Gaya Bahasa Pertentangan Jenis Gaya Bahasa

14 Apostrof Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir. 35 Contoh: wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas, tengah, dan bawah, lindungilah desa kami ini. 15 Anastrof atau Inversi Menurut Keraf dalam Tarigan, anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Dengan kata lain perubahan urutan subjek-predikat menjadi predikat-subjek. 36 Contoh: pergi merantaulah dia ke negeri sebrang tanpa meninggalkan apa-apa. 16 Apofasis atau Preterisio Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang digunakan oleh penulis, pengarang, atau pembicara untuk menegaskan sesuatu tetapi tampaknya menyangkalnya. 37 Contoh: saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu telah berbadan dua. 17 Histeron Proteron Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. 38 Contoh: kalau kamu lulus ujian SMP nanti, maka kamu akan menduduki jabatan yang tinggi di kantor ini. 18 Hipalase Hipalase menurut Keraf dalam Tarigan adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan. 39 Contoh: aku menarik sebuah kendaraan yang resah. yang resah adalah aku, bukan kendaraan 35 Ibid., h. 83 36 Ibid., h. 84 37 Ibid., h. 86 38 Ibid., h. 87 39 Ibid., h. 89 19 Sinisme Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. 40 Sinisme lebih kasar dari ironi. Contoh: kamu memang yang paling tampan di bumi, yang mampu memperistri semua gadis di muka bumi. 20 Sarkasme Menurut Poerwadarminta dalam Tarigan, sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. Ciri utama sarkasme adalah selalu mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakiti hati, dan kurang enak di dengar. 41 Contoh: Mulutmu harimaumu, lihat kelakuan dirimu sendiri sebelum menilai orang lain

c. Gaya Bahasa Pertautan

Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang maknanya saling bertautan dengan kata-kata yang digunakan. Gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis gaya bahasa pertautan di antaranya sebagai berikut: 1 Metonimia Metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya. 42 Contoh: Keluarga kami selalu minum Aqua. 2 Sinekdoke Moeliono dalam Tarigan berpendapat bahwa sinekdoke ialah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. 43 contoh: 1 pars pro toto: sudah lama dia tidak kelihatan batang hidungnya. 2 totem pro parte: SMA Negeri 1 Tangerang menang dalam pertandingan bulu tangkis melawan SMA Negeri 2 Tangerang. 40 Ibid., h. 91 41 Ibid., h. 92 42 Ibid., h. 121 43 Ibid., h. 123 3 Alusi Alusi atau kilatan adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu. 44 contoh: apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi? kilatan yang mengacu ke pemberontakan kaum komunis. 4 Eufemisme Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. 45 Contoh: tunaaksara pengganti buta huruf. 5 Eponim Eponim adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. 46 contoh: Hercules menyatakan kekuatan. 6 Epitet Epitet adalah semacam gaya bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau sesuatu hal. 47 Contoh: lonceng pagi bersahut-sahutan menyongsong mentari yang menerangi alam. lonceng pagi = ayam jantan. 7 Antonomasia Antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri. 48 Contoh: Gubernur DKI Jakarta akan meresmikan pembukaan jalan layang di Jakarta Pusat minggu depan. 44 Ibid., h. 124 45 Ibid., h. 125 46 Ibid., h. 127 47 Ibid., h. 128 48 Ibid., h. 129 8 Erotesis Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar serta sama sekali tidak menuntut suatu jawaban. 49 Contoh: apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya kepada guru? 9 Paralelisme Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. 50 Contoh: baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara hukum. 10 Elipsis Elipsis adalah gaya bahasa yang berupa penghilangan salah satu atau beberapa unsure penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap. 51 Contoh: mereka ke Jakarta minggu lalu. penghilangan predikat pergi atau berangkat 11 Gradasi Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan paling sedikit tiga kata atau istilah yang secara sintaksis bersamaan yang mempunyai suatu atau beberapa ciri semantic secara umum dan yang di antaranya paling sedikit suatu ciri diulang-ulang dengan perubahan- perubahan yang bersifat kuantitatif. 52 Contoh: aku mempersembahkan cintaku padamu, cinta yang bersih dan suci, suci murni tanpa noda, noda yang selalu kujauhi dalam hidup ini, hidup yang berpedomankan perintah Tuhan, Tuhan pencipta alam semesta yang kupuja selama hidupku. 49 Ibid., h. 130 50 Ibid., h. 131 51 Ibid., h. 133 52 Ibid., h. 134 12 Asindeton Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk tersebut biasanya dipisahkan oleh tanda koma. 53 Contoh: ayah, ibu, anak, merupakan inti suatu keluarga. 13 Polisindeton Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Dalam polisindeton, berapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. 54 Contoh: akhirnya saya menemuinya kemudian memegang tangannya dan memeluknya karena begitu rindunya.

d. Gaya Bahasa Perulangan

Gaya bahasa perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata, frase, ataupun bagian kalimat yang dianggap penting untuk member penekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis gaya bahasa perulangan di antaranya sebagai berikut: 1 Aliterasi Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan. 55 Contoh: dalam malam kelam aku tenggelam. 2 Asonansi Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa 53 Ibid., h. 136 54 Ibid., h. 137 55 Ibid., h. 175

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Alur pada Lima Cerpen Karya Dewi Dee Lestari dan Film Rectoverso serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

2 35 186

Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

19 175 84

Gaya bahasa kumpulan puisi hujan bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama

4 14 113

Masalah Sosial dalam kumpulan cerpen mata yang enak dipandang karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

7 128 101

Kebudayaan Tionghoa dalam novel dimsum terakhir karya Clarang dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia Di SMA

0 7 158

Penggunaan diksi dalam media sosial facebook dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA

2 25 124

KONFLIK DALAM CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN LAKI-LAKI PEMANGGUL GONI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

5 63 47

Potret Sejarah Revolusi Indonesia dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Karya Mochtar Lubis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 81 167

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 25 93

Analisis Cerpen “Senyum” dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto (Sebuah Alternatif Materi Pembelajaran Sastra)

2 22 10