WK3-15a
Ada kalimat yang mana Subjeknya adalah
Kata Kerja
F P S
Mo Residu Od
WK4-980 Nggak
tahu kau?
F P
S Mo
Residu Od
WK5-1 Kumpulkan semua tugas
mu FP
Kom
S Mo
Residu Od
WK6-340
Berarti kita takut. F P
S K
Mo Re od
sidu Tabel 4.20 di atas menunjukkan struktur mood Finit[...]Subjek
merupakan struktur bermarkah merupakan struktur taklazim. Struktur bermarkah biasanya ditandai dengan susunan inversi dengan urutan finit mendahului subjek.
Di antara finit dan subjek mungkin ada disisipkan predikator atau komplemen. Variasi struktur mood ini dapat berupa finit beropsi dengan predikator
FinitPredikator diikuti dengan subjek seperti pada contoh klausa WK1-300b, WK2-75a, dan WK6-340 atau finit beropsi dengan predikator FinitPredikator
diikuti dengan komplemen seperti terlihat pada contoh WK5-1 atau Finit diikuti predikator setelah itu Subjek seperti contoh WK4-980.
4.2.2 Polaritas
Polar dibatasi sebagai batas atau titik yang dapat berupa positif atau negatif, dengan demikian klausa dapat berada dalam polar positif atau polar
negatif. Berkaitan dengan modus, satu klausa dapat berada dalam polar deklaratif positif, interogatif positif, dan imperatif positif. Namun klausa dapat juga berada
dalam polar deklaratif negatif, interogatif negatif, dan imperatif negatif. Dalam
Universitas Sumatera Utara
analisis, klausa dengan polar positif tidak dilabeli deklaratif positif, interogatif positif atau imperatif positif, tetapi cukup dengan label deklaratif, interogatif, atau
imperatif saja. Akan tetapi, jika klausa berpolar negatif, klausa itu dilabeli deklaratif negatif, interogatif negatif, atau imperatif negatif. Dilihat dari segi
polaritas, keputusan atau sikap pembicara dijatuhkan pada pilihan “ya atau tidak”. Keputusan yang dijatuhkan pada pilihan “ya” menunjukkan bahwa pembicara teks
setuju atau berpihak kepada sesuatu yang diungkapkan di dalam klausa. Contoh-contoh tersebut dapat diambil dari kelompok struktur mood
manapun. Berikut ini merupakan contoh struktur mood berpolaritas positif bagian menunjukkan struktur mood dicetak tebal.
Klausa Guru : [4] Teks WK1 Pada pagi hari ini sesuai dengan
informasi yang saya sampaikan pada minggu yang lalu
kita akan membica
rakan masalah
editorial atau tajuk rencana.
K
S F P Kom
Re Mood
Sidu Klausa Guru : [25] Teks WK2
Silogisme adalah sebuah pernyataan yang dapat dibuktikan
kebenarannya
S F P
Kom
Mood
Residu Klausa Guru : [100] Teks WK3
Yang pertama sudah saya jelaskan yaitu
unsur ekstrinsik
Konjungsi F S P Kom
Mood Residu
Klausa Guru : [4] Teks WK4 Kalimat inti itu,
kalimat inti
adalah kalimat yang terdiri dari... yang terdiri dari
Subjek dan Predikat.
S F P
Kom
Universitas Sumatera Utara
Mood Residu
Klausa Guru [17b] Teks WK5 kamu Harus
paham dimana kalimat utamanya
S F P K
Mood Residu
Klausa Guru : [42] Teks WK6 Surat jual beli
termasuk
surat penjualan tanah, rumah
S F P
Kom
Mood Residu
Struktur mood berpolaritas positif berjumlah 750 klausa dari 796 klausa 94,22 pada teks WK1, 396 klausa dari 436 klausa 90,81 pada teks WK2,
572 klausa dari 630 klausa 90,79 pada teks WK3, 561 klausa dari 614 klausa 91,37 pada teks WK4, 335 klausa dari 365 klausa 91,78 pada teks WK5,
dan 717 dari 747 klausa 95,98. Dengan mempertimbangkan bahwa teks-teks diteliti mengandung lebih dari 90 struktur mood berpolaritas positif, tanpa
berpretensi untuk menyederhanakan keputusan yang diambil oleh masing-masing pembicara hanya berdasarkan contoh-contoh tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
secara interpersonal para pembicara pada umumnya mempunyai pendirian positif dan keteguhan berpikir yang tegas terhadap pokok persoalan yang dibahas pada
teks-teks tersebut. Pada masing-masing teks, pendirian dan keteguhan berpikir tersebut dapat
dilihat pada contoh yang dikemukakan berikut. Pada klausa WK1-4, pembicara berkeputusan bahwa sesuai dengan pembicaraan sebelumnya pembicara beserta
pendengar atau mitra bicaranya akan menyampaikan informasi masalah editorial atau tajuk rencana bukan materi yang lain. Pada teks WK2-25 pembicara yakin
bahwa “silogisme itu adalah sebuah pernyataan yang dapat dibuktikan
Universitas Sumatera Utara
kebenarannya”. Adapun pada klausa WK3-100 pembicara berkeyakinan bahwa dia sudah menjelaskan unsur intrinsik karya sastra. Begitu juga pada klausa WK4-
4 pembicara berkeputusan atau berkeyakinan bahwa kalimat inti itu adalah kalimat mengandung subjek dan predikat bukan yang lain. Melalui klausa WK5-
1b pembicara berkeyakinan pendengar harus paham dimana kalimat utamanya sebelum yang lain dipahami. Terakhir dapat dilihat pada klausa WK6-42 bahwa
pembicara berkeyakinan “surat jual beli termasuk surat penjualan tanahrumah”. Sebaliknya, keputusan dijatuhkan pada pilihan ”tidak” menunjukkan
bahwa pembicara tidak setuju atau tidak berpihak kepada sesuatu yang diungkapkan, atau bahkan pembicara mempunyai sikap negatif terhadap sesuatu
tersebut. Sebagai contoh, di bawah ini disajikan polaritas negatif menunjukkan keputusan pembicara tersebut terhadap pokok yang dibicarakan bagian
menunjukkan struktur mood dicetak tebal. Klausa Guru : [42] Teks WK1
Bagi yang belum sampai usianya 17 tahun
tidak
memiliki hak untuk ikut
pemilihan umum
S F P Kom
Mood Residu
Klausa Guru : [639] Teks WK2 Kalau
kalimat aktif
transitif tidak bisa dijadikan
menjadi kalimat pasif
transitif Ya
S F P Komp Klausa
Minor
Mood Residu
Klausa Guru : [122b] Teks WK3 Anda tidak
mau belajar dengan bagus-bagus
S F
P K
Mood Residu
Universitas Sumatera Utara
Klausa Guru : [639] Teks WK4 Kalau kalimat
aktif transitif
tidak bisa dijadikan
menjadi kalimat pasif
transitif Ya
Konjungsi S F
P Kom Klausa Minor
Mood Residu
Klausa Guru : [808] Teks WK5 Karena
acara yang dibuat
tidak ada kerangkanya. Konjungsi S F
-
Kom
Mood Residu
Guru : [218] Teks WK6 Jadi
kita tidak bisa
membuat surat perjanjian jual beli
hanya kesepakatan satu pihak saja.
