Gaya Bahasa Perbandingan “Senyum”

bahasa simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat di atas adalah menegaskan. Kalimat sebelum kata nafasku member penegasan pengibaratan dengan gulali yang menetes ke bawah. j “aku jatuh ke tanah lagi seperti bom”. 67 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena jatuh ke tanah lagi diibaratkan dengan bom. Kalimat tersebut juga menggunakan kata seperti yang merupakan ciri dari gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah menyampaikan gagasan tidak langsung. Kalim at “aku jatuh ke tanah lagi” menyampaikan gagasan tidak langsung dengan pengibaratan seperti bom. k “Asap dan tanah menyembur ke tanah seperti pancuran air”. 68 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat bermajas simile karena mengibaratkan asap dan tanah yang menyembur sebagai pancuran air. Selain itu, kalimat tersebut juga menggunakan kata seperti yang merupakan ciri dari gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa dalam kalimat tersebut adalah mendeskripsikan. l “Kulit telapak tadinya lecet dan gembung serta berisi air kini terkelupas seperti sol sepatu tua sehingga kulit dalam yang masih biru tak terlidung ”. 69 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena kulit yang terkelupas diumpamakan dengan sol sepatu tua dan kalimat tersebut juga menggunakan kata seperti yang menjadi ciri dalam gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa dalam kalimat di atas adalah memaparkan. Kalimat sebelum kata seperti memaparkan pengibaratan dengan sol sepatu tua. 67 Ibid., h. 15. 68 Ibid 69 Ibid m “Napasku sudah seperti kuda Bandung yang menghela kretek naik ke utara”. 70 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena napas diibaratkan dengan kuda Bandung yang menghela kretek naik ke utara. Kalimat tersebut juga menggunakan kata seperti yang menjadi ciri dari gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa dalam kalimat tersebut adalah menguatkan. n “Lengan kiri dan lutut kanan ngilu, telapak kaki seperti di cabe”. 71 Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena terdapat kata seperti yang merupakan ciri dari gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa dalam kalimat di atas adalah menekankan. Kalimat “Lengan kiri dan lutut kanan ngilu, telapak kaki” menekankan makna dengan pengibaratan di cabe. o “Aku bayangkan bahwa sorga itu rupanya seperti bukit Kuwuk di hadapanku”. 72 Kalimat tersebut dapat dikategorikan gaya bahasa simile karena rupa sorga diibaratkan dengan bukit Kuwuk. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat di atas adalah mendeskripsikan, Kalimat “Aku bayangkan bahwa sorga itu rupanya” menekankan pengibaratan dengan bukit Kuwuk. p “Lenganku gemetar seperti kebanyakan main Sandow”. 73 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena terdapat kata seperti yang merupakan ciri gaya bahasa perumpamaan. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah menegaskan. q “Aku punya kecenderungan untuk meninggalkannya begitu saja, karena terasa beratnya seperti Watermantel”. 74 Kalimat tersebut dapat 70 Ibid., h. 16. 71 Ibid., h. 17. 72 Ibid 73 Ibid 74 Ibid., h. 18. dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena kecenderungan untuk meninggalkan diibaratkan dengtan Watermantel atau jenis senapan mesin besar. Selain itu, kalimat tersebut juga menggunakan kata seperti yang menjadi ciri dari simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah menekankan pengibaratan. r “Kemudian seluruh badanku seperti kena listrik dan semua gelap lagi”. 75 Kalimat tersebut dapat dikategorikan gaya bahasa simile karena terdapat kata seperti yang merupakan ciri dari gaya bahasa similen. Makna gaya bahasa yang digunakan dalam kalimat tersebut adalah memaparkan. s “Belum ususnya keluar seperti Arya Panangsang dari cerita lama”. 76 Kalimat tersebut dapat dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena usus yang keluar diibaratkan dengan apa yang terjadi pada Arya Panangsang. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah menekankan pengibaratan. t “Rangkakanku sudah seperti kadal, perutku sudah mulai lecet kena tanah”. 77 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena mengibaratkan rangkakan dengan kadal. Makna gaya bahasa yeng terdapat dalam kalimat tersebut adalah memaparkan pengibaratan. u “Lengan kaki kananku terbakar dan kepala seperti ada mesin pabrik besi yang bergerak memalu”. 78 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena mengibaratkan kaki kanan yang terbakar dengan mesin pabrik besi yang bergerak memalu. 