Menentukan Waktu Standar WS Menentukan Rating Factor

5. Menguraikan pekerjaan atas elemen pekerjaan Sebelum diukur harus ditetapkan dahulu siklus pekerjaan yang akan diukur. Kemudian siklus pekerjaan yang telah ditetapkan diuraikan dalam elemen- elemen gerakan yang lebih kecil dan lebih sederhana dan selanjutnya elemen- elemen gerakan tersebutlah yang diamati. 6. Mempersiapkan alat-alat pengukuran Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran adalah : a. Jam henti stop watch b. Lembar-lembar pengamatan c. Pena atau pensil d. Papan pengamatan Alat pengukur jarak antara peralatan yang satu dengan peralatan yang lainnya meterrol Pengukuran waktu adalah pekerja mengamati pekerjaan dan mesin serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap unsurnya ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang dipersiapkan

3.8. Menentukan Waktu Standar WS

Universitas Sumatera Utara Waktu standar didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan faktor-faktor keletihan, kelonggaran untuk kebutuhan pribadi. Waktu standar suatu pekerjaan ditentukan dengan jalan mengukur waktu terpilih yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dan disesuaikan dengan keadaan normal ditambah dengan kelonggaran untuk kepentingan pribadi, kelelahan dan hal-hal yang tidak dapat dihindarkan. Dari perhitungan “rating factor” dan kelonggaran dapat ditentukan waktu standar WS dengan rumus sebagai berukut : 24 Ws = Wn x 100 100 - All Wn = Wt x Rf Dimana : Wt = Waktu terpilih Wn = Waktu Normal WS = Waktu standar Rf = Rating Factor All = Allowance 24 Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. 2006. Hal 203 Universitas Sumatera Utara

3.9. Menentukan Rating Factor

Rating factor adalah perbandingan prestasi kerja antara operator yang diamati dengan konsep normal peneliti tentang waktu dan kecepatan selama penelitian waktu yang dilakukan. Selama pengukuran berlangsung, peneliti harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran bisa saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu standar yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang standar yang diselesaikan secara wajar. 25 Suatu kondisi yang dianggap good untuk suatu pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerja yang lain. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan, yaitu Cara Westinghouse menilai performance pekerja berdasarkan empat faktor yaitu keterampilan, usaha, kondisi dan konsistensi. Bila keterampilan, usaha dan konsistensi merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja marupakan sesuatu diluar operator yang diterima apa adanya tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor managemen, karena fihak inilah yang dapat dan berwewenang merubah atau memperbaikinya. 25 Sutalaksana, Iftikar Z.dkk, 1979, Teknik Tata Cara Kerja, ITB Bandung : Hal 138-149 Universitas Sumatera Utara memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian yang baik. Kestabilan consistency faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama. Waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah- ubah dari satu siklus ke siklus yang lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama masih dalam batas-batas kewajaran maka masalah tidak akan timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal ini harus diperhatikan. Kondisi dibagi menjadi enam kelas yaitu perfect, excellen, Good, Average, Fair dan Poor.

3.10. Kelonggaran Allowance