Pengertian Al-Qur’an Hadits
23
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.
Q.S. al- A’raf: 204
M. Quraish Shihab mengutip Dr. Shubhi Shalih dalam bukunya
Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an sebagai berikut: “Kalam Allah yang
mengandung mukjizat, diturunkan kepada Nabi SAW, tertulis pada mushhaf, diriwayatkan secara mutawatir dan yang dinilai ibadah dengan
membacanya.
28
Dari definisi di atas secara sederhana dapat dijelaskan bahwa: a.
Al-Qur’an adalah firman Allah, bukan sabda Nabi, bukan perkataan manusia dan bukan pula perkataan malaikat.
b. Al-Qur’an mengandung mukjizat seluruh kandungannya sekalipun
sekecil huruf dan titiknyapun yang dapat mengalahkan lawan- lawannya.
c. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tentunya
melalui Malaikat Jibril secara mutawatir diriwayatkan banyak orang yang mustahil sepakat bohong.
d. Membaca al-Qur’an dinilai ibadah membaca satu huruf dari al-Qur’an
dibalas 10 kebaikan sebagaimana keterangan dalam hadits Nabi.
Selain nama al- Qur’an, kitab suci ini juga memperkenalkan dirinya
dengan beberapa nama, antara lain sebagai berikut:
a.
Al-Kitab, berarti buku atau tulisan.
b.
Al-Furqan, berarti pembeda yang baik dan yang buruk.
c.
Al-Dzikr, berarti pengingat atau pemberi peringatan.
d.
At-Tanzil, berarti yang diturunkan.
Al- Qur’an sebagai wahyu tidak sama dengan hadits qudsi, yang
terkadang dianggap sebagian ulama sebagai wahyu. Bedanya ialah bahwa al-
Qur’an itu dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka ia adalah wahyu, baik dalam lafal atau pun maknanya. Sedangkan
28
M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Al- Qur’an Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000, h.
61
24
hadits qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah s.a.w.
29
Wahyu itu sendiri berasal dari kata waha yang berarti turunan dari Tuhan yang ditujukan kepada makhluknya, yang disampaikan
melalui para Rasul. Di dalam al- Qur’an kata wahyu mempunyai arti
antara lain: 1
Isyarat
2
Ilham
3
Bisikan
4
Pesan
Sebagian ulama membedakan antara wahyu dengan ilham. Wahyu ditujukan kepada Nabi, sedangkan ilham ditujukan kepada umat
manusia secara umum. al- Qur’an sebagai wahyu Ilahi disampaikan
kepada Muhammad Saw melalui proses yang disebut inzal, yaitu proses perwujudan al-
Qur’an dengan cara Allah mengajarkan kepada malaikat jibril, kemudian Jibril menyampaikannya kepada
Nabi Muhammad SAW.
30
Wahyu diturunkan melalui beberapa proses, antara lain berupa ilham, inspirasi dalam bentuk mimpi, seperti kisah Nabi Ibrahim
menerima perintah lewat mimpi untuk menyembelih putranya, Ismail.
Bentuk lahir al- Qur’an berbahasa Arab, karena itu kedudukan
bahasa Arab menjadi penting. Bahasa Arab dimuliakan bukan karena ia sebagai bahasa kultural atau bahasa ilmiah, sebab dalam hal ini bahasa
Persia juga memegang peranan penting, tetapi tidak sama posisinya
dengan bahasa Arab.
Diturunkannya al- Qur’an secara berangsur-angsur mempunyai
beberapa hikmah. Diantaranya sebagai berikut: 1.
Untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW. Mengingat keras watak masyarakat yang dihadapi Nabi, dengan diturunkannya al-
Qur’an secara berangsur-angsur memperkuat hati Nabi.
29
Manna Khalil al-Qattan, Op. cit, h..27
30
M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al- Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000,
Cet 2, h. 18
25
2. Sebagai mu’jizat. Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi
Nabi dari kaum kafir, termasuk pertanyaan-pertanyaan yang bernada memojokan, seperti tentang hal-hal gaib, Nabi merasa
terbantu dengan diturunkanya ayat yang menjelaskan pertanyaan- pertanyaan tersebut.
3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman al-Qur’an. Sekiranya
al- Qur’an diturunkan sekaligus, sulit untuk dihafal dan dipahami
isinya. 4.
Untuk menerapkan hukum secara bertahap. Penghapusan beberapa tradisi masyarakat Arab secara serentak amat sulit dilakukan.
Dengan proses pentahapan, lambat laun masyarakat tersebut lebih bisa menerima hukum-hukum baru dari al-
Qur’an. 5.
Sebagai bukti bahwa al-Qur’an adalah bukan rekayasa Nabi Muhmmad atau manusia biasa.
b. Hadits
Istilah Arab “Hadits” = baru, tidak lama, ucapan, pembicaraan, cerita. Menurut ahli Hadits “segala ucapan, perbuatan, dan keadaan
Nabi Muhammad SAW atau segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW berupa ucapan, perbuatan, takrir peneguhan
kebenaran dengan alasan, maupun deskripsi sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Menurut ahli Ushul Fiqh “segala perkataan,
perbuatan, dan takrir Nabi Muhammad SAW yang bersangkut paut dengan hukum.
31
Istilah lain untuk sebutan hadits ialah sunnah, khabar, dan atsar. Menurut sebagian ulama, cakupan sunnah lebih luas karena ia diberi
pengertian segala yang dinukilkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, takrir, maupun pengajaran, sifat,
kelakuan, perjalanan hidup, dan baik itu terjadi sebelum masa kerasulan maupun sesudahnya. Selain itu titik berat penekanan sunah
adalah kebiasaan normatif Nabi Muhammad SAW.
31
Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1994, cet. 3, h. 41
26