75 Ibid 76 Ibid., h. 19. 77 Ibid 78 Ibid Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah mendeskripsikan pengibaratan yang ada. v “Ledakan-ledakan yang terjadi di belakangku seperti mimpi buruk yang baru lewat”. 79 Kalimat tersebut dapat dikategorikan kalimat yang bergaya bahasa simile karena ledakan diibaratkan dengan mimpi buruk yang baru lewat. Makna gaya bahasa yang digunakan dalam kalimat tersebut adalah menyampaikan gagasan tidak langsung. w “Di atas uniform itu kepala merah seperti kulit anak babi”. 80 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena terdapat kata seperti yang merupakan ciri dari gaya bahasa perumpamaan. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam kalimat tersebut adalah mendeskripsikan. x “Malaikat-malaikat pada turun dari langit yang penuh bintang, persis seperti yang digambarkan di dalam buku- buku sejarah Injil”. 81 Kalimat tersebut dikategorikan gaya bahasa simile karena terdapat kata seperti yang merupakan ciri gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat di atas adalah menekankan pengibaratan. y “Badanku lembek seperti tengah hari kalau berpuasa”. 82 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena badan yang lembek diibaratkan dengan tengah hari kalau berpuasa. Kalimat tersebut juga menggunakan kata seperti yang merupakan ciri dari simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah memaparkan pengibaratan. 79 Ibid., h. 20. 80 Ibid 81 Ibid., h. 21. 82 Ibid Perumpamaan- perumpamaan dalam kalimat-kalimat yang diuraikan tersebut mempunyai makna mendeskripsikan, menekankan, menegaskan, menguatkan, memaparkan dan menyampaikan gagasan tidak langsung. Gaya bahasa simile yang terdapat dalam cerpen Senyum terdapat 7 makna gaya bahasa mendeskripsikan, 5 makna menekankan, 4 makna menegaskan, 2 makna menguatkan, 5 makna memaparkan, serta 2 makna gagasan tidak langsung. Dengan demikian dapat disimpulkan makna yang lebih banyak digunakan adalah menekankan. 2 Personifikasi Diperoleh delapan belas kalimat yang menggunakan gaya bahasa personifikasi, yaitu sebagai berikut. a “Leica yang bergantung pada leher, memukul- mukul dada.” 83 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap Leica yang maksudnya adalah alat untuk mengambil gambar dianggap layaknya manusia yang bisa memukul-mukul. Kata memukul-mukul dada digunakan dalam penggalan kalimat di atas mempunyai makna menekankan sifat-sifat insani “Leica” sebagai barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. b “Bau bunga yang segar dan bau boreh yang kental menyelinap ke dalam hidung.” 84 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena bau dianggap bisa menyelinap seperti manusia. Kata menyelinap dalam kalimat tersebut mengacu pada penggunaaan gaya bahasa personifikasi yang bermakna menguatkan kualitas pribadi orang kepada bau bunga yang segar dan bau boreh. 83 Ibid., h. 10. 84 Ibid., h. 12. c “Setiap tonjolan, setiap semak, setiap batu besar dapat aku kenali, dan kenangan membual keluar.” 85 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi yang bermakna menegaskan penginsanan langsung. Kata membual merupakan kata yang dipakai oleh manusia. Selain itu juga karena menganggap kenangan bisa membual seperti manusia. d “Tiga peluru kartets membelai telingaku, menyokong pikiranku yang belum berhenti.” 86 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap tiga peluru seperti manusia bisa membelai dan bisa menyokong. Gaya bahasa tersebut bermakna memaparkan keindahan dalam penginsanan. e “Sebuah granat merobek apa yang tengah aku alami.” 87 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena granat dianggap bisa merobek seperti manusia. Makna gaya bahasa personifikasi dalam kalimat tersebut adalah menguatkan penginsanan sebuah granat. f “Aku seperti melihat batu mengoyak permukaan danau.” 88 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena batu dianggap bisa mengoyak seperti manusia. Makna gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menekankan sifat insani yaitu mengoyak terhadap benda batu. g “Ketika nyeri menusuk dari bawah dan aku jatuh lagi ke tanah.” 89 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap nyeri bisa menusuk seperti 85 Ibid., h. 12. 86 Ibid., h. 14. 87 Ibid., h. 15. 