Konjungsi S F P Kom
Mood Residu
Setelah dianalisis diperoleh pada teks WK1 46 klausa dari 796 klausa 5,78 struktur mood berpolaritas negatif yaitu:
1 ”ngak” klausa 662 digunakan pembicara untuk menyatakan bahwa
lawan bicaranya tidak kuat berbicara sehingga pembicara tidak mendengar informasi yang disampaikan dengan menggunakan leksis
“ngak”. Ujaran “ngak’ merupakan ciri bahasa lisan sehari-hari yang tidak formal.
2 ”tidak” klausa 243, 258b, 259a, 303, 344a, 344b, 346, 351a, 592,
602a, 619b, 880b, 885, 899, 903b, 904, 1004, 1008, 1062, 1063, 1064, 1068, 1067, 1068, 1084, 1095 digunakan pembicara untuk
menyanggah atau tidak berpihak kepada sesuatu yang diungkapkan, atau bahkan pembicara mempunyai sikap negatif terhadap sesuatu
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pada klausa 243 digunakan untuk meminta alasan mengapa lawan bicaranya tidak sependapat dengan pembicara dengan menggunakan
modus interogatif ”kalau tidak setuju alasannya apa?”. Begitu juga dengan klausa 258b, modus interogatif digunakan untuk memberikan
pilihan setuju atau tidak setuju dengan pendapat yang dikemukakan pembicara. Klausa 259a, sikap pembicara memberi kebebasan untuk
memilih alternatif yang ditawarkan kepada pendengar “siapapun yang punya keinginan untuk menjadi presiden atau wakil presiden tidak
menjadi masalah”. Pada klausa 303 pembicara menggunakan polar negatif dikarenakan sikapnya yang negatif terhadap “negara yang
stabil, negara yang damai tidak akan bisa terwujud” apabila rakyat Indonesia tidak bersama-sama membangun. Kemudian, klausa 344a,
344b, 346 menunjukkan bahwa pembicara menolak presiden yang sewenang-wenang atau suka hati atau tidak mengikuti peraturan.
Klausa 351a pembicara menunjukkan sikap ketegasan apabila presiden tidak melaksanakan tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan negara
akan ditegur dan bila tidak mau ditegur akan diberhentikan menjadi presiden. Pada klausa 592 ditegaskan guru “kalau tidak ada yang
bertanya berarti semua sudah jelas”. Klausa 602a dan 619b, menyatakan bahwa masyarakat tidak mampu menyekolahkan anaknya
karena uang sekolah terus meningkat walaupun kemauan untuk sekolah sangat besar. Klausa 880b, 885, mengungkapkan dan
menegaskan sikap negatif pembicara tentang yang datanya
Universitas Sumatera Utara
diputarbalikkan dan tidak sesuai dengan sesungguhnya, serta tidak mengemukakan kelemahan dan kekurangan riwayat hidup penulis.
Klausa 899, 903b, dan 904, pembicara mengungkapkan sikap negatif dan pesimis terhadap koruptor, karena “tidak ada koruptor yang mau
jujur” dan akan memberikan alasan bahwa “saya tidak sadar” melakukan perbuatan korupsi. Klausa 904 pembicara menyatakan
ketidakpercayaannya pada koruptor yang sudah korupsi 200 juta menyatakan tidak sadar atas perbuatannya. Pada klausa 1008
pembicara menjelaskan bahwa pada masa sebelum merdeka “rakyat biasa tidak boleh sekolah”. Klausa 1062 pembicara menjelaskan dan
menekankan bahwa puisi baru “sajaknya tidak lagi ab ab”. Kemudian klausa 1063, 1064, 1068, dan 1067, dan 1068 pembicara
memberikan informasi bahwa Khairil Anwar “tidak akan terikat dengan Pujangga Baru” ketika menulis puisi dan tidak terikat dengan
bait-bait. Klausa 1084b, 1095, modus negatif digunakan pembicara untuk memberikan informasi dengan menekankan bahwa bila ”belajar
fisika nama Albert Einstan tidak akan pernah dilupakan” bukan nama lain.
