Kritik Bertolt Brecht terhadap Masalah Sosial Budaya
Mungkin: jalan itu tidak lupa ? Mereka tidak tidur dengan nyenyak: hari masih panjang.
Verräter
atau para pengkhianat yang dimaksud dalam kutipan di atas adalah sepasang suami istri borjuis. Mereka sedang menguping di balik pintu rumahnya
dengan wajah pucat pasi. Mereka sedang ketakutan. Pada suatu malam tetangga mereka yang tidak disebutkan namanya diseret paksa oleh NAZI. Tersirat dalam
dialog bahwa orang-orang NAZI berkeliling di sekitar pemukiman warga untuk mencari orang-orang yang menentang pemerintahan NAZI. Rakyat dilarang
mendengarkan siaran asing. Sang suami berkata pada NAZI bahwa siaran luar negeri yang didengar NAZI bukan berasal dari dalam rumahnya. Ia menunjuk tetangganya
karena telah ikut campur dalam urusan politik negara. Sepasang suami istri dengan jelas mengetahui apa yang telah terjadi pada tetangga mereka, namun mereka
memilih diam dan tidak menolong tetangganya dengan memberikan keterangan yang jelas pada NAZI.
Kritik Brecht pada masalah sosial di atas, terjadi karena kondisi yang mengharuskan seseorang untuk berjuang menyelamatkan diri sendiri dari kekejaman
NAZI. Manusia dalam kelompok sosial budaya selayaknya hidup dalam rasa solidaritas untuk hidup bermasyarakat, tolong menolong dan saling melindungi satu
sama lain. Kehidupan ideal dan harmonis seperti itu ternyata tidak dapat tercapai pada masa pemerintahan NAZI. Tiap-tiap anggota masyarakat menjadi egois dan
mementingkan diri sendiri agar dapat bertahan hidup dalam rezim kediktaktoran Hitler.
Warga masyarakat menyatukan diri dalam kelompok sosial budaya, dalam hal ini berdasarkan etnis yang sejenis dan paham tertentu yang dianut. Pada masa
pemerintahannya, Hitler berusaha melenyapkan orang-orang ras non Arya. Ada juga beberapa kelompok orang yang berkumpul berdasarkan paham yang mereka anut.
Mereka yang tergabung dalam kelompok-kelompok dengan paham yang menentang kekuasaan Hitler atau paham yang tidak disukainya. Hal tersebut terlihat pada kutipan
berikut ini. DER ERSTE Da ham wir an de Ecke so „n Marxistennest ausjehoben.
Hinterher ham se jesagt, et war „n katholscher Lehrlingsverein
. Allet Lüje
Keen einzijer hatte „n Kragen um. Brecht, 1997: 429 YANG PERTAMA Di tikungan itu kita akan membersihkan kumpulan Marxis.
Kemudian mereka mengatakan bahwa mereka adalah perkumpulan pemuda katolik. Semua itu bohong Tidak satupun dari mereka memakai kerah.
Kutipan di atas merupakan potongan dialog antara tentara SS yang pertama dan yang kedua pada babak pertama yang berjudul
Voksgemeinschaft
. Seperti yang telah disebutkan pada subbab sebelumnya, bahwa tugas tentara SS adalah
mengeleminasi Yahudi dan beberapa kelompok tertentu yang menentang NAZI. Semua yang tidak disukai Hitler harus dilenyapkan dari Jerman. Tujuan diibentuknya
Volksgemeinschaft
sendiri adalah untuk membersihkan masyarakat Jerman secara rasial. Membentuk Negara dengan ras superior yakni ras Arya. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan adanya kekuasaan mutlak yang dimiliki Hitler sebagai pemimpin tertinggi di Jerman. Pada kutipan di atas tentara SS memburu sekumpulan orang yang
menganut paham Marxis. Mereka mencari kelompok tersebut di pemukiman warga. Namun agar tidak diburu oleh tentara SS, orang-orang Marxis berbohong dengan
mengatakan bahwa mereka adalah kumpulan pemuda Katolik. Tentara SS dapat mengetahui mereka berbohong dari pakaian yang mereka kenakan.
Terlihat dalam kutipan tersebut, tentara SS berbicara menggunakan bahasa dialek. Pembacaan intensif dan berulang-ulang harus dilakukan agar memahami isi
dari percakapan yang disampaikan. Dialek yang digunakan para tokoh pada babak pertama adala dialek yang lazim digunakan di Berlin. Karakteristik dialek yang
terlihat pada dialog- dialog babak pertama adalah penggunaan “
g
” menjadi “
j
” dan “
s
” menjadi “
t
”. Beberapa contoh seperti “
ausgehoben
” menjadi “
ausjehoben
”, “
gesagt
” menjadi “
jesagt
”, “
es
” menjadi “
et
” dan “
Alles Lüge
” menjadi “
Allet Lüje
”. Hal yang umum diketahui bahwa Hitler menganut paham fasisme. Bukan
rahasia lagi jika penganut paham fasisme membenci penganut paham marxisme. Ketika Hitler mulai berkuasa dimulailah perburuan penganut paham marxisme. NAZI
mengirim mereka ke kamp-kamp konsentrasi. Mereka disiksa dan dipekerjakan secara paksa oleh negara.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kritik Brecht terhadap masalah sosial dalam drama ini adalah mengenai kehidupan seseorang atau
sekelompok orang yang tergabung dalam kelompok masyarakat di bawah pemerintahan Hitler. Kehidupan bermasyarakat dengan rasa solidaritas, tolong
menolong dan saling melindungi satu sama lain sebagai anggota masyarakat tidak dapat tercapai. Tiap-tiap anggota masyarakat menjadi egois dan mementingkan diri
sendiri, tidak peduli jika orang lain sengsara agar dapat bertahan hidup dalam rezim kediktaktoran Hitler. NAZI berusaha melenyapkan ras non arya terutama Yahudi dan
penganut paham Marxis. Perburuan dilakukan NAZI untuk mengeliminasi Yahudi dan Marxsis dari Jerman. Setelah dilakukan pembacaan naskah drama
Furcht und Elend des dritten Reiches
ini, penulis tidak menemukan adanya masalah budaya yang dikritik.