mana-mana yang salah.
21
Contoh: dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
b. Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang digunakan. Gaya bahasa yang termasuk
ke dalam jenis gaya bahasa pertentangan di antaranya sebagai berikut: 1
Hiperbola Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
22
Contoh: tendangannya membelah cakrawala.
2 Litotes
Litotes adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan sebenarnya, misalnya untuk
merendahkan diri.
23
Contoh: kemenangan kami ini tidak ada artinya sama sekali.
3 Ironi
Ironi ialah majas yang menyatakan makna yang bertentangan, dengan maksud berolok-olok.
24
Contoh: tepat waktu sekali kamu, dari sepuluh pagi baru datang.
4 Oksimoron
Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang
berlawanan dalam frase yang sama.
25
Contoh: olahraga mendaki gunung memang sangat menarik hati walaupun sangat berbahaya.
21
Ibid., 34
22
Ibid., h. 55
23
Ibid., h. 58
24
Ibid., h. 61
25
Ibid., h. 63
5 Paronomasia
Paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya berbeda.
26
Contoh: oh adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung di pantai tanjung hatimu.
6 Paralipsis
Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang digunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak
mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
27
Contoh: tidak ada orang yang menyenangi kamu maaf yang saya maksud membenci
kamu di desa ini. 7
Zeugma dan Silepsis Zeugma dan silepsis adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua
konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada hakikatnya hanya sebuah saja yang
mempunyai hubungan dengan kata yang pertama.
28
Dalam zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri
semantik yang bertentangan, contoh: paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois. Sedangkan dalam silepsis, konstruksi yang digunakan itu
secara gramatikal benar, tetapi secara semantic salah, contoh: wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.
8 Satire
Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang
kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis.
29
Contoh: jemu aku dengan bicaramu.
26
Ibid., h. 64
27
Ibid., h. 66
28
Ibid., h. 68
29
Ibid., h. 70
9 Inuendo
Inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan
kritik dengan sugesti yang tidak langsung dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau ditinjau sekilas.
30
Contoh: dia berhasil masuk sekolah negeri dengan sedikit menyuap.
10 Antifrasis
Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami
dengan jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan pada kenyataan bahwa yang dikatakan itu adalah sebaliknya.
31
Contoh: lihat Mahasiswa paling rajin baru datang. maksudnya terlambat
11 Paradoks
Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta
yang ada.
32
Contoh: di dalam keramaian aku masihmerasa sepi. 12
Klimaks Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan- gagasan sebelumnya.
33
Contoh: untuk bisa terwujud terampil dalam pengajaran bahasa Indonesia, harus menguasai keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. 13
Antiklimaks Antiklimaks adalah kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Antiklimaks
merupakan suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting.
34
Contoh: jangankan sejuta, seratus, atau sepuluh, serupiahpun aku tak punya.
30
Ibid., h. 73
31
Ibid., h. 75
32
Ibid., h. 77
33
Ibid., h. 79
34
Ibid., h. 80
14 Apostrof
Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir.
35
Contoh: wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas, tengah, dan bawah, lindungilah
desa kami ini. 15
Anastrof atau Inversi Menurut Keraf dalam Tarigan, anastrof atau inversi adalah semacam gaya
retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Dengan kata lain perubahan urutan subjek-predikat menjadi
predikat-subjek.
36
Contoh: pergi merantaulah dia ke negeri sebrang tanpa meninggalkan apa-apa.
16 Apofasis atau Preterisio
Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang digunakan oleh penulis, pengarang, atau pembicara untuk menegaskan sesuatu tetapi tampaknya
menyangkalnya.
37
Contoh: saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu telah berbadan dua.
17 Histeron Proteron
Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis
atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
38
Contoh: kalau kamu lulus ujian SMP nanti, maka kamu akan menduduki jabatan yang tinggi di kantor ini.
18 Hipalase
Hipalase menurut Keraf dalam Tarigan adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen
gagasan.
39
Contoh: aku menarik sebuah kendaraan yang resah. yang resah adalah aku, bukan kendaraan
35
Ibid., h. 83
36
Ibid., h. 84
37
Ibid., h. 86
38
Ibid., h. 87
39
Ibid., h. 89