Tema Penggunaan Gaya Bahasa untuk Menyampaikan Intrinsik Cerpen Senyum dan

kelonan ibunya tidak aman bahkan ibunya saja tidak aman. Aku yang wajib mengamankan mereka. Tapi aku sendiri juga tidak aman. 4 Ia mencoba tersenyum, masih agak ragu-ragu.Kemudian mengulurkan tangan kanannya. Aku melihat pada tangannya, ke wajahnya kemudian kepada Mbok Simin dan bayi yang terbaring di bale-bale. Dan kami berjabat tangan. 5 Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam situasi peperangan tokoh Aku ingin menolong dan mengamankan bayi dan Mbok Simin. Padahal tokoh Aku sendiri juga tidak aman tetapi tokoh Aku berusaha untuk menolong dengan ikhlas Mbok Simin dan bayinya.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan pribadi atau individu yang mengalami berbagai peristiwa dalam sebuah cerita. Sedangkan , penokohan merupakan watak pelaku dalam sebuah cerita yang dikembangkan oleh pengarang. Tokoh dan penokohan saling berkaitan. Tiap-tiap tokoh biasanya memiliki karakter, sikap, sifat dan kondisi fisik yang disebut dengan perwatakankarakter. Gaya bahasa dalam cerita memberi penguatan dalam karakter masing-masing tokoh yang diceritakan. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis tokoh utama, antagonis lawan tokoh protagonis dan tokoh figuran tokoh pendukung cerita. Dari segi peranan, tokoh dapat dibedakan atas tokoh primer, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer. Pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu. Tokoh dan penokohan dalam cerpen Senyum karya Nugroho Notosusanto adalah sebagai berikut. 4 Ibid., h. 59 5 Ibid., h. 61. 1 Aku Aku dalam cerpen Senyum karya Nugroho Notosusanto ini hadir sebagai tokoh utama atau protagonis. Tokoh Aku adalah seorang laki-laki yang bekerja sebagai pejuang dan merupakan tokoh primer. Rasa setia dan rasa kuat dalam persahabatan dimiliki oleh tokoh aku. Meskipun temannya yang sesama pejuang telah meninggal di medan perang, tokoh Aku masih menjalin hubungan persahabatannya dengan mengunjungi makamnya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. Aku berjongkok di muka makam itu. Bungkusan daun pisang berisi bunga melati yang kubeli di pasar distrik, aku buka bau bunga yang segar dan bau boreh yang kental menyelinap ke dalam hidung. Aku tak bisa berdoa. Aku memejamkan mata. Mencoba mengheningkan cipta. Melati aku taburkan semua dan aku teringat akan perjuangan antara kota dan desa di makam Jono. Sebelum duduk di bawah tugu, sebagai orang kota sejati aku beberkan sapu tanganku ke rumput. Sambil duduk, Leica kubuka lagi dan kubidikkan pada bukit itu. Jelas kelihatan tanduknya yang coklat pada latar belakang langit biru. 6 Kutipan di atas menunjukkan bahwa latar belakang tokoh Aku ialah orang kota. Biasanya perbedaan yang mencolok antara orang kota dengan orang desa pada zaman penjajahan adalah pakaian dan pernak-perniknya yang memberi kesan bahwa orang kota tidak mau disamakan dengan orang desa. Kemudian dijelaskan lagi tokoh aku membuka Leica yang berarti penangkap gambar atau kamera yang menunjukan pernak-pernik yang digunakan oleh orang kota serta ingin menjelaskan bahwa orang kota ingin selalu berusaha mengabadikan setiap peristiwa penting yang dialaminya. Tokoh aku memiliki rasa penakut yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat kaitannya dengan gaya bahasa simile yang 6 Ibid., h. 12. terdapat dalam penggalan kutipan cerpen “Aku sudah hampir putus asa, nafasku seperti gulali yang menetes ke bawah”. 7 Gaya bahasa simile yang terdapat dalam kutipan tersebut memperkuat karakter tokoh aku yaitu penakut. Selain itu, tokoh Aku juga kerap tidak mematuhi perintah orang tua. Tokoh aku membangkang perintah orang tua semata-mata karena keinginanya untuk berangkat ke medan perang, hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Aku dengar Bapak berkata di telingaku , “Engkau harus belajar terus, engkau punya tugas sebagai intelektual.” Tapi aku toh berangkat ke medan pertempuran. Aku selalu berangkat tanpa ijin, sudah jadi tradisi sejak umur 14. Dan aku merangkak terus. 