b. Ciri-ciri Konsep
Ciri- ciri konsep menurut Hamalik 2005: 162, antara lain :
1 Atribut konsep adalah suatu konsep yang membedakan konsep satu
dengan konsep lainya. Pembedaan konsep ini dapat membuat keberagaman konsep dengan makna yang berbeda.
2 Jumlah atribut adalah tersedianya jenis atribut yang tersedia dalam
setiap konsep yang ada. Jumlah atribut disetiap konsep akan bermacam-macam.
3 Kodominan atribut menunjukkan bahwa setiap konsep pasti ada atribut
yang menonjol atau lebih dominan jumlahnya dari pada atribut lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, konsep adalah pemahaman yang diperoleh sejak awal dari proses belajar, pembangunan
konsep berpikir dasar dan konsep proses mental. Ciri-ciri konsep yaitu atribut konsep, jumlah atribut, dan kodominan atribut.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah pemahaman peserta didik cukup kuat yang akan berpengaruh besar dalam pemahaman konsep selama belajar Haesan, et al.,
1992. Senada dengan Haesan, Duit 1996, konsepsi adalah representasi mental mengenai ciri-ciri dunia luar atau domain-domain teoritik. Konsepsi
merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu obyek yang diamatinya yang sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran,
sehingga sering diistilahkan konsepsi pra pembelajaran.
Budi 1992: 114, berpendapat bahwa konsepsi adalah kemampuan dalam memahami konsep baik yang diterima melalui indra maupun kondisi
lingkungannya. Senada dengan Budi, Berg 1991: 10, konsepsi adalah penafsiran suatu konsep ilmu yang dilakukan oleh seseorang. Contoh
penafsiran konsep yaitu konsep massa jenis adalah bahwa untuk jenis bahan tertentu hasil bagi massa dan volume selalu tetap dan bahwa tetapan itu
berbeda untuk setiap unsursenyawacampuran, maka unsursenyawa dapat dikenal dari massa jenisnya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsepsi adalah suatu konsep yang dimiliki oleh seseorang dari pengalaman
diri sendiri dan dari lingkungan.
3. Miskonsepsi
Miskonsepi memberikan penjelasan mengenai pengertian miskonsepsi, penyebab terjadinya miskonsepsi, cara mendeteksi adanya miskonsepsi dan
miskonsepsi IPA.
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep menunjukan pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para
pakar dalam bidangnya Suparno, 2005: 4. Salah konsep terjadi sebelum siswa memperoleh pelajaran formal. Kesalahan konsep siswa yang
diperoleh sebelum mendapatkan pelajaran formal tersebut terbawa sampai siswa masuk kedalam proses belajar secara formal. Jenis miskonsepsi
terjadi bukan dari salah pengertian selama proses belajar mengajar, namun
muncul ketika konsep awal prakonsepsi yang diterima oleh siswa serta dibawa kedalam kelas formal. Penerimaan konsep awal atau suatu gagasan
yang diterima siswa yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima dalam kelas formal tersebut. Hal tersebut senada dengan
pendapat dari Feldsine dalam Suparno, 2005: 4 mengungkapkan bahwa miskonsepsi sebagai suatu kesalahan dan hubungan yang tidak benar
antara konsep-konsep. Hubungan tidak benar tersebut antara konsep awal sebelum pelajaran formal dan konsep ilmiah setelah proses pembelajaran
formal diterima oleh siswa. Flower dalam Suparno, 2005: 5, menjelaskan bahwa miskonsepsi
sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep- konsep
yang berbeda, dan hubungan hirarki konsep-konsep yang tidak benar. Pengalaman siswa dalam hal ini akan tampak dengan konsep-konsep yang
didapatkan sebelumnya. Senada dengan Flower dalam Suparno, Budi 1992: 114 mengungkapkan bahwa miskonsepsi merupakan kesalahan
konsep terjadi perbedaan konsepsi antara orang satu dengan yang lainya dalam mempelajari konsep dalam memahami makna konsep melalui
proses persepsi tahap-tahap perekaman informasi. Miskonsepsi terjadi karena kosep awal yang diterima oleh siswa
sebelum masuk dalam pembelajaran formal, sehingga akan terjadi dalam pembedaan konsep setelah masuk dalam pembelajaran secara formal.