3 ”jangan” klausa 300a, 455a, 461, 468, 472, 582b, 621, 906, 991a
digunakan pembicara untuk menyatakan ketidaksepakatan atau ketidaksetujuan terhadap sesuatu hal. Seperti pada klausa 300a
pembicara tidak setuju apabila ada pihak yang membangun kemudian ada pula yang mau merusak akibatnya pembangunan tidak akan
Universitas Sumatera Utara
tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Pada klausa 455a pembicara setuju dengan pendapat bahwa mengatasi banjir agar “jangan ada
sampah yang tumpat” maksudnya sampah jangan dibuang di parit atau got agar tidak tumpat yang menyebabkan banjir. Klausa 461 pembicara
tidak setuju kalau menanyakan sesuatu lari dari permasalahan pokok. Pada 468 dan 472 pembicara menggunakan modus imperatif untuk
mempersilahkan menjawab pertanyaan, namun tidak setuju bila yang menjawab pertanyaan itu hanya satu orang saja tidak bergantian
dengan lainnya. Klausa 582b pembicara mencoba mencairkan suasana formal menjadi suasana santai dengan membuat lelucon menyarankan
menonton laskar Pelangi dengan membeli CDnya saja, tetapi membelinya jangan ditoko bangunan karena tidak akan ditemukan.
Pada klausa 601, digunakan pembicara untuk mengingatkan kembali ketidak setujuannya atas pertanyaan yang tidak menyentuh pokok
persoalan. Pada klausa 906 pembicara yakin bahwa koruptor memberikan alasan agar tidak dihukum berat. Pada klausa 991a
digunakan pembicara untuk menyatakan tidak setuju bila diambil sisi negatif dari koruptor tetapi harus diambil adalah dari segi positifnya.
4 ”bukan” klausa 624, 894a, 1112a, 1165 digunakan pembicara untuk
mengungkapkan ketidak setujuan atau ketidakberpihakan terhadap sesuatu yang diungkapkan. Seperti terlihat pada klausa 624, pembicara
tidak setuju moderator bicara. Pada klausa 894a, pembicara tidak setuju bahkan bersikap negatif terhadap koruptor yang memberi alasan
Universitas Sumatera Utara
bahwa korupsi itu adalah perbuatan silap karena dilakukan bertahun- tahun. Pada klausa 1112a digunakan pembicara untuk menyatakan
tidak berpihak kepada perbuatan yang menghancurkan dunia dengan bom atom. Pada klausa 1165, pembicara tidak yakin atau ragu bahwa
Arifin C Noor “mirip dengan Bung Karno” dengan menggunakan “bukankah” di awal kalimat.
5 ”kurang” klausa 376 digunakan pembicara dalam jenis modus
interogatif untuk meyakinkan apakah masih ada yang kurang jelas dalam memberikan informasi.
6 ”belum” klausa 504, 612, 613, 638, 639, 677 digunakan pembicara
untuk meyakinkan atau mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap sesuatu yang diungkapkan, dapat dilihat pada klausa 504 pembicara
menggunakan polar negatif untuk meyakinkan bahwa masyarakat akan membantu pemerintah menanggulangi kerusakan jalan dengan cara
menimbun atau menyemen. Pada klausa 612, 613, 638, dan 639 pembicara menggunakan modus interogatif untuk menanyakan nasib
anak-anak yang belum menerima dana BOS. Pada klausa 677 digunakan pembicara untuk menyatakan tidak setuju terhadap
pertanyaan yang “belum langsung kesubstansinya kepada masalah yang berkaitan dengan masalah tadi”.
Hasil analisis struktur mood pada teks WK2 diperoleh 40 dari 436 klausa 9,17 yang berpolaritas negatif seperti dikemukakan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
1 ”ngak” klausa 100, 260a, 260b, 492, 495b, 500, 512, 657
dipergunakan pembicara untuk memberikan atau meminta informasi, menyatakan sesuatu tidak disetujui atau tidak disepakati, atau
mengingatkan akibat yang akan terjadi atau tidak berpihak kepada sesuatu yang dikemukakan. Klausa 100 pembicara tidak setuju
pelaksanaannya dilakukan pada hari Sabtu karena “waktunya ngak cukup”. Pada klausa 260a, 260b pembicara tidak setuju dan yakin bila
tidak diperhatikan atau tidak disimak “ngak tahu apa yang mau diungkapkan”. Pada klausa 492 menggunakan modus interogatif
untuk mengharapkan tidak melakukan sesuatu yaitu memberikan penjelasan tentang perluasan kalimat. Pada klausa 495b digunakan
pembicara untuk mengingatkan akibat dari tidak melihat “ngak bisa kamu buat”. Pada klausa 500 pembicara tidak setuju bila “diterangkan
lagi”. Klausa 657 digunakan pembicara dalam modus interogatif untuk memastikan ketidak hadiran Afni Harahap.
