15
keterampilan tingkat tinggi misalnya, penyimpulan dan pengenalan pandangan penulis untuk meningkatkan pemahaman. 6 tahap kelima, tingkat perguruan
tinggi dan seterusnya, orang dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dengan pengetahuan yang dimilikinya dan menanggapi secara kritis bahan bacaan.
Pada umumnya antara perkembangan membaca dan perkembangan menulis itu sejalan. Kedua perkembangan tersebut sejalan dan sejajar karena
biasanya kegiatan membaca itu dibarengi dengan kegiatan menulis. Pada awalnya, anak mulai dengan menggambar, kemudian menulis dengan membuat corat-coret
tak beraturan, barulah membuat bentuk-bentuk huruf. Kata-kata yang dikenalnya dengan baik, termasuk nama dirinya. Bunyi-bunyi dalam nama-nama huruf
dicocokan dengan bunyi yang didengarnya Ngalimun, 2014: 37. Menulis tidak hanya melibatkan ejaan, melainkan menulis itu adalah pekerjaan yang kompleks
untuk anak-anak yang baru belajar menulis. anak berumur enam tahun kurang memperhatikan format, jarak tulisan ejaan, dan tanda baca. Anak-anak kelas I dan
II sekolah dasar belum memperhatikan pembaca, masih bersifat egosentrik. Baru sekitar kira-kira di kelas 4, anak mengalami perubahaan. Anak-anak mulai
memperhatikan reaksi pembaca dan mereka mulai merevisi memperbaiki dan menyusun tulisannya Ngalimun, 2014: 38.
2.1.4 Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan
Membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik yang mental Abdurrahman, 2009: 200. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca
adalah gerak mata dan ketajaman pengelihatan.Sedangkan aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika
16
mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran
yang cukup untuk memahami bacaan. Terdapat lima tahap perkembangan membaca, yaitu 1 kesiapan
membaca, 2 membaca permulaan, 3 keterampilan membaca cepat, 4 membaca luas, dan 5 membaca yang sesungguhnya. Tahap perkembangan
kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan.Tahap membaca permulaan, umumnya dimulai sejak anak
masuk kelas satu SD, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun. Tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar, umumnya terjadi pada saat
anak-anak duduk di kelas dua atau kelas tiga. Tahap membaca luas, umumnya terjadi pada saat anak-anak telah duduk di kelas empat atau lima SD. Pada tahap
membaca yang sesungguhnya, umumnya terjadi ketika anak-anak sudah duduk di SMP dan berlanjut hingga dewasa.
Beberapa tujuan pembelajaran keterampilan membaca berdasarkan tingkatnya.
Tingkat pemula: -
Mengenali lambang-lambang simbol-simbol bahasa -
Mengenali kata dan kalimat -
Menemukan ide pokok dan kata-kata kunci -
Menceritakan kembali isi bacaan pendek Tingkat menengah:
- Menemukan ide pokok dan ide penunjang
17
- Menafsirkan isi bacaan
- Membuat intisari bacaan
- Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi Tingkat mahirlanjut:
- Menemukan ide pokok dan ide penunjang
- Menafsirkan isi bacaan
- Membuat intisari bacaan
- Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi Terdapat delapan faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan
belajar membaca, yaitu 1 kematangan mental, 2 kemampuan visual, 3 kemampuan mendengarkan, 4 perkembangan wicara dan bahasa, 5
keterampilan berpikir dan memperhatikan, 6 perkembangan motorik, 7 kematangan social dan emosional, dan 8 motivasi dan minat.
Menulis merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh setiap orang. Menulis membutuhkan keterampilan khusus yang harus dipelajari dan
senantiasa dilatih. Menurut Rusyana Susanto, 2013: 253, menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara
tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasanpesan. Menulis adalah satu cara mengoperasikan otak secara totalitas yang juga menyertakan raga, jari, dan
tangan. Menulis adalah cara paling bagus memelihara otak, mengembangkan kapasitasnya.
18
Fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung karena tidak langsung berhadapan dengan pihak lain yang membaca tulisan kita tetapi
melalui bahasa tulisan. Menulis sangatlah penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar untuk berpikir.
Beberapa tujuan pembelajaran keterampilan menulis berdasarkan tingkatnya, adalah sebagai berikut:
Tingkat pemula: -
Menyalin satuan-satuan bahasa yang sederhana -
Menulis satuan bahasa yang sederhana -
Menulis pernyataan dan pertanyaan yang sederhana -
Menulis paragraph pendek Tingkat menengah:
- Menulis pernyataan dan pertanyaan
- Menulis paragraph
- Menulis surat
- Menulis karangan pendek
- Menulis laporan
Tingkat lanjut: -
Menulis paragraph -
Menulis surat -
Menulis berbagai jenis karangan -
Menulis laporan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Menurut Susanto 2013: 254, ada beberapa manfaat dari kegiatan menulis adalah sebagai berikut:
1. Menulis membantu menemukan kembali hal yang pernah diketahui
2. Menulis menghasilkan ide-ide baru
3. Menulis membantu mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya
dalam suatu wacana yang berdiri sendiri 4.
Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi 5.
Menulis membantu menyerap dan menguasai informasi baru 6.
