Pengaturan Suasana Kerja Kepala Sekolah sebagai Motivator
                                                                                16 a. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik
Pada  prinsipnya  motivasi  merupakan  hal  yang  mendorong  seseorang untuk  melakukan  sesuatu.  Ada  dua  jenis  motivasi  yaitu  instrinsik  dan
ekstrinsik. Menurut Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  “motivasi  instrinsik  adalah
dorongan  atau  keinginan  yang  tidak  perlu  disertai  dengan  perangsang  dari luar. Sedangkan, motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang datangnya dari luar
diri seseorang.”
34
Zikri Neni Iska mengatakan, “...motivasi instrinsik adalah motif-motif yang  menjadi  aktif  karena  adanya  dorongan  dari  dalam  setiap  individu.
Sedangkan,  motivasi  ektrinsik  adalah  motif-motif  yang  aktif  karena  adanya perangsang dari luar....”
35
Menurut Owen yang dikutip E. Mulyasa, “...motivasi instrinsik adalah motivasi  yang  datang  dari  dalam  diri  seseorang.  Sebaliknya,  motivasi
ekstrinsik berasal dari lingkungan di luar diri seseorang, misalnya para tenaga pendidik  bekerja  karena  ingin  mendapat  pujian  atau  hadiah  dari  kepala
sekolah....”
36
Berdasarkan  definisi-definisi  di  atas  penulis  menarik  simpulan, motivasi  instrinsik  adalah  dorongan  yang  datang  dari  dalam  diri  seseorang.
Sebaliknya,  motivasi ekstrinsik  ialah  dorongan  yang  datangnya  dari  luar  diri seseorang.
Motivasi  instrinsik  pada  umumnya  lebih  menguntungkan  karena biasanya dapat bertahan lama. Motivasi instrinsik muncul dari dalam diri para
tenaga  pendidik,  sedang  motivasi  ekstrinsik  dapat diberikan  oleh  kepala sekolah  dengan  jalan  mengatur  kondisi  dan  situasi  yang  tenang  dan
menyenangkan.  Dalam  hal  ini,  kepala  sekolah  dituntut  untuk  memiliki kemampuan  memotivasi  kepada  para  tenaga  pendidik  agar  mereka  mau  dan
mampu mengembangkan dirinya secara optimal.
34
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 4, h. 756.
35
Zikri Neni Iska, Psikologi; Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan Jakarta: Kizi Brother’s, 2008 Cet, 2, h. 41.
36
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 144.
17 b. Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Teori kebutuhan sebagaimana yang dijelaskan oleh Abraham Maslow, yaitu  “...kebutuhan-kebutuhan  fisiologis  faali,  kebutuhan  keselamatan,
kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan perwujudan  diri....”
37
Selanjutnya,  teori  kebutuhan  tersebut  dijelaskan  secara sederhana oleh Zikri Neni Iska, yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan  fisiologis,  maksudnya  kebutuhan  dasar  yang  bersifat primer  yang  menyangkut  fungsi-fungsi  biologis,  seperti  kebutuhan
pangan, sandang papan, kesehatan fisik serta kebutuhan seks. 2. Kebutuhan  rasa  aman  dan  pelindungan,  misalnya  terjaminnya
keamanan,  terlindung  dari  bahaya,  ancaman  penyakit,  kemiskinan, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
3. Kebutuhan  rasa  memiliki  dan  cinta,  misalnya  kebutuhan  akan  cinta, rasa setia kawan dan kerja sama.
4. Kebutuhan  harga  diri, misalnya  kebutuhan  dihargai  karena  prestasi, kemampuan serta status atau pangkat.
5. Kebutuhan aktualisasi
diri, misalnya
kebutuhan untuk
mengembangkan  potensi-potensi  yang  dimiliki,  kreatifitas  dan ekspresi diri
38
Dalam  al-Qur’an  ditemukan  beberapa statement baik  secara eksplisit gamblang  maupun implisit tersirat  yang  menunjukkan  beberapa  dorongan
yang  mempengaruhi  manusia.  Sebagaimana  yang  dijelaskan  dalam  sûrah  Ali ‘Imran3:14 berikut.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 .
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang  diingini,  yaitu:  wanita-wanita,  anak-anak,  harta  yang  banyak  dari  jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia.”
37
Abraham  H.  Maslow, Motivasi  dan  Kepribadian.  Penerjemah  Nurul  Iman  Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993 Cet. 4, h. 43 ─ 56.
38
Iska, Psikologi; Pengantar Pemahaman Diri, h. 47.
                                            
                