2 ”tidak” klausa 34, 53, 213, 240, 266, 267b, 267c, 283a,
283b, 285,
287, 288a, 368, 443, 608, 611, 613 dipergunakan pembicara untuk memberi informasi, alternatif pilihan, tidak setuju, meyakinkan
sesuatu yang dikemukakan. Klausa 34 digunakan pembicara untuk memberi informasi bahwa pembantu maknanya tidak kasar. Pada
klausa 53 pembicara menggunakan “tidak” untuk memberi alternatif pilihan “ada atau tidak ada nilai”. Pada klausa 213 pembicara
memberi informasi dan meyakinkan bahwa menyimak langsung itu
Universitas Sumatera Utara
“tidak pakai perantara”. Pada klausa 240 digunakan untuk meyakinkan bahwa “di tempat itu tidak ada sekolahnya habis semua
karena sunami”. Klausa 266, 267b, 267c digunakan untuk menyatakan tidak setuju menonton televisi dan menggunakan telepon
itu secara langsung karena “melalui layar... melalui layar ” dan melalui alat telepon. Pada klausa 283a, 283b, 285, 287, dan 288a
pembicara menunjukkan keyakinan bahwa kalau tidak dapat mengungkapkan kembali informasi yang dibaca temannya berarti
tidak menyimak. Pada klausa 368 pembicara menggunakan polar negatif untuk menegaskan bahwa akibat bencana sunami segala
aktifitas masyarakat terhambat atau tidak bisa dilakukan. Begitu juga klausa 443 digunakan pembicara berupa polar negatif untuk
menegaskan bahwa yang ikut itu “tidak hanya kamu tapi aku juga ikut”, dan “ ada yang tidak paham?” memberikan penawaran bila
kurang paham. Klausa 608 pembicara menegaskan bahwa “orang tidak merasa bosan bila dalam berbicara memperhatikan 5W dan 1H
agar yang kita sampaikan tahu”. Selanjutnya klausa 611, 613 menegaskan bahwa sebelum menyampaikan sesuatu kepada lawan
bicara harus secara beraturan agar tidak berulang-ulang. 3
“jangan” klausa 162, 643b digunakan pembicara untuk mengemukakan ketidaksetujuannya atas “kata mati disebutkan pada
manusia” klausa 162a. Pada klausa 643b digunakan pembicara untuk melarang melakukan keributan.
Universitas Sumatera Utara
4 ”bukan” klausa 70, 71, 267a, 320, 555 digunakan pembicara untuk
menolak bahwa “panjang tangan bukan makna tapi kata” 70,71. Pada klausa 267a pembicara menolak bahwa melalui telepon itu
merupakan mendengar berita secara langsung. Selanjutnya klausa 320 digunakan pembicara untuk menyatakan tidak setuju bahwa belajar
hanya melalui teks saja. Pada klausa 555 pembicara menggunakan polar negatif “bukan” untuk menegaskan bahwa tugas yang diberikan
“bentuk karangan bukan dalam bentuk paragraf”. 5
”kurang” klausa 332, 333, 448, 698 digunakan pembicara untuk meyakinkan bahwa informasi yang disampaikan sudah dimengerti
dengan menggunakan modus interogatif 6
”belum” klausa 383c, 383d, 384 digunakan pembicara untuk menegaskan bahwa akibat sunami aktifitas seluruh masyarakat Aceh
belum sepenuhnya aktif. Pada teks WK3 ditemukan 59 klausa dari 630 klausa 9,36 dari struktur
mood berpolaritas negatif seperti dikemukakan di bawah ini. 1
”ngak” klausa 191c, 192, 193, 199, 258, 302c, 345, 473, 477, 609a, digunakan pembicara untuk menunjukkan sikap pembicara tidak setuju
terhadap sesuatu seperti pada contoh klausa 191c, 192, 193, 199. Pembicara tidak setuju bila tema atau masalah dalam cerita tentang adat
istiadat kawin paksa tapi mengambil lokasi di Amerika, di Los Enjeles atau Mahattan “ngak cocok”, “ngak nyambung”. Pada klausa 258,
pembicara menggunaan polar negatif “ngak“ untuk menegaskan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan gaya bahasa litotes dengan gaya bahasa hiperbola. Dengan “kalau ini hiperbola ngak”. Begitu juga klausa 302c digunakan
pembicara untuk menolak atau tidak setuju dengan ucapan kasar “eh kelien, dasar kalian bodoh”, ngak boleh gitu... kasar”. Pada klausa 345
memberikan informasi “Eh dimana si Adek sudah lama ngak kelihatan batang hidungnya apa yang disebut ‘batang hidung’, padahal yang
dimaksud semuanya disebut batang hidung saja”. Klausa 473, 477, pembicara menyatakan sikap negatif terhadap orang yang tidak memiliki
sopan santun dalam berujar. Klausa 609 digunakan pembicara untuk menunjukkan keyakinannya bahwa krisis gobal harus diantisipasi karena
“kalau ngak bisa diantisipasi siapa yang akan menderita”. 2
”tidak” klausa 30, 94, 122b, 146, 147a, 150a, 195, 246b, 374b, 377, 435a, 437b, 468a, 510b, 514, 563, 584, 587, 590d, 676, 697, 708, 725, 872,
868a digunakan pembicara untuk menegaskan “apa maksudnya haaa salah satu haaa atau kedua unsur inti kalimat itu tidak ada?” klausa 30.
Pada klausa 94 digunakan pembicara untuk menegaskan bahwa “Setelah lulus SMA dia tidak ingin kuliah”. Pada klausa 122 digunakan pembicara
untuk menunjukkan sikap tidak setuju karena “ingin mengajar dengan bagus-bagus” tetapi “anda tidak mau belajar dengan bagus-bagus”. Klausa
146, 147, dan 150, digunakan untuk menegaskan bahwa melihat karakter tokoh dalam cerita bisa dengan “tidak langsung” atau “kalau dia tidak
langsung melalui pembicaraan dia dengan tokoh lain maka kita tahulah watak tokoh itu walaupun postur tubuh itu tidak selamanya menentukan
Universitas Sumatera Utara
watak tapi bisa”. Klausa 195 menunjukkan tidak setuju tema cerita kawin paksa setingnya di Amerika “karena di Amerika tidak mengenal yang
namanya kawin paksa”. Klausa 246 menyatakan tidak setuju “dikatakan berlebih-lebihan padahal nyatanya tidak berlebih-lebihan”. Klausa 374
pembicara menegaskan bahwa “kalau di barat itu biasa...budaya barat itu biasa tidak ada masalah” istri seseorang berdansa dengan suami orang
lain”. Klausa 377 digunakan pembicara untuk menyatakan tidak setuju bahwa “pesan dari novel Salah Asuhan itu tidak salah mendidik”. Pada
klausa 435, dan 437 tidak setuju susunan kalimatnya diubah-ubah “jadi tidak bisa susunannya kita tukar-tukar, kita ubah-ubah. Kalau kita ubah
susunannya maka maknanya tidak sesuai dengan makna sebenarnya”. Pada klausa 468 menegaskan bahwa informasi yang disampaikan sudah
dimengerti oleh pendengar “OK kalau tidak ada kamu buat sepuluh peribahasa kemudian jelaskan artinya”. Pada klausa 510, dan 514
digunakan untuk menegaskan “kalau ada orang yang menyakitinya dia tidak cepat marah tapi ia mengucapkan dengan peribahasa ataupun
ungkapan” karena “tidak mau mencari pertengkaran”. Pada klausa 563, 584, 587 menunjukkan sikap tidak setuju bahwa berkecil hati artinya kecil
hatinya. Klausa 676 digunakan untuk menegaskan bahwa sudah mati artinya “tidak hidup”. Klausa 697, 708, 725, 868, dan 872 digunakan
polaritas negatif untuk menegaskan bahwa pasangan kata itu “tidak mutlak”, jadi “tidak semuanya kata yang bersinonim dapat saling
Universitas Sumatera Utara
menggantikan apabila kita pergunakan ke dalam kalimat, tidak selamanya saling menggantikan.