88 Ibid 89 Ibid manusia. Gaya bahasa personifikasi dalam penggalan kalimat tersebut bermakna mendeskripsikan sifat insani yaitu menusuk. h “Pikiranku tak mudah lagi mengaturnya, berkeliaran ke mana- mana.” 90 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap pikiran bisa berkeliaran seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi yang teradapat dalam penggalan kalimat di atas bermakna menegaskan sifat insani yaitu berkeliaran ke mana-mana. i “Keringat memandikan badan dari ujung rambut sampai ke telapak kaki yang hampir terlepas.” 91 Kalimat tersebut tergolong sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena keringat dianggap bisa memandikan layaknya manusia. Makna gaya bahasa personifikasi dalam penggalan kalimat tersebut adalah menekankan sifat insani yaitu memandikan yang dilakukan oleh keringat. j “Pasir menyerbu ke mata dan tumpuan kakiku.” 92 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bermajas personifikasi karena menganggap pasir bisa menyerbu seperti manusia, padahal pasir merupakan benda mati. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut bermakna menguatkan sifat insani, yaitu menyerbu. k “Sebuah granat meledak dekat sekali, tanah dan kerikil menepis badanku.” 93 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap tanah dan kerikil bisa menepis seperti manusia, padahal tanah dan kerikil merupakan benda mati. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam 90 Ibid 91 Ibid., h. 16. 92 Ibid 93 Ibid penggalan kalimat di atas bermakna memaparkan sifat insani, yaitu menepis. l “Pemandanganku gelap lagi, perut berbunyi, tapi sakit dan takut mengatasi lapar.” 94 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap sakit dan takut bisa mengatasi seperti perbuatan dan tingkah laku manusia. Makna gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan kalimat di atas adalah menekankan sifat insani dalam kata menatasi. m “Di dekat batu aku tiduran menelungkup badan gemetar semua, ketakutan dan harapan mendorongku maju.” 95 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap ketakutan dan harapan mendorong seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan kalimat di atas bermakna menguatkan sifat insani dengan menggunakan kata mendorongku. n “Meskipun lelah dan sakit, angin yang bermain pada pantat telanjang itu terasa juga.” 96 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena kata kerja bermain dilakukan oleh manusia. Makna gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah memaparkan sifat insani dengan menggunakan kata bermain. o “Aku merangkak terus diburu takut, dihimbau oleh harapan.” 97 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena diburu digunakan untuk kegiatan yang dilakukan manusia. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan 94 Ibid., h. 17. 95 Ibid 96 Ibid 97 Ibid. kalimat tersebut mempunyai makna menegaskan sifat insani dengan kata diburu. p “Tapi nyeri dari bawah melemparkan kepalaku ke atas.” 98 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena nyeri dianggap bisa melemparkan kepala, padahal nyeri bukan merupakan manusia. Gaya bahasa personifikasi yang digunakan dalam penggalan kalimat tersebut mempunyai makna menekankan sifat insani dengan menggunakan kata melemparkan yang dilakukan oleh nyeri. q “Hatiku mau lari lewat kerongkongan.” 99 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena hati dianggap bisa lari seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan kalimat di atas bermakna menguatkan sifat insani. r “Pertanyaanku membakar dada, sama panasnya dengan luka di bawah.” 100 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena menganggap pertanyaan bisa membakar dada seperti manusia. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam penggalan kalimat di atas bermakna menekankan sifat insani. Personifikasi-personifikasi dalam kalimat-kalimat yang diuraikan tersebut mempunyai arti menekankan, menguatkan, menegaskan, memaparkan, dan mendeskripsikan. Gaya bahasa personifikasi yang terdapat dalam cerpen Senyum terdapat 6 makna gaya bahasa menekankan, 5 makna menguatkan, 3 makna menegaskan, 3 makna 98 Ibid., h. 19. 99 Ibid., h. 20. 100 Ibid., h. 21. memaparkan, dan 1 makna mendeskripsikan. Dengan demikian dapat disimpulkan makna yang lebih banyak digunakan adalah menekankan. 3 Antitesis Diperoleh satu kalimat yang menggunakan gaya bahasa antitesis, yaitu sebagai berikut. a “Semangatku nyala-padam.” 101 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa antitesis karena kata nyala dan kata padam merupakan dua kata yang bertentangan dan lawan yang tepat. Gaya bahasa antitesis pada penggalan kalimat tersebut bermakna menguatkan komparasi atau perbandingan

