Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian

yang digunakan, sehingga menambah nilai makna yang ditulis pengarang. Hasil analisis makna gaya bahasa di atas dapat dilihat dengan jelas melalui tabel berikut. Distribusi Frekuensi dan Presentase Makna Penggunaan Gaya Bahasa dalam Cerpen Senyum dan Cerpen Bayi pada Kumpulan cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto No. Makna Gaya Bahasa Frekuensi Penggunaan Data x Frekuensi Relatif X ∑X Presentase X∑X x 100 1 Mendeskripsikan 8 0,089 8,9 2 Menekankan 30 0,337 33,7 3 Menegaskan 17 0,191 19,1 4 Menguatkan 23 0,258 25,8 5 Memaparkan 9 0,101 10,1 6 Menyampaikan gagasan tidak langsung 2 0,022 2,2 Jumlah 89 100 Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Nugroho Notosusanto banyak menggunakan makna menekankan dalam gaya bahasa. Makna menekankan paling banyak mendominasi dalam dua cerpen tersebut dengan hasil 33,7 dari data kalimat yang ditemukan dari 89 data kalimat. Dalam tiap karyanya, sebagian besar gaya bahasa yang digunakan Nugroho Notosusanto maknanya terkesan menekankan dan menguatkan. Nugroho Notosusanto cenderung menggunakan makna menekankan dalam cerita dan juga menggunakan makna menguatkan. Hal tersebut yang menjadi ciri khas dari Nugroho Notosusanto. Nugroho Notosusanto banyak menggunakan gaya bahasa yang mempunyai makna menekankan. Nugroho Notosusanto menggunakan delapan gaya bahasa dalam dua cerpen. Masing-masing memiliki makna tersendiri. Gaya bahasa simile dalam dua cerpen bermakna menekankan suasana dan menjelaskan gagasan secara lebih hidup dan menarik. Makna gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen tersebut mendapat tempat tersendiri dalam diri pembaca sehingga ada keinginan dan minat pembaca untuk membaca cerpen tersebut. Kaitannya dengan dunia siswa dalam pendidikan Dengan pemakaian gaya bahasa yang menarik akan mendorong siswa agar lebih kreatif dalam ketrampilan bahasa dan sastra Indonesia.

E. Implikasi Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Dalam kurikulum terbaru, pembelajaran sastra Indonesia mendapat sedikit materi dan jam dalam kegiatan belajar-mengajar. Kompetensi dasar yang dapat diimplikasikan dalam pembelajaran sastra Indonesia adalah menganalisis unsur intrinsik dalam cerpen. Pengembangan kompetensi dasar dapat dilakukan dengan cerpen Senyum dan cerpen Bayi karya Nugroho Notosusanto. Pembelajaran sastra Indonesia haruslah berorientasi kepada pemahaman membaca karya sastra Indonesia. Salah satu kegiatan siswa mengapresiasi karya sastra adalah dengan cara pembelajaran unsur intrinsik dalam cerpen Senyum dan cerpen Bayi karya Nugroho Notosusanto. Siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasi karya sastra untuk mengetahui lebih dalam dan meningkatkan imajinasi. Pembelajaran sastra Indonesia dinilai masih kurang menarik bagi siswa. Penyebab kurang menariknya pembelajaran sastra Indonesia bukan semata-mata sastra tidak menarik tetapi karena penyampaian guru. Penyampaian guru dalam mengajarkan sastra Indonesia kurang menarik dan membuat siswa tidak begitu mendorong semangat untuk belajar sastra. Dalam pembelajaran sastra Indonesia diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang sastra. Pemahaman membaca karya sastra, khususnya cerpen diharapkan dapat membuat siswa mampu menganalisis tema, penokohan, alur cerita, amanat dan latar yang terdapat dalam cerita. Pembelajaran sastra Indonesia kaitanya dengan cerpen senyum dan Bayi dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto, siswa dapat mengambil amanat dan nilai-nilai kemanusiaan yang sangat dominan dalam cerita melalui penokohan dan gaya bahasa yang terdapat dalam cerita. Guru dapat mengajarkan kepada siswa menilai ciri khas pengarang dan bahasa yang digunakan pengarang melalui gaya bahasa. Jika siswa dapat memahami gaya bahasa yang terdapat dalam karya sastra, maka siswa dapat membuat karya sastra dengan ciri khas dan gayanya sendiri dengan memperhatikan unsur keindahan. Sebelum memulai dan menjelaskan materi pelajaran, guru perlu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat bertujuan agar materi yang diajarkan dapat disampaikan secara sistematis dan terstruktur serta mampu dipahami oleh siswa dengan baik. Penelitian ini memiliki implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, yaitu memberikan gambaran bahwa gaya bahasa tumbuh dan berkembang sejalan dengan kemajuan jaman. Oleh karena itu, penggunaan gaya bahasa dalam cerpen dapat dioptimalkan dengan baik dan benar sehingga dapat mengetahui keindahan, makna gaya bahasa serta ciri khas gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang.

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Alur pada Lima Cerpen Karya Dewi Dee Lestari dan Film Rectoverso serta Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

2 35 186

Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma serta implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah

19 175 84

Gaya bahasa kumpulan puisi hujan bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama

4 14 113

Masalah Sosial dalam kumpulan cerpen mata yang enak dipandang karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

7 128 101

Kebudayaan Tionghoa dalam novel dimsum terakhir karya Clarang dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia Di SMA

0 7 158

Penggunaan diksi dalam media sosial facebook dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA

2 25 124

KONFLIK DALAM CERPEN PADA KUMPULAN CERPEN LAKI-LAKI PEMANGGUL GONI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

5 63 47

Potret Sejarah Revolusi Indonesia dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Karya Mochtar Lubis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

6 81 167

Kritik Sosial dalam Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A. Mustofa Bisri dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

4 25 93

Analisis Cerpen “Senyum” dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto (Sebuah Alternatif Materi Pembelajaran Sastra)

2 22 10