8 Tokoh aku juga selalu ingin menunjukkan sisi orang kotanya dengan menggunakan hal-hal atau pernak-pernik yang sering digunakan orang kota atau kaum modern, gaya bahasa metonimia memberi penguatan akan tokoh aku. “Aku pandang tamasya di sekitar bukit lewat lindungan sejuk Ray Ban.” 9 Dalam cerita selanjutnya, tokoh Aku mengalami ketakutan yang menimpa dirinya. Ketakutannya tidak melemahkan semangatnya untuk berjuang melawan tentara penjajah. Tokoh Aku mengalami luka di beberapa tubuhnya, hal itu yang membuat rasa takut bagi dirinya karena sementara itu penjajah menyerang tanpa berhenti. Tapi ketakutanku tertangkap oleh KL, lebih besar. Eddystone aku raih dan merangkak ke bawah. Lengan kiri dan lutut kanan ngilu, telapak kaki seperti di cabe. Aku merangkak terus diburu takut, dihimbau oleh harapan. 10 7 Ibid., h. 14. 8 Ibid., h. 19. 9 Ibid., h. 14. 10 Ibid., h.17. Beberapa waktu kemudian tokoh Aku mengingat kenangan masa lalunya ketika dia dalam keadaan tubuh yang terluka dan ketakutan yang menimpanya. Ia masih memikirkan kenangan yang pernah dialami. Hal itu menunjukkan bahwa tokoh Aku mempunyai ingatan kenangan yang cukup kuat. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Tapi air mata susah sekali membendungnya. Untuk mengimbangi, kenangan aku biarkan pula mengalir sebebas-bebasnya. 11 Sifat pantang menyerah yang dilakukan oleh tokoh Aku menjadikan semangat dan maju terus dalam bertempur. Dari awal cerita sampai akhir cerita tokoh aku tidak berubah akan sifatnya, semangat dan pantang menyerah membuatnya kuat. Sehingga tokoh Aku merupakan tokoh datar karena dari awal sampai akhir cerita watak dan sifatnya tidak berubah. Aku tersentak bangun oleh kesadaran, bahwa aku tidak bermimpi. Aku luka. Aku harus menyelamatkan diri. Aku harus maju terus. Dan aku merangkak lagi. 12 2 Bocah Bocah digambarkan dengan anak kecil yang berumur lima tahun. Tokoh Bocah ini juga digambarkan dengan kepala botak dan matanya bulat besar dan polos. “Makamnya di atas di bukit itu, Pak,” kata bocah cilik yang Cuma pakai celana kolor hitam dan membawa pecut. Aku tersenyum sambil membelai kepala botaknya. 13 Selain itu, Bocah merupakan tokoh yang jujur dalam menyampaikan sesuatu. Ia lahir di tahun 1949 tepatnya ketika masih ada perang. Tokoh Bocah ini juga merupakan tokoh komplementer yang merupakan tokoh tambahan sebagai pelengkap dalam cerita. Ia hanya muncul di awal cerita saja ketika 11 Ibid., h.19. 12 Ibid., h.21. 13 Ibid., h. 9.

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Alur pada Lima Cerpen Karya Dewi Dee Lestari dan Film Rectoverso serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

2 35 186

Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

19 175 84

Gaya bahasa kumpulan puisi hujan bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama

4 14 113

Masalah Sosial dalam kumpulan cerpen mata yang enak dipandang karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

7 128 101

Kebudayaan Tionghoa dalam novel dimsum terakhir karya Clarang dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia Di SMA

0 7 158

Penggunaan diksi dalam media sosial facebook dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA

2 25 124

KONFLIK DALAM CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN LAKI-LAKI PEMANGGUL GONI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

5 63 47

Potret Sejarah Revolusi Indonesia dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Karya Mochtar Lubis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 81 167

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 25 93

Analisis Cerpen “Senyum” dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto (Sebuah Alternatif Materi Pembelajaran Sastra)

2 22 10