Drama Epik KAJIAN TEORI
Tabel 1: Perbandingan Teori Teater Aristoteles dan Teori Teater Epik
Aristotelische Form des Theaters
bentuk teater Aristoteles
Epische Form des Theaters
bentuk teater epik
Handelnd
lakuan
erzählend
naratif
verwickelt den Zuschauer in eine Bühnenaktion
melibatkan penonton dalam aksi panggung
Macht den Zuschauer zum Betrachter
membuat penonton
menjadi pengamat
verbraucht seine Aktivität
menghabiskan aktifitasnya
weckt seine Aktivität
membangkitkan aktifitasnya
ermöglicht ihm Gefühle
membekali penonton dengan sensasi
erzwingt von ihm Entscheidungen
memaksa penonton
mengambil keputusan
Erlebnis
pengalaman
Weltbild
gambaran dunia
der Zuschauer
wird in
etwas hineinversetzt
penonton diposisikan menjadi sesuatu
er wird gegenübergesetzt
penonton diposisikan berseberangan
Suggestion
anjuran saran
Argument
argumentasi
die Empfindungen werden konserviert
perasaan-perasaan naluriah
diawetkan bis
zu Erkenntnissen getrieben
dibawa ke suatu pengenalan
der Zuschauer
steht mittendrin
,
miterlebt
penonton berada di tengah- tengah, mengalami
der Zuschauer
steht gegenüber,
studiert
penonton berada
berseberangan, berpikir
Der Mensch als bekannt vorausgesetzt
keberadaan manusia diterima sebagai kebenaran
Der Mensch ist Gegenstand der Untersuchung
keberadaan manusia sebagai objek penyelidikan
Der unveränderliche
Mensch
manusia tidak dapat berubah
Der veränderliche und verändernde Mensch
manusia senantiasa berubah
Spannung aus den Ausgang Spannung aus den Gang
ketegangan
ketegangan menuju akhir sepanjang jalannya cerita
Eine Szene für die Andere
satu adegan mendahului yang lainnya
Jede Szene für sich
setiap adegan berdiri sendiri
Wachstum
peningkatan
Montage
montase kumpulan
Geschehen linear
perkembangan yang linear
In Kurven
garisnya berliku-liku
Evolutionäre Zwangläufigkeit
determinisme evolusioner
Sprung
lompatan-lompatan
Der Mensch als Fixum
manusia sebagai hal yang sudah ditentukan
Der Mensch als Prozess
manusia sebagai proses
Das Denken bestimmt das Sein
pemkiran menentukan eksistensi
Das gesellschaftliche Sein bestimmt das Denken
eksistensi masyarakat menentukan pemikiran
Gefühl
perasaan
Ratio
pikiran
Idealismus
idealisme
Materialismus
materialisme
Efek pengasingan
Verfremdungseffekt
adalah salah satu konsep Bertolt Brecht dalam teater. Efek pengasingan atau
Verfremdungseffekt
bermaksud untuk mengajak penonton kritis baik atas fenomena panggung maupun yang di
tampilkan di sana dan dengan itu penonton menjadi kritis dan mampu menganalisis persoalan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari
Damshäuser, 2004: 12. Dalam bukunya, Brecht 1957: 99 mengungkapkan
der Zweck des Effekts ist, dem Zuschauer eine fruchtbare Kritik vom
gesellschaftlichen Standpunkt zu ermöglichen
tujuan efek- efek tersebut adalah memungkinkan adanya kritik yang bermanfaat bagi penonton ditinjau dari sudut
pandang kemasyarakatan. Tujuan teater ini adalah menimbulkan daya kritis, yaitu pandangan atau pengetahuan yang lebih baik atau baru tentang suatu hal yang
timbul pada penonton. Untuk mencapai tujuan itu Brecht menggunakan apa yang disebut
V-Effekt
seperti yang dijelaskan Haryati, dkk 2009: 55 sebagai berikut. “Die Verfremdungseffekte, kurz V
-Effekte, werden dagegen angewandt, um den Zuschauer der Illusion des Theaters zu berauben und über das Dargestellte
nachdenken zu lassen. Er soll der Auslöser für die Reflexion des Zuschauer s
über das Dargestellte sein.”
Die Verfremdungseffekte
efek pengasingan, yang disingkat
V-Effekt
, adalah suatu cara untuk mengalihkan ilusi penonton mengenai dramateater dan
memberi kesempatan kepada penonton untuk memikirkan apa yang dipentaskan.
V-Effekt
bisa berupa lagu atau nyanyian yang dinyanyikan di tengah- tengah berlangsungnya pementasan, atau monolog seorang aktor tentang hal yang
dialaminya saat itu.
V-Effekt
ini muncul dalam tiga tataran teater, yaitu dalam naskah drama, dalam panggung, dan dalam pemeranan.
Dalam teater epik,
Verfremdungseffekt
tidak hanya ditunjukkan melalui para pemainnya, melainkan juga melalui musik paduan suara, lagu- lagu dan
dekorasi papan peringatan, film, dan sebagainya. Itu terutama bertujuan untuk menunjukkan sejarah peristiwa yang sedang dimainkan Brecht, 1957: 85.
Konsep alienasi ini ditunjukkan dengan para tokoh atau aktornya yang tidak harus menghilangkan kediriannya dalam peran- perannya. Mereka harus
menghadirkan sebuah peran kepada penonton, baik yang dapat dikenali ataupun yang asing sehingga proses penafsiran kritik dapat dipertegas dalam gerakan.
Situasi, emosi dan dilema para tokoh harus dimengerti dari luar dan dihadirkan sebagai sesuatu yang aneh dan problematik. Penggunaan gestur gerak isyarat
adalah cara yang penting untuk memperlihatkan emosi seorang pelaku. Para tokoh mempergunakan gestur diagramatik yang lebih “menunjukkan” daripada
mengungkapkan Selden, 1996: 31.