Menulis membantu memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual,
sehingga dapat diuji Menurut Tompkins Susanto, 2013: 256, menguraikan proses menulis
menjadi lima tahap yang diidentifikasikan melalui serangkaian penelitian tentang proses menulis yang meliputi: 1 tahap pra-menulis prewriting, 2 tahap
penyusunan draf tulisan drafting, 3 tahap perbaikan revisi, 4 tahap penyuntingan editing, 5 tahap pemublikasian publishing.
Pada usia kelas bawah kelas 1-3, pembelajaran menulis yang diterapkan kepada siswa adalah pembelajaran menulis permulaan. Dalam pembelajaran
menulis perlu memperhatikan beberapa cara atau langkah yang dapat mengarahkan mereka kepada proses pembelajaran menulis yang baik Susanto,
2013: 258, yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1. Pengenalan. Pada taraf pengenalan ini, guru hendaknya memerhatikan
benar-benar tulisan yang hendak dikenalkan kepada anak terutama huruf yang belum pernah diperkenalkan
2. Menyalin. Pembelajaran menulis bagi kelas bawah dapat dilakukan dengan
alternatif berikut: a.
Menjiplak menyalin tulisan di papan tulis ke dalam buku latihan sesuai dengan bunyi bacaan tersebut
b. Menyalin dari tulisan cetak lepas ke tulisan sambung atau sebaliknya
c. Menyalin dari huruf kecil menjadi huruf besar pada huruf pertama
kata awal kalimat d.
Menyalin dengan cara melengkapi, yakni dengan cara melengkapi dengan tanda baca dan melengkapi dengan kata
3. Menulis halus atau indah. Perbedaan pembelajaran menulis halus di kelas
awal hanyalah terletak pada bahan yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya pembelajaran menulis indah yang harus diperhatikan yaitu bentuk, ukuran,
tebal tipis dan kerapian 4.
Menulis nama. Sebagaimana pengajaran menulis di kelas satu, para siswa diberi tugas untuk menulis nama benda, orang, jalan, desa, kota, binatang,
tumbuhan, dan sebagainya. Perbedaannya jika di kelas satu masih menggunakan huruf kecil, maka di kelas dua siswa sudah mulai
menggunakan huruf besar pada huruf pertama kata awal kalimat. Latihan ini merupakan latihan dasar mengarang.
21
5. Mengarang sederhana. Pelajaran mengarang di kelas bawah diberikan
dalam bentuk mengarang sederhana cukup lima sampai sepuluh baris. Dalam mengarang ini digunakan rangsang visual, dapat juga dengan
meminta siswa menuliskan pengalamannya sendiri, cerita dari bangun tidur sampai akan berangkat ke sekolah atau dalam perjalanan menuju ke
sekolah dan sebagainya. Dalam mengarang sederhana dinilai tentang kerapian, ketepatan ejaan, dan isi karangan ditekankan kepada siswa untuk
diperhatikan. Membaca dan menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang
diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas- kelas awal pada saat siswa mulai memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah
dasar Mulyati, 2011: 5. Selain itu, hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa prasekolah adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua
kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan
pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Melek huruf yaitu siswa mampu mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis
menjadi bunyi-bunyi bermakna tanpa diikuti oleh pemahaman. Selanjutnya, dibina dan ditingkatkan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek
wacana. Melek wacana yaitu kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai dengan pemahaman akan lambang-
lambang tersebut. Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Dalam pembelajaran menulis permulaan lebih
22
diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik, yaitu siswa dilatih untuk dapat menuliskan lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah
struktur, lambang-lambang tersebut menjadi bermakna. Selanjutnya, secara perlahan-lahan siswa digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran,
perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasai Mulyati, 2011: 5-6.
Terdapat bermacam-macam metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan, yaitu metode eja, metode bunyi, metode suku kata, metode kata,
metode global, dan metode SAS Mulyati, 2011: 11-23. Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang
dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan
huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Setelah
melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Proses pembelajaran
selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Metode bunyi sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan proses
pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan Metode EjaAbjad. Perbedaannya hanya terletak pada cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad huruf-
hurufnya. Metode suku kata, proses pembelajaran membaca permulaan dengan
23
metode ini diawali dengan pengenalan suku kata. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Proses perangkaian suku
kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut
menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata. Metode kata, proses pembelajaran
membaca permulaan diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf.
Kata diuraikan dikupas menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata
menjadi kata. Hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata lembaga kata semula. Metode Global, sebagian orang mengistilahkan
metode ini sebagai Metode kalimat, karena alur proses pembelajaran membaca permulaan yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian
beberapa kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar. Di bawah gambar dimaksud, dituliskan sebuah
kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Melalui proses deglobalisasi proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih
kecil, yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf, selanjutnya anak menjalani proses belajar membaca permulaan. Metode SAS Struktural Analitik Sintetik
pada dasarnya merupakan perpaduan antara metode fonik dengan metode linguistik. Metode alfabetik menggunakan dua langkah, yaitu memperkenalkan
kepada anak-anak berbagai huruf alfabetik dan kemudian merangkaikan huruf- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
huruf tersebut menjadi suku kata, kata dan kalimat. Pada buku suplemen tersebut, peneliti menggunakan metode bunyi, metode global dan metode SAS dalam
mengembangkan keterampilan membaca dan menulis permulaan.
2.1.5 Karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia di SD