi acuan di banyak negara termasuk di Indonesia disebut International Classification of Impairment, Disability and Handicap . Dari pedoman ini ada 3 konsep yang dibedakan, yaitu : 1. Impairment , adalah hilangnya atau ketidaknormalan struktur atau fungsi psikologis, fisik atau anatomi. 2. Disability, mengacu kepada keterbatasan kemampuan untuk melakukan aktivitas secara “normal” yang disebabkan oleh impairment . 3. Handicap, merupakan ketidakberuntungan sesorang yang diakibatkan oleh impairment dan disability yang menyebabkan ia tidak dapat melakukan perannya secara sosial maupun ekonomi WHO merevisi konsep ini menjadi International Classification of Functioning Disability and Health ICF . Pada konsep ini, impairment bukanlah satu-satunya faktor yang menjadi fokus dalam menilai keberfungsian kemampuan seseorang. Ada dua komponen utama yang perlu dipelajari dalam memahami masalah difabel, yaitu: Hendra Arif K.H Lubis : Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka, 2008 USU Repository © 2008 1. Functioning keberfungsian, meliputi keberfungsian badananatomi dan struktur serta aktivitas dan partisipasi. 2. Disability ketidakmampuan, bagian pertama meliputi keberfungsian badananatomi dan struktur serta aktivitas dan partisipasi, sedangkan bagian kedua terdiri dari faktor-faktor kontekstual, seperti faktor lingkungan dan faktor –faktor yang sifatnya personal. Menurut konsep ini, masalah difabel timbul sebagai interaksi dari berbagai komponen-komponen tersebut. Keberfungsian secara fisik dan mental seseorang merupakan prasyarat baginya untuk dapat berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Namun cara ini juga direfleksikan dalam kehidupan sosial yang menyebabkan terhambatnya kaum difabel mendapatkan kesempatan berpartisipasi secara sama dalam berbagai aktivitas dalam kehidupan masyarakat Eva Kasim, 2004.

3.2 Universal Design Sebagai Paradigma Baru