Analisis Proses Perumusan Formulasi Peraturan Daerah Kota Medan

185

V.3 Analisis Proses Perumusan Formulasi Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Analisis kebijakan yang akan saya lakukan adalah Analisis Proses. Dimana analisis proses adalah analisis yang tidak begitu berfokus pada isi kebijakan, namun lebih berfokus pada proses politik dan interaksi faktor-faktor lingkungan luar yang kompleks dalam membentuk sebuah kebijakan. Proses politik yang terjadi dalam pembuatan kebijakan bisa dilihat dengan dua arah yakni proses interaksi para pemangku kepentingan dan struktur politis negara tempat sebuah kebijakan dibentuk. Masalah yang telah disusun dalam agenda kebijakan didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Formulasi kebijakan publik adalah langkah yang paling awal dalam proses kebijakan publik secara keseluruhan. Formulasi kebijakan publik adalah bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif - alternatif untuk memecahkan masalah atau perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah dan siapa saja kah yang berpartisipasi dalam proses formulasi kebijakan. Para pembuat kebijakan harus lebih bijaksana dan berhati-hati dalam melakukan formulasi kebijakan. Hal ini dikarenakan tahap formulasi tersebut akan sangat menentukan apakah suatu kebijakan tersebut akan berhasil atau tidak di masa yang akan datang. Proses Perumusan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan ini dapat dilihat dari model implementasi Van Meter dan Van Horn yang dilihat melalui variabel-variabel dibawah ini: Universitas Sumatera Utara 186 1.Standar Kebijakan dan Sasaran Kejelasan standar dan sasaran kebijakan publik memberikan kejelasan bagi agen pelaksana dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Untuk itu, perlu pemahaman yang baik tentang maksud umum atas ukuran dan tujuan kebijakan oleh para implementor kebijakan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi yang menimbulkan kegagalan frustated. Dalam hal ini kinerja kebijakan publik dapat dinilai dari tingkat ketercapaian standar dan sasarannya. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa informan dapat disimpulkan bahwa kejelasan standar dan sasaran dari Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan dapat dilihat dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan KabupatenKota beserta rinciannya Seperti dengan apa yang dinyatakan oleh Van Meter dan Van Horn seyogiayanya setiap kebijakan atau peraturan pastinya memiliki pedoman pelaksanaan, demikian juga Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, dimana pedoman pelaksanaan UU ini adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Universitas Sumatera Utara 187 Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan KabupatenKota beserta rinciannya. Dari hasil penelitian, peneliti menganalisis bahwa Pemerintah Kota Medan memiliki interpretasi yang sama dengan Pemerintah Pusat. Hal ini dibuktikan dengan merumuskan suatu Peraturan Daerah yang sesuai dengan amanah dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 maupun Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Didalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Bab VI pasal 20 tersebut sudah dipaparkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi Pedoman untuk penataan ruang wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota. Dan didalam Peraturan. Dan pada Pasal 28 juga dijelaskan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota. Hal yang sama juga tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Bab II pasal 3 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dimana RTRWN menjadi pedoman bagi penataan ruang wilayah Provinsi dan KabupatenKota. Peraturan Daerah Kota Medan ini bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan investasi; dan memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk aktifitas pembangunan kota berbasis ekonomi di sektor perdagangan dan jasa, pariwisata serta industri yang berwawasan lingkungan Menurut peneliti, Peraturan Daerah Kota Medan tersebut bila dianalisis sudah memiliki standar dan sasaran kebijakan seperti yang terdapat pada Undang- Universitas Sumatera Utara 188 Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008. Hal ini dianalisis berdasarkan pernyataan informan, pada saat wawancara. Peneliti menganalisis bahwa adanya Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan sudah sesuai dengan standar dan sasaran yang berlaku dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Peraturan Perundang-undangan lainnya. 2.Sumber Daya Dukungan sumber daya baik sumber daya manusia, sumber dana maupun sumber daya lainnya sangat penting dalam proses implementasi kebijakan publik. Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan. Hal ini diungkapkan oleh Van Meter dan Van Horn dalam melihat bagaimana implementasi kebijakan publik. Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, Peneliti menyimpulkan ada beberapa sumber daya yang cukup berpengaruh dalam proses perumusan kebijakan rencana tata ruang wilayah Kota Medan yaitu, Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD yang bertujuan untuk memperhatikan apa sebenarnya masalah kota dan selanjutnya mengembangkan tujuan dan sasaran dari adanya penataan ruang dan wilayah di daerah, Bagian Hukum yang akan mengeksaminasi Ranperda RTRW tersebut apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, Konsultan yang dinilai belum maksimal kinerjanya, Utusan-utusan Universitas Sumatera Utara 189 yang dikirim oleh setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang kurang berkapasitas dan kurang serius dan Sumber data yang agak sulit diakses. Dari hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa pemberian data untuk penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan seharusnya dilakukan dengan semaksimal mungkin,banyak data yang diberikan oleh dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan seperti data-data mengenai Izin Mendirikan Bangunan, Jalan Lingkar, izin-izin yang sudah diterbitkan lainnya seperti izin yang terkait dengan IMB yang telah dikeluarkan. Data yang telah diberikan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan akan sangat berguna bagi BAPPEDA dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan juga telah menyusun Naskah Akademik Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Medan Tahun 2030, dimana Naskah Akademik ini berfungsi untuk mengarahkan ruang lingkup materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. Menurut peneliti kesiapan sumber daya yang dalam Perumusan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan masih sangat kurang. Tetapi menurut peneliti adanya pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD, menurut Peneliti telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 Bab I Pasal 1 ayat 12 dua belas tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan KabupatenKota beserta rinciannya dinyatakan bahwa Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah dimana Universitas Sumatera Utara 190 badan yang dibentuk ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 dan mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Walikota dalam koordinasi penataan ruang di daerah. Peneliti juga menyimpulkan bahwa Bagian Hukum didalam proses pengeksaminasian Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan telah melakukan tugas mereka sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi bagian Hukum. Kesesuaian antara proses eksaminasi Ranperda RTRW dengan Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Hukum sudah sesuai dengan Peraturan Walikota Medan Nomor 45 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah Kota Medan yang terdapat dalam Bab III Pasal 79 ayat 2 dua yang berbunyi Bagian Hukum Sub Bagian Perundang-undangan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan eksaminasi atas rancangan produk hukum daerah. Bukan hanya sumber daya manusia, sumber data juga mempengaruhi berhasil atau tidaknya perumusan sebuah kebijakan publik. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, terbukti bahwa masih ada beberapa Kerja Perangkat Daerah SKPD yang masih belum terbuka dalam pemberian data guna memenuhi keperluan data yang diperlukan oleh BAPPEDA, dan juga masih ada Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang masih tidak serius dalam perumusan Rencana Tata Ruang Wilayah ini, padahal keseriusan dari setiap SKPD akan sangat membantu didalam menghasilkan suatu Rancangan Peraturan Daerah yang bagus yang bisa mengakomodir semua kebutuhan masyarakat. Kenyataannya Peraturan Daerah yang akan disusun akan sangat berhubungan dengan tugas-tugas yang akan Universitas Sumatera Utara 191 dilaksanakan Satuan Kerja Perangkat Daerah tersebut. Dan juga peneliti menemukan masih adanya Satuan Keja Perangkat Daerah yang mengirimkan utusan yang kurang berkapasitas ke dalam pertemuan-pertemuan yang diselanggarakan. Hal ini tentu saja akan sangat memperlambat pembahasan tentang Rancangan Peraturan Daerah RTRW yang sedang dilakukan. 3.Komunikasi dan Penguatan Aktivitas Van Meter dan Van Horn mengatakan bahwa komunikasi yang baik pada setiap implementor dalam pelaksanaan sebuah kebijakan publik sangat berpengaruh terhadap hasil pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan. Para implementor kebijakan harus memperoleh informasi melalui pengkomunikasian secara konsisten dan seragam. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman bagi para implementor tentang tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan komunikasi yang telah dilakukan antara Bappeda, Bagian Hukum dan Dinas Tata Ruang dan Bangunan belum maksimal. Menurut peneliti hendaknya setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah memberikan perhatiannya terhadap penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RTRW tersebut, dan tidak membawa keegoisan pribadi kedalam pembahasan Ranperda RTRW tersebut, supaya Rancangan Peraturan Daerah yang dihasilkan dapat menyelesaikan permasalahan tata ruang kota Medan dan sesuai dengan yang diperlukan oleh masyarakat Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 192 Selain komunikasi antara para agen implementor, peneliti juga berpendapat bahwa komunikasi terhadap target group atau kelompok sasaran juga sangat penting, dimana apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan ini harus dikomunikasikan kepada kelompok yang menjadi sasaran Perda RTRW. Dalam hal ini, yang menjadi kelompok sasaran atas Peraturan Daerah ini nantinya adalah masyarakat Kota Medan yang berhak mendapatkan pelayanan publik sesuai ketentuan yang terdapat di dalam kebijakan. Peneliti juga berpendapat adanya komunikasi kepada masyarakat juga sangat penting, supaya masyarakat mengerti mengenai Hak,Kewajiban dan Peran Masyarakat sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Bab VIII pasal 60 sampai pasal 66 tentang Penataan Ruang Pemerintah Kota Medan telah melakukan sosialisasi mengenai Peraturan Daerah Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan kepada masyarakat yakni tentang tujuan dan hal-hal yang berkaitan dengan Perda tersebut. Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Bappeda Kota Medan mengatakan bahwa Bappeda telah mensosialisasikan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan yang dimulai sejak akhir Desember 2012, dimana sosialisasinya Bappeda mengundang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi sebagai pemberi rekomendasi dan pembicara serta mengundang akademisi untuk mengkaji strategi penataan ruang dan juga mengundang perwakilan SKPD dan juga masyarakat Kota Medan dan Bappeda juga menjelaskan tentang pentingnya Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. Selanjutnya Kepala Bidang Fisik dan Tata Ruang Bappeda Kota Medan menambahkan bahwa Universitas Sumatera Utara 193 Bappeda juga turut mengundang Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Kota Medan. Dalam hal ini Peneliti berpandangan bahwa sosialisasi adalah salah satu cara yang tepat untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai hak, kewajiban dan peran mereka dalam perencanaan tata ruang wilayah Kota Medan. 4.Karakteristik agen pelaksana Karakteristik Agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semua hal tersebut akan mempengaruhi proses perumusan suatu kebijakan. Van Meter dan Van Horn menyatakan bahwa selain kejelasan standar dan tujuan kebijakan, kesiapan sumber daya dan komunikasi yang baik antara para agen pelaksana kebijakan, karakteristik agen pelaksana juga menjadi hal yang sangat berperan dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan publik. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, peneliti menemukan didalam proses pengeksaminasian suatu produk hukum daerah terkadang sering ada masalah keadaan struktur birokrasi dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu informan tersebut, peneliti berpendapat bahwa adanya permasalahan dalam proses eksaminasi Rancangan Peraturan Daerah tersebut dengan keadaan struktur birokrasi, sangatlah tidak sesuai dengan amanah Bab II pasal 2 dua Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengenai asas-asas dalam Penataan Ruang yang terdiri dari asas keterpaduan, asas keserasian, keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, Universitas Sumatera Utara 194 keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan sosial dan akuntabilitas. 5.Kondisi sosial, ekonomi dan politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok- kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi perumusan kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung perumusan kebijakan. Sama halnya dengan keberhasilan atau kegagalan implementasi perumusan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah di Medan dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan politik Kota Medan Sesuai dengan hasil wawancara, peneliti menganalisis bahwa keadaan sosial ekonomi masyarakat kota Medan cukup berpengaruh dalam proses perumusan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, pengaruh tersebut tidak menggangu melainkan memudahkan Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Medan dalam proses perumusan kebijakan Rencana Tata Ruang yang bagus. Sama halnya dengan adanya respon elit politi yang positif dan cukup terbuka didalam mendukung proses perumusan kebijakan rencana tata ruang wilayah Kota Medan. Dari hasil penelitian diatas ditemukan bahwa pengaruh eksternal, kondisi sosial, ekonomi dan politik di dalam Kota Medan tidak memberi dampak buruk Universitas Sumatera Utara 195 kepada agen perumus kebijakan rencana tata ruang tersebut. Kondisi sosial, ekonomi dan politik masih cenderung normal sehingga perumusan Peraturan Daerah ini masih berjalan secara kondusif. Kondusif dalam hal ini dimaksudkan kondisi sosial, ekonomi dan politik di kota Medan tidak mengganggu proses perumusan dan penganalisaan yang dilakukan oleh Bappeda maupun Panitia Khusus DPRD Kota Medan untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. 6.Disposisi implementor Menurut Van Meter dan Van Horn, disposisi atau sikap pelaksana kebijakan publik dalam merespon kebijakan publik baik penerimaan maupun penolakan juga dapat mempengaruhi pencapaian sasaran dan tujuan kebijakan. Pada dasarnya, implementasi kebijakan diawali dengan penyaringan befiltered yang dilakukan oleh agen pelaksana kebijakan sesuai dengan persepsinya masing- masing dan selanjutnya diimplementasikan. Disposisi Implementor dapat dilihat dari tiga hal, yakni: a. respon terhadap Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ; b. Kognisi agen pelaksana terhadap Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN dan c. Preferensi nilai yang dimiliki oleh agen perumus Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, peneliti berpendapat bahwa sikap agen-agen perumus Peraturan Daerah Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan dalam merespon kebijakan rencana tata ruang wilayah tersebut cenderung bersikap terbuka, mereka Universitas Sumatera Utara 196 menerima secara baik dan menjadikan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN menjadi acuan atau guideline dalam menghasilkan kebijakan tata ruang yang berdaya guna. Dari hasil analisis dengan 10 orang informan yakni terlihat bahwa sebagian besar mengetahui tugas dan fungsinya. Hal ini, dilihat dari kehadiran dan keikutsertaan para agen pelaksana dalam berbagai pertemuan yang dilakukan oleh Bappeda Kota Medan, walaupun masih ada beberapa SKPD yang tidak mengadiri pertemuan yang diadakan Bappeda Kota Medan. Peneliti juga berpendapat bahwa Kognisi dan preferensi agen pelaksana menurut analisis peneliti atas wawancara-wawancara di lapangan terlihat baik dimana sebagian besar informan kunci dan informan utama sudah mengetahui latar belakang, manfaat, tujuan serta sasaran dari adanya Peraturan Daerah Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. Meski menurut peneliti masih perlu dilakukan peningkatan komitmen dan keseriusan setiap perumus kebijakan didalam pelaksanaan perumusan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan. Hal ini dikarenakan pada dasarnya, setiap agen pelaksana kebijakan publik harus memiliki pemahaman dan komitmen yang sama secara keseluruhan akan kebijakan yang akan dirumuskan.

V.4 Analisis Proses Penetapan Adopsi Peraturan Daerah Kota Medan