Tabel 4.13. Uji Hipotesis Instrumen Soal Uraian
Uji Statistik Sig. 2-tailed
Keterangan
Uji Kruscal-Wallis 0,729
Tidak Ada perbedaan
Tabel 4.13 merupakan hasil untuk uji Kruscal-Wallis. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dilihat pada kolom sig.
adalah 0,729 yang jauh di atas 0,05. Menurut kriteria pengujian yang berdasarkan nilai probabilitas, membandingkan sig dengan taraf signifikansi
α dari tabel Test Statistics nilai sig = 0,729. Diketahui bahwa sig = 0,729 0,05 maka H
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa jika H diterima dan
H
1
ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman dilihat dari jawaban siswa untuk soal uraian.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Penelitian bertujuan untuk 1 mendeskripsikan miskonsepsi
IPA siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman dan 2 mengatahui adanya perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari jenis pekerjaan
orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Analisis data dilakukan dengan analisis deskripsi serta melihat jawaban siswa,
melalui hasil tersebut dapat diketahui bahwa masih ada yang mengalami miskonspsi pada indikator penelitian. Miskonsepsi menurut Suparno 2005: 8
adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konseep yang diakui oleh para ahli.
Miskonsepsi dapat terjadi di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
1 Miskonsepsi IPA Fisika kelas V SD semester 2 SD Negeri se-Kecamatan
Mlati, Kabupaten Sleman Berdasarkan hasil analisis kedua instrumen soal pilihan ganda dan
uraian untuk materi IPA Fisika dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Mlati mengalami miskonsepsi. Adapun
miskonsepsi yang dialami oleh siswa yaitu pada setiap KD macam-macam gaya, pesawat sederhana, sifat-sifat cahaya, membuat periskop, pelapukan,
dan struktur permukaan bumi. Miskonsepsi paling banyak dialami siswa yaitu pada konsep pesawat sederhana. Hal ini dapat dilihat bahwa pada
konsep ini persentase siswa menjawab dengan jawaban salah dengan keyakinan jawaban yakin benar di atas 50 . Miskonsepsi paling tinggi pada
soal pilihan ganda yaitu pada aitem 6 dengan presntase 50.38 . Hasil analisis untuk soal uraian yang mengalami miskonsepsi dengan persentase paling
tinggi yaitu 57.25 yaitu pada konsep pengungkit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang diungkapkan oleh Rahmi
2013. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa diperoleh data yaitu 12 miskonsepsi siswa pada pokok bahasan gerak, dan 17 miskonsepsi pada
pokok bahasan gaya. Persentase rata-rata miskonsepsi terbesar pada materi gerak jatuh bebas mengenai percepatan gravitasi di SD 53,57, SMP
49,16, dan SMA 44,55 adalah benda dengan massa yang lebih besar akan mencapai tanah dahulu. Sedangkan persentase rata-rata miskonsepsi
terkecil pada materi gerak jatuh bebas di SD 0,50 adalah benda yang lebih padat akan mencapai tanah lebih dahulu, SMP 0,56 adalah benda dengan
permukaan yang lebih keras akan mencapai tanah lebih dahulu, SMA 0,45 adalah benda dengan permukaan lebih kecil akan mencapai tanah lebih
dahulu. Persentase rata-rata miskonsepsi terbesar pada pokok bahasan gaya di SD 47,30, SMP 48,60, SMA 30,91 adalah mengenai aksi reaksi
pada benda yang diam di atas meja maka tidak ada gaya yang bekerja pada meja. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmi 2015
menguatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Walaupun tempat penelitian, sampel, dan variabel berbeda, akan tetapi hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dapat membuktikan bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi pada siswa, khususnya siswa kelas V semester 2 SD negeri se-
Kecamatan Mlati. 2
Perbedaan Miskonsepsi IPA diliihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman
Selain itu penelitian ini menghitung uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis data soal pilihan ganda dan uraian untuk mengetahui
miskonsepsi dilihat berdasarkan jenis pekerjaan orang tua. Hasil uji normalitas data dan uji homogenitas, maka data penelitian ini tidak normal
dilihat dari jenis pekerjaan orang tua. Uji normalitas diketahui bahwa untuk instrumen soal pilihan ganda dan uraian dinyatakan tidak normlah karena nilai
p lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05, maka data tidak normal. Uji homogenitas untuk instrumen soal pilihan ganda dinyatakan homogen karena
hasil sig. F = 0,809 0,05. Sedangkan uji homogenitas untuk instrumen soal uraian data dinyatakan tidak homogen karena data F = 0,003 0,05.