b Gaya Bahasa Pertentangan

1 Hiperbola Hiperbola merupakan ungkapan kata yang melebih-lebihkan atau membesar-besarkan. Hasil analisis dalam cerpen Senyum terdapat lima kalimat yang menggunakan gaya bahasa hiperbola, yaitu sebagai berikut. a “Senjata itu nyawaku yang kedua”. 102 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa hiperbola karena melebih-lebihkan senjata sebagai nyawa yang kedua. Senjata dianggap sebagai nyawa yang kedua sehingga terlalu berlebihan. Gaya bahasa hiperbola dalam kalimat tersebut bermakna menguatkan pernyataan yang berlebihan dan memberi efek keindahan. 101 102 Ibid., h. 18. b “Terasa keringat meleleh pada kulit sekujur tubuh.” 103 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa hiperbola karena kata meleleh dalam kalimat tersebut berlebihan digunakan dalam keringat. Gaya bahasa hiperbola dalam kalimat tersebut bermakna menekankan pernyataan yang berlebihan dan memberi efek keindahan dalam kalimat tersebut. c “Satu shock besar menggoncangkan kesadaranku.” 104 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa hiperbola karena penggunaan kata “menggoncangkan” dipasangkan dengan kata sebelumnya yang terlalu berlebihan dalam kalimat. Gaya bahasa hiperbola dalam kalimat tersebut bermakna menegaskan pernyataan yang berlebihan dan memberi efek keindahan. d “Pikiranku mengilat ke rumah.” 105 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa hiperbola karena terdapat kata mengilat yang seolah membuat kilat yang berlebihan. Gaya bahasa hiperbola dalam kalimat tersebut bermakna menguatkan pernyataan yang berlebihan dan memberi efek keindahan. e “Waktu itu sering disuruh lari sampai hampir pingsan dan kaki pedas karena lecet.” 106 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa hiperbola karena terdapat kata pedas yang membuat berlebihan. Gaya bahasa hiperbola dalam kalimat tersebut bermakna menekankan pernyataan yang berlebihan dan memberi efek keindahan. 103 Ibid., h. 12. 104 Ibid., h. 15. 105 Ibid., h. 14. 106 Ibid., h. 17. Hiperbola-hiperbola dalam kalimat-kalimat yang diuraikan tersebut mempunyai arti menekankan, menguatkan, dan menegaskan. Gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam cerpen Senyum terdapat 2 makna gaya bahasa menekankan, 2 makna menguatkan, dan 1 makna menegaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan makna yang lebih banyak digunakan adalah menekankan dan menguatkan.