b. Penyebab Terjadinya Miskonsepsi
Menurut Suparno 2005: 35-50 mengungkapkan 5 penyebab terjadinya Miskonsepsi, yaitu :
1 Siswa
Miskonsepi disebabkan oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi 8 hal yaitu, prakonsepsi atau konsep awal siswa diperoleh siswa
sebelum mengikuti pembelajaran formal di bawah bimbingan guru. Pemikiran asosiatif yaitu pemakaian istilah yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pemikiran humanistik yaitu siswa memandang bahwa semua benda dari sudut pandang manusiawi. Reasoning yang
tidak lengkap atau salah yaitu penalaran dari siswa yang tidak lengkap dalam menerima konsep awal. Instuisi yang salah yaitu suatu perasaan
dalam diri siswa secara spontan dalam mengungkapkan suatu gagasan sebelum secara langung diteliti. Tahap perkembangan kognitif siswa
yaitu tingkat pemahaman setap individu yang berbeda-beda, pemahaman siswa setelah melihat benda-benda kongkret. Kemampuan
siswa yaitu
tingkat kemampuan
siswa dalam
menangkap pembelajaran. Minat belajar yaitu minat siswa dalam mengikuti belajar
dan menerima materi. 2
Guru Terjadinya miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh guru, hal ini
disebabkan karena guru tidak menguasai bahan atau kurang memahami IPA fisika secara tidak benar. Beberapa guru juga bukan
berlatar belakang dari lulusan pendidikan serta tidak mempunyai kompetensi dalam bidang fisika. Selain itu, guru yang dalam
penguasaan materi tidak mendalam dalam proses belajar bersikap sebagai diktator serta otoriter yaitu dengan memaksakan gagasan
kepada murid. Cara pengajaran guru dengan berbicara dan menuliskan di papan tulis, serta jarang melakukan praktikum atau eksperimen dan
jarang melakukan diskusi dengan siswa. 3
Buku Teks Buku teks juga menjadi salah satu penyebab terjadinya
miskonsepsi yaitu dengan adanya buku teks, buku fiksi sains, dan kartu. Buku teks terdapat bahasa yang sulit dipahami oleh siswa. Buku
fiksi sains yaitu penggunaan bahasa kurang berdasarkan dengan kaidah ilmu yang sesungguhnya.
4 Konteks
Konteks bisa menimbulkan terjadinya miskonsepsi misalnya, melalui pengalaman yang dialami oleh siswa. Penggunaan bahasa
sehari-hari misalnya pemahaman siswa mengenai berat dengan satuan kilogram kg, namun dalam fisika berat adalah satuan gaya dengan
satuan Newton. Teman lain yaitu mengenai pemahaman teman dengan konsep awal yang di miliki siswa itu sendiri sering berbeda, tetapi jika
teman lain yang dianggap pandai mengungkapkan dengan yakin maka siswa itu sendiri akan dengan mudah percaya dengan konsep teman
meskipun konsep itu salah. Keyakinan dari ajaran agama yaitu mengenai penciptaan alam semesta.
5 Metode Mengajar
Metode mengajar yang digunakan guru, yang menekankan satu pokok bahasan sehingga siswa mampu menangkap, namun hal ini juga
mampu memunculkan miskonsepsi. Guru perlu kritis dengan metode yang akan digunakan dan membatasi diri dengan satu metode yang
akan digunakan.
c. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi
Suparno 1998: 121-128 mengungkapkan cara bagi seorang peneliti
atau seorang guru mendeteksi miskonsepsi siswa, yaitu melalui :
1 Peta Konsep
Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa dalam bidang fisika. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan
berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, secara jelas dapat mengungkap
miskonsepsi siswa digambakan dalam peta konsep. Miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan lengkap
antar konsep menurut Nova dalam Suparno: 121. 2
Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka Peneliti-peneliti
menggunakan pertanyaan
pilihan ganda
menggabungkan dengan alasan yang sudah tertentu. Jadi alasan-alasan sudah dipilihkan. Model ini dipilih, biasanya dengan alasan untuk
lebih memudahkan menganalisis. Kelemahan model ini adalah alasan siswa yang tidak tercantum dalam pilihan itu, tidak terungkap.
3 Tes Esai Tertulis
Tes esai dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa siswa dan dalam bidang tertentu. Setelah ditemukan miskonsepsinya, dapatlah
beberapa siswa diwawancarai untuk lebih mendalami, mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu.
4 Wawancara Diagnosis
Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Wawancara bebas, guru atau peneliti memang bebas bertanya kepada siswa dan
siswa dapat dengan bebas menjawab, sedangkan dalam wawancara terstruktur, pertanyaan sudah disiapkan dan urutannya pun secara garis
besar sudah disusun, sehingga memudahkan dalam praktiknya. 5
Diskusi dalam Kelas Diskusi dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan
mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga apakah
gagasan mereka itu tepat atau tidak. 6
Praktikum dengan Tanya Jawab Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan
siswa yang melakukan praktikum juga dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep
pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya
bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan- persoalan dalam praktikum tersebut.
d. Kiat Mengatasi Miskonsepsi
Suparno 2005: 55 menjelaskan bahwa secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah:
1 mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa,
2 mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut,
3 mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi.
Berdasarkan penjelaskan mengenai kiat mengatasi miskonsepsi yang diungkapkan di atas ada 3 langkah, langkah tersebut bisa diterapkan oleh
guru dalam mengatasi terjadinya miskonsepsi. Berdasarkan penjelasan mengenai miskonsepsi di atas dapat disimulkan
bahwa miskonsepsi yaitu kesalah konsep yang tidak sesuai dengan ahli dalam bidangnya. Terjadinya miskonsepsi yaitu dapat dari siswa, guru, buku teks,
konteks, dan metode pengajaran. Cara dalam mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa dengan peta konsep, tes multiple choice dengan reasoning
terbuka, tes essai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi dalam kelas, dan praktikum dengan tanya jawab. Selain kiat untuk mengatasi miskonsepsi
dapat diterapkan guru dalam mengatasi terjadinya miskonsepsi.