3 “jangan” klausa 280, 300, 318b, 334, 368b, 452, 455a, 632d, 642, 716,
719, 820 digunakan pembicara untuk menyatakan tidak setuju “jadi oleh sebab itu kalau ada nanti guru menerangkan di sini jangan anda ribut di
belakang sana nanti dibuat sarkasme pada klausa 280. Pada klausa 300 menyatakan bahwa pembicara menyatakan tidak setuju ”kalau
mengatakan orang gila jangan gila, kasar”. Klausa 318 digunakan untuk menyatakan bahwa pembicara tidak setuju sudah belajar ini jangan lagi
gitu ya. Klausa 334 digunakan untuk mengungkapkan tidak setuju jangan yang lain kau bilang heh. Klausa 368, “nah begitu juga ha Salah Asuhan,
Salah Asuhan bagaimana e...e....e pesan yang disampaikan dalam novel Salah Asuhan” sebetulnya orang tua jangan salah mendidik anak atau
mengasuh anak. Klausa 452 Jangan gara-gara nila setitik... Klausa 455 “jangan gara-gara susu sebelanga, rusak nila setitik”. Klausa 632, “itu ada
tiga cerita masing-masing ada tiga peribahasa yang cocok seperti tadi saya contohkan jangan gara-gara satu orang tercemar nama sekolah Prayatna”.
Klausa 642, “kemudian jangan diulangi jawabannya ya pada yang sama misalnya nomor satu C lalu nomor enam C lagi. Klausa 716, “jadi kalau
kamu perempuan jangan mau dibilang istri. Klausa 719, “laki-laki juga jangan mau dipanggil suami. Klausa 820, “satu-satu, jangan berteriak”.
4 “bukan” klausa 328, 338, 681 digunakan pembicara untuk menyatakan
sesuatu yang berbeda dengan modus IND-DEK seperti terlihat pada klausa
Universitas Sumatera Utara
328, “bukan pilot pesawat terbang. Klausa 338, “bukan pass”. Klausa 681, “di televisi bukan di masyarakat, di televisi”.
5 “tak” klausa 541, 543a, 580 digunakan pembicara untuk mengemukakan
sesuatu yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Seperti pada klausa 541, “tak pernah terbuka hatinya menolong orang lain”. Klausa 543 “tak
pernah terbuka hatinya menolong orang lain ya apa maksud dari ungkapan terbuka hatinya?”. Klausa 580, “dalam menghadapi kesulitan
bagaimanapun tak pernah dia kehilangan akal”. 6
“kurang” klausa 301a, 306 digunakan pembicara untuk menyampaikan sesuatu yang belum lengkap atau sempurna. Seperti pada klausa 301 ”hati-
hati dia itu kurang ingatan” ha gitu kan sopan dia sikit. Klausa 306, “ha ya ...maklum sajalah dia itu kurang pendidikan”.
Berdasarkan hasil analisis yang terdapat pada teks WK4 53 klausa dari 614 klausa 8,63 struktur Mood berpolaritas negatif yaitu:
1 ”Ngak” klausa 68d, 105b, 105c, 105d, 119, 121, 136, 145, 176, 201, 213,
215, 296a, 312a, 325a, 358, 361, 362, 466, 477b, 479a, 491, 764, 867, 980 digunakan pembicara untuk menunjukkan sikap tidak setuju sembarangan
membuat silogisme dengan realisasi klausa “ngak boleh sembarangan buat” klausa 68d, “ngak” digunakan pembicara untuk menegaskan bahwa premis
khusus digunakan ”ngak boleh rame-rame, kami ngak boleh, mereka ngak boleh”digunakan karena harus satu orang klausa 105b, 105c, 105d, Klausa
119 digunakan untuk meyakinkan bahwa “ngak jadi 1 paragraf dikerjakan
Universitas Sumatera Utara
tugasnya”. Pada klausa 121 digunakan untuk menyatakan sikap tidak setuju “ngak, inilah kita tarik kesimpulan dari penalaran deduktif dari karangan
argumentatif”. Klausa 136 digunakan untuk menegaskan “ini ngak ada, hanya logika, penalaran”. Klausa 145 dipergunakan untuk menunjukkan keyakinan
bahwa “sambungannya ngak ada”. Klausa 176, “ngak” digunakan untuk menunjukkan sikap tidak setuju pendengar ribut dengan “OK... ngak ada
yang bercerita”. Pada klausa 201, “ngak” digunakan untuk menegaskan bahwa “menulis cerpen itu ngak bisa dipaksa”. Pada klausa 213 digunakan
untuk menolak “ngak usah di sini aja”. Pada klausa 215 digunakan untuk menegaskan “kalau ditentukan harinya saya ngak bisa mungkin datang
sendiri niat dan menemukan idenya”. Pada klausa 296 digunakan untuk menolak “kalau awalnya dia miskin... dia miskin kan ngak mungkin jadi kaya
raya, itu namanya ngak cerpen lagi”. Klausa 312 digunakan untuk menunjukkan keyakinan bahwa “sudah ya, ngak usah Ibu tulis ada di buku