c Gaya Bahasa Pertautan

1 Metonimia Diperoleh tujuh kalimat yang menggunakan gaya bahasa metonimia, diantaranya sebagai berikut. a “Aku merogoh kantong dan mengeluarkan wembley. aku nyalakan sebatang.” 107 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa metonimia karena menggunakan nama benda lain yang menjadi merek atau ciri khas. wembley merupakan salah satu nama rokok. Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut bermakna menekankan nama suatu barang dalam hal ini wembley bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat yaitu nama rokok. b “Leica yang bergantung pada leher, memukul- mukul dada.” 108 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa metonimia karena menggunakan nama benda lain yang menjadi merek atau ciri khas. Leica merupakan salah satu nama kamera atau alat untuk mengambil gambar. Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut bermakna menguatkan nama suatu barang dalam hal ini Leica bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat yaitu nama kamera. 107 Ibid., h. 10. 108 Ibid. c “Kemudian aku memandang pada makam sambil menyalakan sigaret lagi.” 109 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa metonimia karena menggunakan nama benda lain yang menjadi ciri khas. Sigaret merupakan salah satu ciri khas dari rokok. Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut bermakna menegaskan nama suatu barang dalam hal ini sigaret berkaitan erat yaitu dengan rokok. d “Leica kubuka lagi dan kubidikkan pada bukit itu.” 110 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa metonimia karena menggunakan nama benda lain yang menjadi merek atau ciri khas. Leica merupakan salah satu nama kamera atau alat untuk mengambil gambar. Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut bermakna menekankan nama suatu barang dalam hal ini Leica bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat yaitu nama rokok. e “Aku pandang tamasya di sekitar bukit lewat lindungan sejuk Ray Ban.” 111 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa metonimia karena menggunakan nama benda lain yang menjadi merek atau ciri khas. Ray Ban merupakan salah satu nama kacamata. Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut bermakna menguatkan nama suatu barang dalam hal ini Ray Ban bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat yaitu kacamata. f “Aku nyalakan sebatang wembley lagi dan Jono berkata dari makamnya.” 112 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa metonimia karena menggunakan nama benda lain yang menjadi merek atau ciri khas. Wembley merupakan salah satu 109 Ibid., h. 12. 110 Ibid 111 Ibid., h. 14. 112 Ibid jenis nama rokok. Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut bermakna menekankan nama suatu barang dalam hal ini wembley bagi sesuatu yang lain yang berkaitan erat yaitu nama rokok. g “Tatik mau lekas sekolah, Bu,” si nakal itu merengek terus.” 113 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa metonimia karena menggunakan nama lain yang menjadi ciri khas. Dalam kalimat tersebut menggunakan nama lain Tati dengan si nakal. Gaya bahasa metonimia dalam kalimat tersebut bermakna menekankan nama orang dalam hal ini si nakal. Metonimia-metonimia dalam kalimat-kalimat yang diuraikan tersebut mempunyai arti menekankan, menguatkan, dan menegaskan. Gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam cerpen Senyum terdapat 3 makna gaya bahasa menekankan, 2 makna menguatkan, dan 2 makna menegaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan makna yang lebih banyak digunakan adalah menekankan dan menguatkan. 2 Sinekdoke Diperoleh satu kalimat yang menggunakan gaya bahasa sinekdoke, lebih tepatnya pars pro toto atau mempergunakan sesuatu untuk menyatakan keseluruhan. Kalimatnya adalah sebagai berikut. “Akhirnya kepalaku sudah sampai ke tepi tegalan di atas.” 114 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa sinekdoke karena kata kepala menyatakan suatu hal untuk keseluruhan. Gaya bahasa sinekdoke dalam penggalan kalimat tersebut bermakna menegaskan suatu bagian untuk keseluruhan. 113 Ibid., h. 22. 114 Ibid., h. 16.

d Gaya Bahasa Perulangan

1 Epizeukis Dalam cerpen Senyum karya Nugroho Notosusanto terdapat satu kalimat yang menyatakan penggunaan gaya bahasa epizeukis. Kalimat yang menggunakan gaya bahasa epizeukis adalah sebagai berikut. “Aku sadar oleh sebuah ledakan, sebuah lagi, sebuah lagi, terus menerus, makin lama makin dekat.” 115 Kalimat tersebut dikategorikan kalimat yang bergaya bahasa epizeukis karena kata yang dianggap penting yaitu kata ledakan diulang beberapa kali dan berturut-turut. Gaya bahasa epizeukis pada penggalan kalimat tersebut bermakna menguatkan kata yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali. 2 Anadilopsis Dalam cerpen Senyum karya Nugroho Notosusanto terdapat satu kalimat yang menggunakan gaya bahasa anadilopsis. Kalimat tersebut adalah sebagai berikut. “Tapi sakitnya bukan main, seperti luka saja, luka yang belum pernah aku alami.” 116 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa anadilopsis karena kata terakhir dari kalimat menjadi kata berikutnya dalam kalimat, yaitu kata luka. Gaya bahasa anadilopsis pada penggalan kalimat tersebut bermakna menekankan kata terakhir yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali.

2. “Bayi”

Dalam cepen Bayi karya Nugroho Notosusanto, diperoleh sebanyak 30 kalimat yang menggunakan gaya bahasa di antaranya sebagai berikut.

