Total kapang-khamir Kerusakan Mie Basah Spirulina Terpilih pada Penyimpanan Suhu Chilling

4.4.4 Total kapang-khamir

Kapang membutuhkan aw relatif lebih rendah dibandingkan bakteri untuk germinasi spora dan pertumbuhannya. Pertumbuhan kapang-khamir pada mie basah selama waktu penyimpanan pada suhu chilling disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 Pertumbuhan total kapang-khamir selama penyimpanan suhu chilling = mie kontrol; = mie basah Spirulina. Kurva pertumbuhan kapang memiliki pola yang serupa dengan kurva pertumbuhan bakteri Syarief et al. 2003. Terlihat pada Gambar 17 bahwa pertumbuhan kapang-khamir pada mie basah Spirulina memiliki fase yang lebih panjang dari pada mie kontrol. Nilai total kapang-khamir mie kontrol pada hari ke-0 sebanyak 6x10 1 CFUg sedangkan mie basah Spirulina sebanyak 1,15x10 3 CFUg. Puncak pertumbuhan kapang-khamir pada kedua mie terjadi pada hari yang berbeda. Puncak pertumbuhan kapang-khamir pada mie kontrol terjadi pada hari ke-4 dengan jumlah 8,7x10 3 CFUg, sedangkan pada mie basah Spirulina belum dapat terlihat hingga penyimpanan hari ke-8, namun dapat dilihat bahwa pada penyimpanan hari ke-8 pertumbuhan kapang-khamir mencapai jumlah tertinggi sebanyak 1,66x10 4 CFUg. Jumlah total kapang-khamir mie kontrol pada hari terakhir penyimpanan hari ke-8 kembali menurun yaitu sebanyak 1,29x10 2 CFUg. Syarat mutu mie basah yang telah ditentukan oleh BSN 1992 untuk parameter cemaran kapang maksimal sebesar 1,00x10 4 CFUg. Berdasarkan standar tersebut dapat dikatakan bahwa mie basah Spirulina masih aman dikonsumsi hingga penyimpanan hari ke-6, sedangkan mie kontrol masih aman dikonsumsi hingga penyimpanan hari ke-8. Berdasarkan Gambar 17 terlihat bahwa fase lag pertumbuhan kapang-khamir pada mie basah Spirulina lebih panjang dibandingkan dengan fase lag pada mie kontrol. Hal ini diduga bahwa Spirulina yang ditambahkan pada mie basah mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan kapang-khamir. Jenis kapang yang mungkin tumbuh pada mie basah adalah Aspergilus sp. yang berasal dari tepun terigu Chamdani 2005. Abedin dan Taha 2008 menyatakan bahwa S. platensis dan Anabaena azolae memiliki aktifitas antifungi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tolypothrix ceytonica, Chlorella pyrenoidosa dan Scenedesmus quadricauda.

4.4.5 Penilaian organoleptik