Pemikiran Nugroho Notosusanto Penggunaan gaya bahasa pada kumpulan cerpen hujan kepagian karya Nugroho Notosusanto dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA

Nugroho menyatakan dalam tulisannya bahwa seni dan sastra adalah hanya sebagian kecil dari budaya seluruhnya, dan tak dapat berwatak lain daripadanya. Tokoh-tokoh Pramoedya tak mungkin menyalahi anggapan-anggapan pengarangnya, dan anggapan-anggapan pengarang terbentuk oleh budayanya. Dia juga mengakui bahwa filsuf-filsuf besar mempengaruhi masyarakatnya, mempengaruhi alam pikiran zamannya. 46 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN CERPEN HUJAN KEPAGIAN

A. Deskripsi Data

1. Penggunaan Gaya Bahasa untuk Menyampaikan Intrinsik Cerpen Senyum dan

Cerpen Bayi dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto

a. Tema

Tema merupakan hal utama pembicaraan yang mendasari cerita. Tema bersifat menyelaraskan keseluruhan cerita dan mempunyai pengelompokan yang luas. Oleh karena itu, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi harus disimpulkan dari seluruh cerita, tidak hanya bagian-bagian tertentu dari cerita saja. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema sebagai salah satu unsur karya fiksi sangat berkaitan erat dengan unsur-unsur yang lainnya. Tema dalam cerpen Senyum yaitu perjuangan realisasi mental melawan penjajah. Hal itu dominan ditemukan dalam setiap paragraf cerpen tersebut. Penggunaan gaya bahasa dalam cerpen Senyum menguatkan tema yang ada. Pertama, ketika tokoh Aku mengungkapkan perasaannya ketika sedang terkena serangan. Awalnya tokoh Aku sudah merasa putus asa atas apa yang menimpanya ketika sedang bertempur. Ketika pada suatu ketika zat cair asin yang menetes pada lidahku hangat, aku sadar, bahwa air mata sudah keluar, Aku berterima kasih kepada Tuhan, bahwa tak ada orang yang menyaksikan veteran menangis cengeng karena luka di lengan kaki. Belum ususnya keluar seperti Arya Panangsang dari cerita lama. 1 1 Nugroho Notosusanto, Hujan Kepagian, Jakarta:Balai Pustaka, 1990, h. 19. Kutipan di atas menggambarkan tentang tokoh Aku sebagai seorang pejuang yang berjuang ketika perang. Semangat dan rela berkorban yang tergambar pada kutipan di atas membuktikan perjuangan tokoh Aku dalam melawan penjajah. Kaitannya dengan penggunaan gaya bahasa, gaya bahasa digunakan oleh pengarang untuk lebih memaparkan temanya. Pengarang menggunakan gaya bahasa perbandingan dalam menguatkan kutipan tersebut kepada tema. Usus yang keluar itu dibandingkan dengan cerita lama Arya Panangsang, kaitanya sama dengan peperangan. Gaya bahasanya memperjelas tema perjuangan melawan penjajah. Kedua, peristiwa ketika tokoh Aku menyerang musuh. Tokoh Aku menyerang ketika keadaan sedang sepi. Dalam perlawanannya terhadap penjajah, tokoh Aku tidak mengendurkan serangan. Aku lihat mata- mata itu jongkok. Dahinya lebar. “Tembak” dan aku menembak. Dahi lebar itu berlubang kecil kemudian badan di bawah dahi itu jatuh terlentang. “Sembelih saja ” aku dengar suara bengis, dan pisauku menggorok leher manusia. Bau amis memualkan . “Sikat” aku dengar bisikan serak. Pandanganku menegang, melihat 15 uniform hijau berjalan beriring- iringan, di atas uniform itu kepala merah seperti kulit anak babi. 2 Kutipan tersebut disampaikan oleh tokoh Aku sesaat ketika mendapat serangan dari pihak musuh. Tokoh Aku menerima perintah untuk menghabisi musuh sehingga dia langsung melaksanakannya dengan menembak dan membunuhnya. Ketiga, peristiwa ketika tokoh Aku berusaha keras untuk tetap melanjutkan hidup untuk masa depan yang lebih baik. Aku merangkak terus. Aku harus mengusir Belanda untuk Tati, pikirku kabur. Aku harus sampai ke Terugvalbasis. Aku harus sembuh. Tati sudah ingin sekolah. Aku harus meneruskan hidup begini, biar Tatiku kelak bisa sekolah dengan tenang. Tati dan teman-temannya. Untuk itu generasiku menghabiskan 2 Ibid., h. 20. sebagian hidupnya di lumpur dan kotoran medan perang. Generasiku dapat panggilan untuk melaksanakan peletakkan dasar-dasar zaman yang damai. Peristiwa tersebut menunjukkan tema perjuangan melawan penjajah yang tergambar dalam cerita cerpen Senyum. Peristiwa tersebut juga menunjukkan bahwa tokoh Aku ingin memperkuat rasa nasionalisme dan menjadi tonggak sejarah bagi perjuangan bangsa. Dalam cerpen Bayi temanya ialah keikhlasan untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Panggilan untuk menolong yang membutuhkan pertolongan tanpa jasa dan tanpa pamrih, tanpa mengenal kawan atau lawan, yaitu menolong lahirnya seorang bayi. Kenapa ada pertempuran tak memadamkan lampu, pikirku dibuai marah dan kasihan. Rumah itu miskin benar, tidak punya dapur istimewa. Cuma sebuah kotak persegi dari bambu. Pak Simin tidak miskin dalam artian tanah, Mbok Simin masih muda dan tidak jelek, namun suci di tengah-tengah prajurit- prajurit. 