a Gaya Bahasa Perbandingan

1 Simile 115 Ibid. 116 Ibid., h. 20. Diperoleh sembilan kalimat yang menggunakan gaya bahasa simile, kalimatnya adalah sebagai berikut. a. Keringatku seperti air mandi yang belum dikeringkan.” 117 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena mengibaratkan keringat dengan air mandi yang belum dikeringkan. Selain itu, kalimat tersebut juga menggunakan kata seperti yang juga menjadi ciri dalam penggunaan gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah memaparkan pengibaratan. Keringat dalam kalimat tersebut dipaparkan pengibaratannya dengan air mandi oleh kata seperti. b. “Dinding dadaku seperti dari logam bunyinya dipukul jantung.” 118 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa perumpamaan karena mengibaratkan dinding dada dengan logam yang bunyinya dipukul jantung. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menekankan pengibaratan. Dinding dadaku dalam kalimat tersebut ditekankan pengibaratannya dengan logam oleh kata seperti. c. “Seperti terkena arus listrik aku terpaku di tanah melihat bayangan bergerak di sebelah sana rumah.” 119 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena menggunakan kata seperti yang merupakan ciri dari gaya bahasa simile. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menegaskan pengibaratan. Bayangan dalam kalimat tersebut ditegaskan pengibaratannya dengan arus listrik oleh kata seperti. 117 Ibid., h. 56. 118 Ibid. 119 Ibid d. “Kemudian aku maju lagi selangkah, dua langkah seperti bayi baru belajar berjalan.” 120 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena mengibaratkan maju lagi selangkah dengan bayi. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menguatkan pengibaratan. langkah dalam kalimat tersebut dikuatkan pengibaratannya dengan bayi yang baru berjalan oleh kata seperti. e. “Pikiranku agak kabur seperti kebanyakan menelan kinine.” 121 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa perumpamaan karena pikiran yang kabur diibaratkan dengan kebanyakan menelan kinine. f. “Mbok Simin berdoa keras seperti orang kedinginan.” 122 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena membandingkan berdoa keras seperti orang yang kedinginan. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menekankan pengibaratan. Berdoa keras dalam kalimat tersebut ditekankan pengibaratannya dengan orang kedinginan oleh kata seperti. g. “Pikirku berat seperti mau memecahkan soal aljabar.” 123 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena mengibaratkan pikirku berat dengan memecahkan soal aljabar. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menguatkan pengibaratan. Pikirku berat dalam kalimat tersebut dikuatkan pengibaratannya dengan memecahkan soal aljabar oleh kata seperti. 120 Ibid 121 Ibid., h. 58. 122 Ibid 123 Ibid., h. 59. h. “Suaranya seperti senapan Eddystone.” 124 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena membandingkan dan mengibaratkan suara seperti senapan. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menguatkan pengibaratan. suaranya dalam kalimat tersebut dikuatkan pengibaratannya dengan senapan oleh kata seperti. i. “Aku jatuh ke tanah seperti batu.” 125 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa simile karena jatuh ke tanah diibaratkan dengan batu. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut adalah menekankan pengibaratan. Jatuh ke tanah dalam kalimat tersebut ditekankan pengibaratannya dengan batu oleh kata seperti. Simile-simile dalam kalimat-kalimat yang diuraikan tersebut mempunyai arti memaparkan, menekankan, menguatkan, dan menegaskan. Gaya bahasa simile yang terdapat dalam cerpen Bayi terdapat 4 makna gaya bahasa menekankan, 3 makna menguatkan, 1 makna memaparkan, dan 1 makna menegaskan. Dengan demikian dapat disimpulkan makna yang lebih banyak digunakan adalah menekankan. 2 Personifikasi Diperoleh sebanyak lima belas kalimat yang menggunakan gaya bahasa personifikasi. Kalimat tersebut adalah sebagai berikut. a “Bunyi”blug” melemparkan aku tertelungkup ke tanah.” 126 Kalimat tersebut dikategorikan sebagai kalimat yang bergaya bahasa personifikasi karena bunyi dianggap bisa melemparkan seperti yang dilakukan oleh manusia, padahal bunyi bukan merupakan benda hidup. 124 Ibid., h. 61. 125 Ibid., h. 57. 126 Ibid., h. 55.

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Alur pada Lima Cerpen Karya Dewi Dee Lestari dan Film Rectoverso serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

2 35 186

Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

19 175 84

Gaya bahasa kumpulan puisi hujan bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama

4 14 113

Masalah Sosial dalam kumpulan cerpen mata yang enak dipandang karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

7 128 101

Kebudayaan Tionghoa dalam novel dimsum terakhir karya Clarang dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia Di SMA

0 7 158

Penggunaan diksi dalam media sosial facebook dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA

2 25 124

KONFLIK DALAM CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN LAKI-LAKI PEMANGGUL GONI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

5 63 47

Potret Sejarah Revolusi Indonesia dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Karya Mochtar Lubis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 81 167

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 25 93

Analisis Cerpen “Senyum” dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto (Sebuah Alternatif Materi Pembelajaran Sastra)

2 22 10