kita tinggal kalian cari dimana itu dia”. Klausa 325 digunakan untuk menyatakan sikap tidak setuju agar “ngak ada yang ribut kalau Ibu
menerangkan”. Pada klausa 358 digunakan untuk menegaskan bahwa “ibu ngak suka pula coret-coret”. Klausa 361 dan 362 digunakan untuk
menegaskan bahwa “sedih kalilah kelas kalian ini kertas pun ngak ada”. Pada klausa 466 digunakan untuk menunjukkan keyakinan bahwa “dia ngak
terlibat Buk”. Klausa 477, 479 digunakan untuk menegaskan bahwa sudut pandang orang kedua dalam cerita “dia tahu tokoh-tokoh yang lain” tetapi
sudut pandang orang ketiga tidak tahu. “kalau yang tadi ngak ikut tapi dia
Universitas Sumatera Utara
tahu tokoh-tokoh yang lain artinya dia yang diceritainya. Pada klausa 491 digunakan untuk menegaskan bahwa dia “ngak tahu”. Pada klausa 764
digunakan untuk menegaskan bahwa “kalau yang ngak baca, menyimak”. Pada klausa 867 digunakan untuk menegaskan bahwa “ketinggalan informasi
karena ngak pernah baca surat kabar”. Pada klausa 980 digunakan untuk menunjukkan keyakinan pendengarnya “ngak tahu?”.
2 ”tidak” klausa 68c, 114, 116, 294b, 639, 713a, 733, 868, 891a, 914c, 915,
962, 969 digunakan pembicara untuk menunjukkan ketidaksetujuan pembicara terhadap sesuatu. Seperti dilihat pada klausa 68c, “jadi silogisme
di sini berarti... silogisme itu artinya dapat dibuktikan kebenarannya berupa fakta tidak boleh sembarangan buat ya”. Klausa 114, tidak ada kata ‘jadi’
atau ‘maka’. Klausa 116, “di rumus pun tidak ada yang penting rumusnya C sama dengan B.. Klausa 294, “menceritakan suatu kejadian dari terjadinya
perkembangan jiwa seseorang tapi tidak sampai mengalami perubahan nasib jadi tidak mengalami perubahan seorang tokoh. Klausa 639, “kalau kalimat
aktif transitif tidak bisa dijadikan menjadi kalimat pasif transitif ya”. Klausa 713, “kata dasar tidak memiliki awalan dan akhiran itu kalimat aktif transitif..
Klausa 733, “intransitif...kalimat intransitif tidak menggunakan objek hanya subjek, predikat, dan keterangan.. Klausa 868, “bila tidak pernah membaca
surat kabar ketinggalan infor..”. Klausa 891, “tidak ketinggalan berita ya, ketinggalan zaman, ketinggalan berita”. Klausa 914, “jadi kalau anda
membaca juga atau orang lain bercerita kepada anda mengenai informasi yang diterimanya dari luar kalau anda tidak menyimak tidak tahu”. Klausa
Universitas Sumatera Utara
915, “tidak tahu apa yang diinformasikan orang lain. Klausa 962, “baik apa saja biar anda tidak ketinggalan informasi”. Klausa 969, “seperti dia sambil
menunjuk seorang siswa tidak ketinggalan informasi”. 3
”jangan” klausa 153, 903b digunakan pembicara untuk menunjukkan tidak setuju seperti terlihat pada klausa 153 “Buk, jangan dihapus ya Buk”. Pada
klausa 903 digunakan untuk menegaskan “kalau mengambil contoh dengan dipilih-pilih jangan kartun-kartun”.
4 ”bukan” klausa 108, 128, 305, 367, 379a, 388, 429, 480c, 483, 634, 893,
1021 digunakan pembicara untuk menolak “ini bukan bersifat umum tapi khusus” pada klausa 108, jadi bukan asal buat aja pada klausa 128. Klausa
305 digunakan pembicara untuk menegaskan bahwa alur maju itu “bukan alur banyak”. Pada klausa 367, dan 379 digunakan untuk menegaskan bahwa
setting itu “bukan hanya berfokus pada tempat saja, bisa lebih... dia lebih dari satu jawaban”. Pada klausa 388 digunakan untuk menunjukkan keyakinan
bahwa “cerita di sini bukan hanya cerpen saja”. Pada klausa 429 digunakan untuk menegaskan bahwa “mimpi bukan kejadian yang sesungguhnya”.
Klausa 480, dan 483 digunakan untuk menegaskan bahwa “sebagai pengamat langsung dia terlibat dalam cerita tapi bukan menceritakan tentang dirinya
tapi dia menceritakan tokoh yang lain artinya dia menjadi tokoh” dan “bukan menjadi fokus utama”. Pada klausa 634 digunakan untuk menegaskan bahwa
“bukan kata transitif”. Pada klausa 893 digunakan untuk menunjukkan keyakinan bahwa “bukan hanya disuruh membaca buku-buku bacaan saja”.
Universitas Sumatera Utara
Pada klausa 1021 juga digunakan untuk menegaskan bahwa “bentuk karangan bukanlah bentuk paragraf”.
