Perkembangan Bahasa Anak Kajian Pustaka

13 1 tahap sensorimotor usia 0 – 2 tahun, 2 tahap pra-operasional usia 2 – 7 tahun, 3 tahap operasional konkret usia 8 – 11 tahun, 4 tahap operasional formal usia 11 tahun ke atas.

2.1.3 Perkembangan Bahasa Anak

Menurut Owens Ngalimun, 2014: 11 pada tahap usia sekolah, perkembangan bahasa anak yang paling jelas tampak ialah perkembangan semantik dan pragmatik. Perkembangan bahasa anak lainnya berupa perkembangan morfologis, perkembangan sintaktik, dan perkembangan fonologis Ngalimun, 2014: 11. Menurut Owens, keseluruhan proses perkembangan semantik yang mulai pada tahun-tahun awal sekolah dasar ini dapat dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif Ngalimun, 2014: 11. Anak-anak usia sekolah juga mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata-kata secara imajinatif, yaitu ungkapan, metafora, kiasan dan pribahasa Ngalimun, 2014: 12. Perkembangan pragmatik penggunaan bahasa merupakan hal yang paling penting dalam bidang dan pertumbuhan bahasa pada tahap usia sekolah. Pada masa sebelumnya anak belum memiliki keterampilan berbicara secara sistematis. Pada usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif Ngalimun, 2014: 13. Pada tahap awal, pembelajaran komunkasi tertulis yaitu membaca dan menulis dibedakan menjadi dua macam, yaitu membaca permulaan dan menulis permulaan yang diajarkan di kelas-kelas awal kelas I dan II sekolah dasar serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 membaca dan menulis lanjut diajarkan di kelas-kelas tinggi kelas III , IV, V dan VI sekolah dasar Ngalimun, 2014: 35. Kemampuan awal dalam membaca mungkin diperoleh lewat interaksi sosial, yaitu lewat hubungan antarsesama, bukan lewat pembelajaran secara formal. Menurut Owens Ngalimun, 2014: 35, ada beberapa tahapan fase perkembangan membaca, tahapan-tahapan itu yaitu: 1 tahap pramembaca, yang terjadi pada saat di taman kanak-kanak prasekolah atau sebelum umur 6 tahun, anak-anak mempelajari perbedaan huruf dan perbedaan angka yang satu dengan yang lainnya, sehingga kemudian anak dapat mengenal setiap huruf dan setiap angka. 2 tahap pertama, yaitu anak berumur 6-7 tahun kira-kira kelas I sekolah dasar, anak memusatkan pada kata-kata lepas dalam kalimat sederhana atau cerita sederhana, agar siswa dapat membaca, anak perlu mengetahui sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, terbebas dari kesalahan membaca. Anak harus dapat mengintegrasikan bunyi dan sistem tulisan. Kemudian, pada umur berikutnya 7-8 tahun anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata, kata yang diperlukan untuk membaca. Pada umumnya, di banyak negara pengetahuan tersebut hanya diperoleh di sekolah. 3 pada tahap kedua, sekitar anak duduk di kelas tiga dan empat, mereka dapat menganalisis kata-kata yang diketahuinya menggunakan pola tulisan dan kesimpulan yang didasarkan konteksnya. 4 pada tahap ketiga, sekitar anak kelas lima sekolah dasar sampai kelas dua SMP tampak adanya perkembangan pesat dalam membaca yaitu tekanan membaca tidak lagi pada pengenalan tulisan tetapi pada pemahaman. 5 tahap keempat, yakni akhir SMP sampai dengan SMASMK, anak menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 keterampilan tingkat tinggi misalnya, penyimpulan dan pengenalan pandangan penulis untuk meningkatkan pemahaman. 6 tahap kelima, tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dengan pengetahuan yang dimilikinya dan menanggapi secara kritis bahan bacaan. Pada umumnya antara perkembangan membaca dan perkembangan menulis itu sejalan. Kedua perkembangan tersebut sejalan dan sejajar karena biasanya kegiatan membaca itu dibarengi dengan kegiatan menulis. Pada awalnya, anak mulai dengan menggambar, kemudian menulis dengan membuat corat-coret tak beraturan, barulah membuat bentuk-bentuk huruf. Kata-kata yang dikenalnya dengan baik, termasuk nama dirinya. Bunyi-bunyi dalam nama-nama huruf dicocokan dengan bunyi yang didengarnya Ngalimun, 2014: 37. Menulis tidak hanya melibatkan ejaan, melainkan menulis itu adalah pekerjaan yang kompleks untuk anak-anak yang baru belajar menulis. anak berumur enam tahun kurang memperhatikan format, jarak tulisan ejaan, dan tanda baca. Anak-anak kelas I dan II sekolah dasar belum memperhatikan pembaca, masih bersifat egosentrik. Baru sekitar kira-kira di kelas 4, anak mengalami perubahaan. Anak-anak mulai memperhatikan reaksi pembaca dan mereka mulai merevisi memperbaiki dan menyusun tulisannya Ngalimun, 2014: 38.

2.1.4 Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan