guru dengan pilihan leksis “surat kuasa” sebagai subjek dan finit yang berfusi dengan predikatornya “adalah”. Klausa WK5-7 “Surat kuasa” dipilih guru
sebagai subjek, sedangkan “adalah” merupakan finit yang berfusi dengan predikatornya, begitu juga yang digunakan siswa pada WK5-7 leksis “surat
kuasa” sebagai subjek dan leksis “adalah” sebagai finit yang berfusi dengan predikator. Demikian pula pada contoh Klausa WK6-1 guru menggunakan finit
yang berfusi dengan predikator “kumpulkan” dan subjeknya berupa leksis “mu” yang merupakan syarat klausa major, sedangkan siswa menggunakan subjek
“saya” dan finit yang berfusi dengan predikat “membaca” pada unsur klausa yang direalisasikan sebagai persyaratan klausa major WK6-217.
4.1.4.2 Klausa Minor
Selain klausa major, klausa minor juga menentukan makna interpersonal. Klausa minor adalah klausa yang tidak lengkap karena klausa tersebut tidak
memiliki salah satu dari unsur pengisi subjek atau finitpredikator. Klausa minor karena tidak memiliki salah satu unsur yang tersebut di atas, akibatnya klausa
tersebut tidak dapat dianalisis menurut jenis dan fungsinya. Hasil analisis dari teks WK1, WK2, WK3, WK4, WK5 dan WK6
ditemukan, guru lebih banyak menggunakan klausa minor dibandingkan dengan siswa. Dapat dilihat pada teks WK1, guru menggunakan klausa minor sebanyak
36 klausa dan siswa sebanyak 18 klausa. Pada WK2 guru merealisasikan klausa minor sebanyak 48 klausa sementara siswanya merealisasikan klausa minor
sebanyak 27 klausa. Teks WK3 begitu juga, guru menggunakan klausa minor
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 14 klausa dan siswa sebanyak 6 klausa. Pada teks WK4 ditemukan bahwa guru menggunakan klausa minor sebanyak 17 klausa dan siswa
menggunakan klausa minor sebanyak 9 klausa. Guru menggunakan klausa minor sebanyak 47 klausa dan siswa menggunakannya sebanyak 23 klausa, ini dijumpai
pada teks WK5. Terakhir, dijumpai pada teks WK6 guru menggunakan klausa minor sebanyak 57 klausa dan siswa sebanyak 21 klausa. Pada wacana lisan
sering ditemukan klausa minor seperti yang digambarkan pada tabel 4.10 di bawah ini yang diperoleh dari analisis data.
Tabel 4.10: Klausa Minor Teks Jumlah
Realisasi Guru
Siswa WK1
36 18
Guru: [2] Alaikumsalam warohmatulahi Wabarokatu Selamat Pagi siswa sekalian
Siswa: [3] Pagi pak. WK2
48 27
Guru: [193] Jadi untuk mendengarkan informasi dengan cara menyimak untuk mendengarkan
informasi secara langsung dari orang lain seperti saya inilah namanya secara langsung dengan
tatap….tatap muka itu namanya secara langsung mendengarkan informasi..
Siswa: [458] Sudah. WK3
14 6
Guru: [36] Haaa misalnya seperti ‘Ayah’ ini yang ada hanya Subjek, berarti inti yang satu lagi
dihilangkan. Siswa: [82] Sudah Pak
WK4 17
9 Guru: [54] Jadi untuk pemahaman deduktif dalam
bentuknya paragraf yang sifatnya umum baru khusus di awal seterusnya nanti terakhir
Universitas Sumatera Utara
membahas yang sifatnya masalah.... Siswa: [531] Waalaikumsalam.
WK5 47
23 Guru: [314] Nah itu beda ya, pada saat kita berpidato
atau tampil di depan umum adalah karena kalau kita berbicara atau dengan teman kita bisa
menggunakan kata-kata yang pasaran.. Siswa: [553] Assalamualaikum.
WK6 57
21 Guru: [336] Oleh karena itu tadi dalam mengarang
prosa persuasi ini, ya, langkah-langkah yang dipergunakan hampir sama dengan langkah-
langkah yang dipergunakan pada prosa argumentasi.
Siswa: [67] Curigesen
Contoh yang dikemukakan pada tabel 4.10 di atas dapat dijelaskan secara berturut-turut, klausa WK1-2, WK1-3, WK2-193, WK2-458, WK3-193, WK3-82,
WK4-54, WK4-531, WK5-314, WK5-314, WK5-553, WK6-336, dan WK6-67 adalah contoh klausa minor. Dikatakan klausa minor karena klausa-klausa di atas
tidak dapat dianalisis seperti subjek, finit, predikator, maupun komplemennya karena tidak dapat diidentifikasi. Penggunaan klausa minor demikian itu banyak
dijumpai pada bahasa lisan seperti wacana kelas diteliti ini.
4.1.5 Klausa Elipsis