Pada Teks WK5, terdapat 30 dari 365 klausa 12,17 struktur mood berpolaritas negatif yaitu:
1 ’Ngak” klausa 50, 51, 149, 187b digunakan pembicara dalam hal ini siswa
untuk menolak perintah mengerjakan latihan dengan memberi alasan ”ngak pande” ini terlihat pada klausa 50, dan direspon oleh guru bila ”ngak pande”
diberikan nilai lima klausa 51, menjawab petanyaan bahwa ”ngak ada” lagi ekspresi membaca puisi yang lebih tinggi nilainya klausa 149, pada klausa
187a pembicara menegaskan yang tidak mengerjakan PR akan diberi sanksi berdiri di depan kelas dengan menyatakan ”ngak usah kerjakan ”.
2 ”tidak” klausa 228, 230, 231, 232, 663b, 671a, 697, 698, 701, 705, 807,
808b, 853 digunakan pembicara menjelaskan bahwa ”salah satu komponen yang ada pada pola ini tidak boleh ikut pada pola yang lainnya” 228, pada
klausa 230, 231, 232 pembicara menerangkan ”yang dimaksud dengan kelompok atau komponen yang ada di dalam kalimat ini tidak boleh
dipisahkan”, ”kemudian yang kedua perubahan yang terjadi di dalam kalimat ini tidak membawa perubahan arti”, ”jadi dengan adanya variasi ini
tidak berubah arti”, penggunaan kata ”tidak” berulang-ulang secara berturut- turut menegaskan arti, pembicara menerangkan untuk ”rapat tidak bisa
dilaksanakan” klausa 663b bila ”23 jumlah anggota DPR tidak hadir” rapat akan diskor klausa 671a, ”dari segi hukum rapat tidak sah, keputusan nanti
Universitas Sumatera Utara
yang diambil tidak sah klausa 697,698, pada klausa 701 pembicara masih menjelaskan rapat akan dibatalkan ”karena jumlah anggotanya tidak
mencapai kuorum tidak mencapai ketentuan , klausa 705 pembicara menjelaskan bahwa rapat ”hanya inti-intinya saja tidak boleh”, kemudian
pada klausa 706 pembicara mempertegas penjelasannya ”tidak boleh rapat hanya inti-intinya saja”, begitu juga pada klausa 807, 808b pembicara
memberikan penjelasan bahwa rapat akan kacau karena ”acara yang dibuat tidak ada kerangkanya”, ”tidak ada kerangkanya akhirnya kacau balau”,
”lebih baik kamu tidak usah ikut” klausa 853 3
”jangan” 312, 610, 611, 674a, 695b, 737, 810a, 851 digunakan pembicara untuk menegaskan kepada pendengar agar ”jangan lupa” cara mengubah
kalimat dengan pola transformasi struktur kalimat, menunjukkan sikap tidak setuju ”jangan ditambah –in menjadi dimandiin” klausa 610. Selanjutnya
klausa 611 pembicara mempertegas larangannya dengan menambahkan kata ’pokoknya” menjadi ”pokoknya jangan itu”, klausa 674b menjelaskan
ketentuan rapat yang ditaati ”supaya jangan sia-sia pekerjaan kita”, memberikan penjelasan syarat melaksanakan rapat harus dihadiri oleh 23
dari anggota, bila tidak ”maka rapat jangan dimulai” klausa 695b, pembicara menegur pendengar agar ”duduknya yang bagus jangan duduk
bermalas-malasan klausa 737, pembicara memberi penegasan bahwa ”apa yang mau dibicarakan dalam rapat itu jangan dibiarkan rapat itu bebas seperti
acara bebas, sebelah sana bicara, sebelah sini bicara”,”jangan mau
Universitas Sumatera Utara
ikut...jangan mau rapatnya dimulai...kalau jumlah tidak mencapai kuorum Klausa 810a, 851.
4 ”bukan” klausa 118, 886, 888 digunakan pembicara untuk menegaskan
kepada pendengar bahwa ”itu puisi bukan baca” klausa 118, memberikan solusi mengerjakan tugas ”supaya jangan susah lihat di internet”, klausa
886, pada klausa 888 pembicara tidak setuju bila menulis dengan tangan, tetapi dengan menggunakan komputer dan hasilnya diprinkan yang
dipertegas dengan merealisasikan ”bukan ditulis tangan” 5
”Dibatalkan” klausa 664 digunakan untuk menegaskan bahwa bila rapat ”dilaksanakan hasil keputusan rapat secara hukum bisa dibatalkan artinya
tidak sah” karena tidak mencukupi kuorum. 6
”tak” klausa 186a digunakan pembicara untuk menegaskan menegaskan bahwa ”kalau tak mau berdiri ke depan kerjakan”,
Pada Teks WK6, terdapat 30 dari 747 klausa 4,02 struktur mood berpolaritas negatif yaitu:
1 ”jangan” klausa 1b, 125, 329, 475, 583b, 585, 586, 589, 593, 602, 659a,
676 direalisasikan pembicara untuk melarang pendengar melakukan keributan karena ada tamu “jadi saya harap jangan bising” klausa 1b,
pada klausa 125 dan 329 pembicara menggunakan kata ”jangan” sekaligus kata ”tidak” untuk memberikan informasi, klausa 125 digunakan
pembicara untuk memberikan informasi menulis surat kuasa harus menggunakan bahasa yang jelas tidak bertele-tele ”jadi jangan terlalu
Universitas Sumatera Utara
panjang” sedangkan pada klausa 329 tentang berpidato yang baik itu ”jangan kita sebagai pembicara tapi kita tidak memahami apa itu pidato
yang kita buat”. Realisasi deklaratif negatif menggunakan kata ”tidak” sekaligus kata ”tidak” pada satu klausa adalah untuk menekankan
informasi penting, pada klausa 475 kata ”jangan” digunakan pembicara untuk menekankan kembali bahwa berpidato itu ”jangan sampai salah
tema atau tujuannya”, pada klausa 583b pembicara melarang pendengar agar ”jangan ngobrol” ketika mengerjakan tugas, ”jangan terus kau tulis”
merupakan peringatan yang disampaikan pembicara kepada pendengar bila akan membuat naskah pidato terlebih dahulu dibuat kerangka
karangannya klausa 585. Di sela-sela memberikan informasi pembicara memberi nasihat kepada pendengar agar ”jangan absen-absen lagi
sebentar lagi mau ujian” klausa 586. Klausa 589, pembicara memberi peringatan kepada pendengar agar ”jangan jadi pajak” karena suasana
ribut, tidak jauh beda dengan klausa 589 pada klausa 593 pembicara juga memberi peringatan agar ”Budi jangan main-main” hanya saja pada
klausa 593 lebih bersifat individual karena menggunakan kata vokatif ”Budi”. Pada klausa 602 pembicara memberi peringatan kepada
pendengar ”kemarin sudah saya jelaskan, makanya kalau ibu menjelaskan didengar jangan main-main supaya bisa mengerjakan”, begitu juga pada
klausa 659a, 676 pembicara memberi peringatan ”teman-teman sekalian janganlah memakai narkoba” dan ”jadi mulai sekarang janganlah seperti
mereka yang belajarnya tidak serius.
