17 b. Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Teori kebutuhan sebagaimana yang dijelaskan oleh Abraham Maslow, yaitu “...kebutuhan-kebutuhan fisiologis faali, kebutuhan keselamatan,
kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan perwujudan diri....”
37
Selanjutnya, teori kebutuhan tersebut dijelaskan secara sederhana oleh Zikri Neni Iska, yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan fisiologis, maksudnya kebutuhan dasar yang bersifat primer yang menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan
pangan, sandang papan, kesehatan fisik serta kebutuhan seks. 2. Kebutuhan rasa aman dan pelindungan, misalnya terjaminnya
keamanan, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit, kemiskinan, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
3. Kebutuhan rasa memiliki dan cinta, misalnya kebutuhan akan cinta, rasa setia kawan dan kerja sama.
4. Kebutuhan harga diri, misalnya kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan serta status atau pangkat.
5. Kebutuhan aktualisasi
diri, misalnya
kebutuhan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, kreatifitas dan ekspresi diri
38
Dalam al-Qur’an ditemukan beberapa statement baik secara eksplisit gamblang maupun implisit tersirat yang menunjukkan beberapa dorongan
yang mempengaruhi manusia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sûrah Ali ‘Imran3:14 berikut.
.
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia.”
37
Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian. Penerjemah Nurul Iman Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993 Cet. 4, h. 43 ─ 56.
38
Iska, Psikologi; Pengantar Pemahaman Diri, h. 47.
18 Dan juga sebagaimana yang dijelaskan dalam sûrah al-Qiyamah75:20
berikut.
”Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu hai manusia mencintai kehidupan dunia
39
.” Ayat pertama menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki
kecintaan yang kuat terhadap dunia, yang terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan, anak, dan harta kekayaan. Dalam ayat kedua dijelaskan larangan
untuk menafikan kehidupan dunia karena sebenarnya manusia diberikan keinginan dalam dirinya untuk mencintai dunia itu.
5. Reward dan Punishment
a. Reward Penghargaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”penghargaan adalah
perbuatan hal dan sebagainya menghargai; penghormatan.”
40
Kepala sekolah harus berusaha menggunakan penghargaan ini secara tepat, efektif, dan
efesien, untuk menghindari dampak negatif yang bisa ditimbulkannya. Penghargaan
rewards sangat
penting untuk
meningkatkan profesionalisme para tenaga pendidik dan untuk mengurangi kegiatan yang
kurang produktif. Melalui penghargaan ini mereka dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif.
Kepala sekolah perlu menyusun sistem penghargaan bagi para tenaga pendidik secara tepat. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi
dan produktivitas kerja dari mereka. Oleh karena itu, sistem penghargaan yang dikembangkan harus bersifat proporsional, adil dan transparan. Adapun
contoh dari penghargaan kepada para tenaga pendidik adalah pemberian kompensasi.
Masalah kompensasi selain sensitif karena menjadi pendorong para tenaga pendidik untuk bekerja, juga berpengaruh terhadap moral dan disiplin
39
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam Jakarta: Kencana, 2008, Cet. 3, h. 196.
40
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Cet. 1, h. 483.
19 mereka. Oleh karena itu, setiap sekolah pada jenjang pendidikan, seharusnya
dapat memberikan kompensasi yang seimbang dengan beban kerja yang dipikul mereka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”...kompensasi ialah imbalan berupa uang atau bukan uang, yang diberikan kepada karyawan
dalam perusahaan atau organisasi....
41
Selanjutnya, menurut Mulyasa, “kompensasi adalah balas jasa yang diberikan dinas pendidikan dan sekolah
kepada tenaga kependidikan, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecendrungan diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam
bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain.”
42
Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen sekolah. Dikatakan tantangan karena imbalan oleh
para tenaga pendidik tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya, akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan
martabat manusia. Sebaliknya, sekolah cenderung melihatnya sebagai beban yang harus dipikul oleh sekolah tersebut, dalam rangka mencapai tujuan.
Dalam menerapkan suatu sistem imbalan tertentu, kepentingan sekolah dan para tenaga pendidik perlu senantiasa diperhitungkan.
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 40 disebutkan, “...pendidik dan tenaga kependidikan berhak
memperoleh, a penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai, dan b penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja....”
43
Untuk itu, kepala sekolah perlu memberikan kompensasi atau penghargaan yang pantas untuk para tenaga pendidik.
41
Ibid,. h. 719.
42
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 156.
43
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003, Cet. 3, h. 52.