75
Pola Keruangan Desa dan Kota
4. Daerah-daerah perbukitan dan pesisir diubah menjadi daerah pertanian. 5. Keseluruhan lingkungan alami akan berubah sebagai akibat dari
kegiatan manusia yang dianggap perlu untuk kemajuan manusia. Bersamaan dengan berjalannya waktu, pertambahan penduduk
menyebabkan meningkatnya keperluan pada sumber daya lahan. Pada saat keinginan masyarakat melampui sumber daya atau daya dukung
lingkungan dan teknologi yang tersedia dalam periode tertentu, kekuran- gan sumber daya alam akan muncul. Sumber daya digunakan untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia akan pemenuhan hidupnya. Sejalan dengan kondisi tersebut, ketersediaan sumber daya
alam sangat penting untuk pembangunan masa depan yang bernuansa pembangunan berkelanjutan.
1. Struktur Keruangan Desa
Menurut Bintarto, desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya. Perpaduan tersebut tertuang dalam ketampakannya di permukaan Bumi yang tidak lain bersumber
dari komponen-komponen fisiogafi, sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang saling berinteraksi.
Ketampakan fisik dari sebuah desa ditandai dengan pemukiman yang tidak begitu padat, sarana transportasi yang langka, penggunaan tanah
yang lebih didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Ketampakan sosial-budaya dicirikan dengan ikatan tali kekeluargaan yang begitu erat di
mana paguyuban
gemeinchaft dengan perilaku gotong royong masyarakat masih begitu dominan.
Karakteristik kawasan permukiman penduduk di pedesaan ditandai terutama oleh ketidakteraturan dalam bentuk fisik rumah. Pola permukiman
sebuah perkampungan penduduk di pedesaan dapat diidentifikasi dari situs yang berada di dekatnya, misalnya sungai. Selain itu, pola permukiman juga
bisa mengindikasikan pola mata pencarian penduduknya.
a. Pola Perkampungan Linear atau Memanjang
Pola permukimannya cenderung berkelompok membentuk perkam- pungan yang letaknya tidak jauh dari sumber air, biasanya sungai. Pola
permukiman pedesaan yang masih sangat tradisional banyak mengikuti pola bentuk sungai, karena saat itu sungai di samping sebagai sumber
kehidupan sehari-hari, juga berfungsi sebagai jalur transportasi antar- wilayah.
Melalui jalur transportasi sungai, perekonomian sederhana saat itu telah berlangsung. Kondisi seperti ini banyak ditemui di wilayah-wilayah
kerajaan Jawa contoh masa Majapahit dan Sumatra masa Sriwijaya dan juga masih berkembang hingga kini di wilayah pedesaan pedalaman,
seperti di pedalaman Siberut, Kalimantan, dan Papua.
Saat ini pola pemukiman wilayah pedesaan, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatra, sedikit banyak telah dipengaruhi oleh keberadaan
jalan. Sehingga penempatan rumahnya pun akan mengikuti arah jalan. Biasanya, pola pemukiman ini banyak tersebar pada wilayah yang memi-
liki topografi datar. Sejalan dengan itu, posisi bangunan rumah pedesaan menghadap ke arah yang tidak teratur. Menurut kondisi fisik bangunan,
rumah di pedesaan banyak dibangun secara tidak permanen, terbuat dari bahan yang tidak sepenuhnya terbuat dari tembok.
Sumber:
Kalimantan-Borneo, 1990
Pola perkampungan linear di pedalaman Kalimantan. Pola
pemukiman penduduk berjajar mengikuti arah dan bentuk
aliran sungai.
Gambar 4.17
Di unduh dari : Bukupaket.com
Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta untuk Kelas XII
76 b. Pola Perkampungan Memusat
Pola perkampungan memusat dapat dengan mudah Anda temui pada wilayah-wilayah dataran tinggi atau perkampungan yang dibentuk
karena aturan adat. Penduduk yang mendiami perkampungan ini pun relatif tidak begitu banyak dan biasanya dihuni secara turun temurun
oleh beberapa generasi.
c. Pola Perkampungan Desa Kota
Perumahan di tepi kota dan permukiman dekat dengan kota membentuk pola yang spesifik di wilayah desa kota. Pada saat pengaruh perumahan kota
menjangkau wilayah ini, pola pemukiman cenderung lebih teratur dari pola sebelumnya. Hal ini sangatlah jelas, sebagai akibat intervensi para developer
perumahan yang berada di tepi wilayah ini. Para pengembang perumahan telah mengantisipasi perkembangan kota, sehingga tidaklah mustahil muncul
para calo tanah di wilayah desa kota ini.
2. Struktur Keruangan Kota