Universitas Sumatera Utara
2 ”tidak” klausa 119, 310, 329b, 354, 400, 476, 489c, 496, 498a, 540, 686,
856, 856d, 857c, 857d direalisasikan pembicara untuk memberi informasi bagaimana menulis surat kuasa yang baik dengan merealisasikan klausa
deklaratif negatif ”kalau isi dalam surat kuasa itu tidak perlu mencantumkan kata-kata saudara saudari”. Pada klausa 310 pembicara
memberikan informasi akibat dari penggunaan bahasa yang kurang baik dalam berpidato dengan klausa ”kalau kamu tidak menggunakan bahasa
yang baik pendengar atau audien kurang memahami, tidak memahami apa yang kamu maksud atau tujuan yang akan kamu sampaikan pada saat kau
berpidato”, juga memberi informasi bagaimana berpidato yang baik dengan merealisasikan klausa, secara semantik implisitnya berfungsi
menyampaikan akibat ditimbulkan apabila tidak melaksanakan informasi yang disampaikan tersebut ”jangan kita sebagai pembicara tapi kita tidak
memahami apa itu pidato yang kita buat”, ”di dalam penulisan teks pidato kita tidak boleh, di dalam menulis pidato kita tidak boleh asal saja” ,
”karena kalau kita tidak membuat kerangka karangannya terlebih dahulu maka kamu akan mendapat kesulitan” , ”kalau tidak sama tema dengan
tujuan maka pidato kamu tidak dipahami atau tidak dimengerti pendengarnya”, ”tentu apa yang kita sampaikan tidak dipahami”, ”tema
atau topik...kita tidak akan bisa menyampaikan...”, ”karena kita tidak tahu”, ”kalau kita sudah membuat kerangkanya kita tidak akan sulit tapi
kalau kita tidak membuat kerangkanya maka akan sulit melakukannya” klausa 329b, 354, 400, 476, 489c, 496, 498a, 540, 856. Klausa 856,
Universitas Sumatera Utara
pembicara memberi informasi dengan menggunakan klausa deklaratif negatif ” karena kalau kau tidak hadir dari awal sampai akhir rapat
tersebut maka tidak tahu keseluruhan atau kesimpulan dari rapat yang telah ditetapkan”. Pada klausa 686 penggunaan kata ”tidak” bagi
pembicara untuk memberi nasihat agar ”kita harus menghindari narkoba dan tidak memakainya”.
3 ”bukan” klausa 12 digunakan pembicara untuk menunjukkan keyakinan
perbedaan surat warisan dengan surat kuasa ”surat warisan itu bukan surat kuasa”.
4 ”ngak” klausa 274, 277, 284, 288, 294, 460, 583, 584, 590, 645, 649,
650, 651, 831 digunakan pembicara untuk menyatakan sikap tidak setuju “sudah ngak nulis ngak mau latihan” 274. Selanjutnya, pembicara
menyatakan tidak setuju kepada pendengar ”kalau ngak mau kerja keluar ajalah” klausa 277. Pada klausa 284 dan 288, pembicara meyakinkan
bahwa informasi yang disampaikannya diterima dengan benar dengan realisasi ”ngak ada lagikan?”, ngak ada lagikan?”. Pembicara
menunjukkan keyakinan bahwa ”bukunya ketinggalan ngak dibawa” sehingga dia tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan kepadanya
klausa 294, ”merayu ngak ada” merupakan realisasi klausa yang dikemukakan pembicara untuk meyakinkan pendengar klausa 460.
Pada klausa 583 menunjukkaan keyakinan bahwa tidak ada yang tidak jelas dengan menjawab ”ngak ada Buk”, kemudian direspon kembali
dengan klausa ”kalau ngak ada ibu beri tugas” klausa 584. Klausa 590,
Universitas Sumatera Utara
pembicara menunjukkan sikap tidak setuju bahwa pendengar tidak mampu berpidato tentang siswa berprestasi dengan realisasi ”membuat
siswa yang berprestasi saja ngak bisa” dengan kata lain bahwa lawan bicaranya tidak bisa berpidato dengan tema tentang ”siswa yang
berprestasi”, pada 645 pembicara menegaskan bahwa ganja merupakan bahan penyedap dengan klausa ”berarti ngak haramlah” ganja itu. Klausa
649, 650, dan 651, digunakan untuk menyatakan sikap tidak setuju bahwa lawan bicaranya tidak serius belajar dengan realisasi klausa deskripsi
negatif ”ngak bisa dibilangin”, ”ngak ada keinginan kalien belajar”, diberikan tugas ngak mau mengerjakan”.
4.3 Modalitas