12 suatu peristiwa.
21
Sedangkan, kerja ialah 1 kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan diperbuat; 2 sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah;
mata pencaharian; 3 pekerjaan; dan 4 v cak bekerja....”
22
Dengan demikian, pengaturan suasana kerja adalah proses mengatur terhadap suatu keadaan
dalam lingkungan pekerjaan. Suasana kerja yang baik akan mendorong para tenaga pendidik senang
bekerja sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan
para tenaga pendidik, serta menciptakan suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan.
23
3. Disiplin
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”...disiplin berarti 1 tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya; dan 2 ketaatan kepatuhan
kepada peraturan tata tertib dan sebagainya....”
24
Kepala sekolah harus menegakkan disiplin kepada semua bawahannya. Melalui disiplin ini
diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah.
25
Menurut E. Mulyasa, “beberapa strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam membina disiplin para tenaga pendidik, yaitu 1
membantu para tenaga pendidik dalam meningkatkan standar perilakunya, dan 2 melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama.”
26
Dalam hal ini, kepala sekolah diharapkan menegakkan disiplin di sekolah dan menjadi
teladan dalam hal kedisiplinan. Lebih lanjut, E. Mulyasa mengatakan, “pentingnya disiplin yaitu
untuk menanamkan, a rasa hormat terhadap kewenangan, b upaya untuk menanamkan kerjasama, c kebutuhan untuk berorganisasi, dan d rasa
21
Ibid,. h. 1344.
22
Ibid,. h. 681.
23
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 120.
24
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Cet. 1, h. 333.
25
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 120.
26
Ibid,. h. 120.
13 hormat terhadap orang lain.”
27
Maka dari itu, disiplin perlu ditegakkan seoptimal mungkin agar sekolah dapat berjalan secara maksimal.
Menurut Soelaeman yang dikutip E. Mulyasa, mengatakan, “kepala sekolah berfungsi sebagai pengemban ketertiban, yang patut diteladani, tapi
tidak bersikap otoriter.”
28
Dalam hal ini, kepala sekolah yang demokratis akan lebih baik daripada yang otoriter.
E. Mulyasa mengutip dari Reisman and Payne, mengatakan, “...strategi umum membina disiplin sebagai berikut.
a. Konsep diri self concept, strategi ini menekankan bahwa konsep- konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari
setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan bersikap empati, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga
para tenaga pendidik dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
b. Ketrampilan berkomunikasi communication skill, pemimpin harus menerima semua perasaan para tenaga pendidik dengan komunikasi
yang dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya. c. Konsekuensi logis dan alami natural and logical consequences,
perilaku-perilaku yang salah terjadi karena para tenaga pendidik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini
mendorong munculnya perilaku-perilaku salah yang disebut misbehavior. Untuk itu, kepala sekolah perlu menunjukkan secara
tepat perilaku mereka yang salah sehingga membantu mereka dalam mengatasi perilakunya.
d. Klarifikasi nilai values clarification, strategi ini dilakukan untuk membantu para tenaga pendidik dalam menjawab pertanyaannya
sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri. e. Latihan keefektifan pemimpin leader effectiveness training, tujuan
metode ini adalah untuk menghilangkan metode refresif, misalnya hukuman dan ancaman melalui sebuah model komunikasi tertentu.
f. Terapi realitas reality therapy, pemimpin perlu bersikap positif dan
bertanggung jawab. Sikap positif perlu diterapkan sehingga akan menghasilkan suasana kerja yang kondusif....”
29
Untuk menerapkan
strategi tersebut,
kepala sekolah
perlu mempertimbangkan berbagai situasi, dan perlu memahami faktor-faktor yang
27
Ibid,. h. 141 ─ 142.
28
Ibid,. h. 142
29
Ibid,. h. 142 ─ 143.