Berdasarkan uji normalitas penelitian, maka penelitian menggunakan non-parametik karena data penelitian dinyatakan tidak normal. Maka
dilakukan uji Kruscal-Wallis, karena data tidak normal dan variabel penelitian lebih dari 2. Melalui uji hipotesis untuk instrumen pilihan ganda diketahui
nilai signifikanis p = 0,657 yang mana nilai p lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, karena p = 0,657 0,05, maka H
o
diterima dan H
1
ditolak artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari instrumen
soal pilihan ganda dengan jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Mlati. Uji hipotesis selanjutnya yaitu untuk
instrument uraian. Uji hipotesis diketahui nilai signifikansi p = 729 yang mana nilai lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, karena p = 0,729 0,05,
maka H diterima dan H
1
ditolak artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari instrmen uraian dan jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V
SD semester 2 se-Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Berdasarkan uji hipotesis dengan uji kruscal-wallis, nilai instrumen pilihan
ganda p = 0,657, lebih besar dari taraf signifikansi dari 0,05 artinya tidak ada perbedaan. Sedangkan hasil instrumen uraian p = 0,729, lebih besar dari taraf
signifikansi 0,05 artinya tidak ada perbedaan. Penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari jenis pekerjaan
orang tua siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Mlati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan miskonsepsi dilihat dari jenis
pekerjaan orang tua siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Mlati, maka hipotesis ke 2 penelitan dinyatakan ditolak. Hipotesis ke 2 penelitian ini
ditolak atau tidak terbukti karena jenis pekerjaan orang tua tidak sepenuhnya menjamin siswa tersebut mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi terjadi disemua
jenjang pendidikan dan terjadi di mana-mana Suparno, 2005: 135. Terjadinya miskonsepsi dimana-mana salah satunya yaitu dialami oleh siswa. Miskonsepsi
terjadi bisa karena siswa kurang persiapan saat dilakukan pengambilan data, yang tidak ada hubungan dengan jenis pekerjaan orang tua. Hal tersebut dilihat dari
hasil pekerjaan siswa yang mana nilai siswa yang orang tua sebagai buruh pada kenyataan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai siswa yang orang tuanya
sebagai PNS. Seperti teori yang diungkapkan oleh Suparno 2005: 35-50 menyatakan 5 penyebab miskonsepsi yaitu dari siswa, guru, buku teks, konteks,
dan metode pengajaran. Jadi belum tentu siswa yang pekerjaan orang tua sebagai PNS tidak akan mengalami miskonsepsi dan orang tua siswa sebagai buruh dan
wiraswasta tidak mengalami miskonsepsi. Siswa yang orang tua dengan pekerjaan sebagai PNS, buruh dan wiraswasta bisa juga mengalami miskonsepsi.
Miskonsepsi bisa juga dikarenakan karena faktor lain seperti guru, buku teks, cara mengajar, dan lainya. Hal itu bisa karena minat dan kemampuan siswa dalam
belajar kurang atau faktor lainya. Penelitian ini disimpulkan bahwa jenis pekerjaan orang tua siswa tidak menjamin siswa tersebut tidak akan mengalami
miskonsepsi.
143
BAB V PENUTUP
BAB V ini akan dibahas tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas V semester 2 SD Negeri se-Kecamatan Mlati tahun pelajaran 20142015. Hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa 1.
Terjadi miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri se- Kecamatan Mlati. Miskonsepsi paling banyak dialami oleh siswa untuk
instrumen pilihan ganda yaitu pada aitem 6 dengan persentase 50.38 pada indikator mengidentifikasi ciri-ciri pesawat sederhana dan paling rendah pada
aitem 10 dengan persentase 13.08 pada indikator penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan miskonsepsi untuk
instrumen uraian paling banyak dialmi oleh siswa pada aitem 1 dengan peresentase 57.27 pada konsep pengungkit, miskonsepsi paling rendah yaitu
pada aitem 4 dengan persentase 24.28 pada konsep bidang miring. 2.
Tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V SD semester 2 se-Kecamatan Mlati, Kabupaten
Sleman baik pada instrumen pilihan ganda dan uraian.