3 Dalam kutipan di atas, tokoh aku merasa iba dan ada perasaan ingin menolong orang yang ada di rumah miskin itu, yaitu Mbok Simin. Tokoh Aku ingin menolong yang ada di rumah miskin itu karena dalam keadaan perang lampu di dalam rumah tidak dipadamkan sehingga menurut tokoh aku kemungkinan rumah itu dapat di serang ketika peperangan berlangsung. Kemudian peristiwa ketika tokoh Aku sedang baku tembak dengan tentara Belanda. Hal demikian dapat dilihat dari kutipan berikut ini. Bayi itu masuk hitungan juga, bahkan suaranya yang paling keras. Bayi itu harus diselamatkan. Sebentar lagi mungkin terjadi perbenturan di sini. Tangis bayi itu bikin aku sentimental. Aku terkenang adikku yang masih bayi di rumah. Dia enak aman dalam kelonan ibu. Tapi bayi itu sekalipun di dalam 3 Ibid., h.56. kelonan ibunya tidak aman bahkan ibunya saja tidak aman. Aku yang wajib mengamankan mereka. Tapi aku sendiri juga tidak aman. 4 Ia mencoba tersenyum, masih agak ragu-ragu.Kemudian mengulurkan tangan kanannya. Aku melihat pada tangannya, ke wajahnya kemudian kepada Mbok Simin dan bayi yang terbaring di bale-bale. Dan kami berjabat tangan. 5 Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam situasi peperangan tokoh Aku ingin menolong dan mengamankan bayi dan Mbok Simin. Padahal tokoh Aku sendiri juga tidak aman tetapi tokoh Aku berusaha untuk menolong dengan ikhlas Mbok Simin dan bayinya.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan pribadi atau individu yang mengalami berbagai peristiwa dalam sebuah cerita. Sedangkan , penokohan merupakan watak pelaku dalam sebuah cerita yang dikembangkan oleh pengarang. Tokoh dan penokohan saling berkaitan. Tiap-tiap tokoh biasanya memiliki karakter, sikap, sifat dan kondisi fisik yang disebut dengan perwatakankarakter. Gaya bahasa dalam cerita memberi penguatan dalam karakter masing-masing tokoh yang diceritakan. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis tokoh utama, antagonis lawan tokoh protagonis dan tokoh figuran tokoh pendukung cerita. Dari segi peranan, tokoh dapat dibedakan atas tokoh primer, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer. Pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu. Tokoh dan penokohan dalam cerpen Senyum karya Nugroho Notosusanto adalah sebagai berikut. 4 Ibid., h. 59 5 Ibid., h. 61.

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Alur pada Lima Cerpen Karya Dewi Dee Lestari dan Film Rectoverso serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

2 35 186

Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

19 175 84

Gaya bahasa kumpulan puisi hujan bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama

4 14 113

Masalah Sosial dalam kumpulan cerpen mata yang enak dipandang karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

7 128 101

Kebudayaan Tionghoa dalam novel dimsum terakhir karya Clarang dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia Di SMA

0 7 158

Penggunaan diksi dalam media sosial facebook dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA

2 25 124

KONFLIK DALAM CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN LAKI-LAKI PEMANGGUL GONI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

5 63 47

Potret Sejarah Revolusi Indonesia dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Karya Mochtar Lubis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 81 167

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 25 93

Analisis Cerpen “Senyum” dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto (Sebuah Alternatif Materi Pembelajaran Sastra)

2 22 10