4. Hakikat Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam atau sering disingkat dengan IPA. IPA adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar SD. Mata
pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD yang
bersifat wajib. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari mengenai materi alam atau bumi dan seisinya. Selain itu IPA juga mempelajari
mengenai ilmu alam yang biasanya bersifat empiris atau nyata. Pengertian hakikat IPA tersebut didukung oleh beberapa pendapat para ahli di bawah ini.
Mata pelajaran IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya, Darmojo dalam Samatowa, 2011: 2.
Senada dengan pendapat sebelumnya maka Iskandar 2001: 2-3 menambahkan bahwa, Ilmu Pengetahuan Alam IPA disebut sebagai ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Mata pelajaran IPA ini juga disebut sebagai disiplin ilmu, hal ini sebagai
produk IPA yang bentuknya berupa fakta-fakta, konsep, prinsip, dan teori. Fakta-fakta yang ada didalam pembelajaran IPA ini yaitu merupakan suatu
pernyataan tentang benda-benda nyata, serta peristiwa-peristiwa alam yang benar-benar terjadi. Konsep IPA sendiri yaitu suatu ide yang berhubungan
dengan beberapa fakta yang sudah ada sebelumnya. Prinsip yang terdapat didalam pelajaran IPA biasanya bersifat analitik, yang mana prinsip ini
merupakan gabungan dari beberapa konsep-konsep yang sudah ada didalam ilmu pengetahuan.
Srini dalam Samatowa, 2002: 2, Hakikat IPA adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang dapat diperoleh melalui proses ilmiah dan
didasari oleh sikap ilmiah Hakikat IPA dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu : a.
Hakikat IPA sebagai suatu produk b.
Hakikat IPA sebagai suatu ketrampilan proses
c. Hakikat IPA sebagai suatu sikap
Penjelasan ketiga hakikat IPA di atas akan dijabarkan lebih lanjut di bawah ini, yaitu :
a. IPA sebagai produk
IPA sebagai produk terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum serta teori-teori. Fakta merupakan salah
satu hasil kegiatan empirik dalam IPA. Sedangkan konsep, prinsip, hukum, serta teori merupakan hasil kegiatan analitik dalam IPA. Berikut
ini dijelaskan bentuk IPA sebagai sebuah produk. 1.
Fakta dalam IPA Fakta dalam IPA merupakan pernyataan-pernyataan tentang
benda yang benar-benar ada, atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif.
2. Konsep IPA
Konsep dalam IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA atau penghubung antar fakta-fakta yang ada
hubungannya. 3.
Prinsip IPA Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan di antara
konsep-konsep IPA. Prinsip IPA merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh sehingga bersifat analitik. Prinsip
bersifat tentatif sementara, dapat berubah bila ada observasi baru
yang dilakukan. Prinsip juga merupakan deskripsi yang paling tepat tentang objekkejadian.
4. Hukum Alam
Hukum-hukum alam adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif, tetapi karena mengalami
pengujian-pengujian yang lebih keras daripada prinsip, maka hukum akan bersifat lebih kekal.
5. Teori Ilmiah
Teori ilmiah adalah kerangka yang lebih luas dari fakta, konsep, dan prinsip yang saling berhubungan. Teori dapat berubah
jika ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. b.
IPA sebagai proses IPA sebagai suatu proses adalah suatu metode yang digunakan
untuk memperoleh pengetahuan. Metode yang biasa digunakan disebut metode ilmiah atau metode keilmuan. Metode ilmiah atau keilmuan
merupakan perpaduan antara pengetahuan yang didapat melalui pikiran rasionalisme dan pengetahuan melalui pengalaman empirisme.
Langkah-langkah metode ilmiah adalah sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah; pengamatan dan perumusan masalah yang
relevan; penyusunan dan klasifikasi data; perumusan hipotesis; dedukasi dan hipotesis; tes dan pengujian kebenaran hipotesis. Sedangkan
keterampilan proses IPA meliputi beberapa hal seperti mengamati, mengukur atau menghitung, mengklasifikasikan, mengendalikan
variabel, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, membuat laporan penelitian.
c. IPA sebagai sikap
Hakikat IPA sebagai sikap adalah mengenai berbagai keyakinan, pendapat, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang
ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Misalnya: rasa ingin tahu, rasa tanggung jawab, disiplin, tekun,
jujur, dan terbuka terhadap pendapat orang lain. Ciri-ciri sikap ilmiah di antaranya adalah:
1. Objektif terhadap fakta
2. Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan
3. Berhati terbuka
4. Ingin menyelidiki
5. Pembelajaran IPA di SD Kelas V Semester 2