Komposisi kimia mie basah Spirulina

4.1.1 Komposisi kimia mie basah Spirulina

Bahan pangan yang baik yaitu bahan pangan yang mempunyai komposisi gizi yang lengkap meliputi air, abu, protein, lemak dan karbohidrat. Setiap komponen ini harus diketahui jumlahnya agar pemenuhan gizi dalam tubuh dapat terpenuhi secara tepat. Komposisi kimia ini dapat diketahui dengan cara analisis proksimat. Komposisi kimia Spirulina yang digunakan pada pembuatan mie Spirulina dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Komposisi kimia Spirulina Komposisi kimia Jumlah Kadar air 5,86 Kadar abu 8,73 Protein 66,26 Lemak 2,40 Kadar air yang terkandung dalam Spirulina hanya sebesar 5,86. Rendahnya kadar air ini karena pengeringan yang dilakukan menggunakan spray dryer dengan suhu 120 °C. Kadar abu dan lemak pada Spirulina masing-masing 8,73 dan 2,40. Komposisi kimia yang terbesar dikandung oleh Spirulina adalah protein, yaitu sebesar 66,26. Richmond 1988 menyatakan hasil analisis asam amino dari Spirulina mexican yang dikeringkan dengan spray dryer ditemukan 18 asam amino. Berdasarkan hasil penelitian Choi et al. 2003 Spirulina yang dikultivasi selama 30 hari dengan urea sebagai sumber nitrogen memiliki kandungan asam amino tertinggi yaitu sebesar 173 mgg berat kering. Komposisi kimia Spirulina tidak selalu sama, dipengaruhi oleh banyak faktor. Colla et al. 2007b menyebutkan bahwa suhu dan media kultivasi berpengaruh terhadap biomassa, protein, lemak dan fenol. Suhu kultivasi sebesar 35 °C memberikan pengaruh negatif terhadap produksi biomassa dan memberikan pengaruh positif terhadap protein, lemak dan fenol. Tingginya kandungan protein dan rendahnya lemak pada Spirulina menjadi kelebihan tersendiri, sehingga para vegetarian atau konsumen yang sedang melakukan diet tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi Spirulina. Pengaruh penambahan Spirulina pada komposisi kimia mie dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi kimia mie basah Spirulina. Kode Kadar Air Kadar Abu Protein Lemak Mentah Matang Mentah Matang Mentah Matang Mentah Matang S 31,04 59,82 1,38 0,50 9,53 5,74 5,67 2,17 S 5 31,09 60,88 2,71 0,86 11,86 6,79 5,86 2,25 S 10 29,78 60,62 2,82 0,89 12,41 7,60 6,10 2,43 S 15 30,19 61,07 2,93 0,93 13,96 8,03 6,39 2,57 Keterangan: S : mie dengan penambahan Spirulina 0 S 5 : mie dengan penambahan Spirulina 5 S 10 : mie dengan penambahan Spirulina 10 S 15 : mie dengan penambahan Spirulina 15 Komposisi kimia mie basah Spirulina diuji dalam keadaan mentah dan matang. Mie basah Spirulina matang yaitu mie setelah direbus selama 2 menit pada suhu 100 °C. Pengujian komposisi kimia mie basah Spirulina matang dilakukan untuk mengetahui besarnya perubahan komposisi kimia mie basah Spirulina yang telah siap untuk dikonsumsi. Penambahan Spirulina ke dalam mie basah secara umum memperlihatkan peningkatan terhadap komposisi gizi, terutama protein. Kandungan protein pada mie basah mentah meningkat cukup signifikan seiring dengan semakin banyaknya konsentrasi Spirulina yang ditambahkan yaitu sebesar 9,53 pada mie basah dengan penambahan Spirulina 0 dan 13,96 pada mie basah dengan penambahan Spirulina 15. Hal yang sama terjadi pada mie basah yang telah matang. Semakin banyak Spirulina yang ditambahkan, semakin besar pula kandungan protein pada mie basah, yaitu sebesar 5,74 pada mie basah dengan penambahan Spirulina 0 dan 8,03 pada mie basah dengan penamban Spirulina 15. Besarnya peningkatan kandungan protein pada mie basah setelah penambahan Spirulina tidak sejalan peningkatan kadar air, kadar abu dan lemak. Hal ini karena kandungan air, abu dan lemak pada Spirulina yang ditambahkan tidak terlalu besar. Kadar air pada mie basah matang dengan penambahan Spirulina 0 dan 15 berturut-turut sebesar 31,04 dan 30,19, sedangkan pada mie basah mentah berturut-turut 59,82 dan 61,07. Kadar abu menyatakan jumlah mineral yang terkandung di dalamnya. Kadar abu mie basah setelah penambahan Spirulina lebih besar bila dibandingkan dengan kadar abu mie basah tanpa penambahan Spirulina. Mie basah dengan penambahan Spirulina 15 memiliki kadar abu tertinggi, yaitu sebesar 2,93 pada kondisi mentah dan 0,86 setelah dimatangkan. Kandungan lemak Spirulina hasil uji proksimat menunjukkan nilai yang terendah dibandingkan komposisi kimia yang lain. Hal ini menyebabkan penambahan Spirulina ke dalam mie basah tidak mengakibatkan perubahan kandungan lemak yang terlalu besar. Kadar lemak tertinggi terdapat pada mie basah dengan penambahan Spirulina 15, yaitu sebesar 6,10 pada kondisi mentah dan 2,43 setelah dimatangkan. 1 Kadar air Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan. Air merupakan komponen yang paling penting dalam bahan pangan, karena dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa bahan pangan. Kandungan air dalam bahan pangan juga menentukan daya terima, kesegaran, serta daya simpan bahan tersebut Winarno 2008. Hasil analisis kadar air mie basah mentah dan matang dengan penambahan Spirulina yang berbeda disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 Kadar air mie basah Spirulina mie basah mentah; mie basah matang. Keterangan : Angka-angka pada histogram dengan pattern sejenis yang diikuti dengan huruf yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Data hasil analisis kadar air dilakukan uji kenormalan untuk mengetahui sebaran data. Data hasil analisis kadar air menyebar normal karena nilai p-value lebih besar dari 0,05 Lampiran 3, setelah diketahui bahwa data menyebar normal, kemudian dilakukan analisis ragam. Hasil analisis ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa penambahan Spirulina tidak memberikan pengaruh nyata P0,05 terhadap kadar air yang terkandung di dalam mie basah. Hal ini terjadi baik pada mie basah mentah maupun pada mie basah matang. Besarnya kadar air yang terkandung pada mie basah matang berkisar antara 59,82-61,07, sedangkan mie basah mentah berkisar antara 29,78-31,09. Nilai ini sesuai dengan persyaratan mutu SNI 01-2987-1992 bahwa kadar air mie basah sekitar 20-35. Besarnya kadar air pada mie basah mentah ini tidak jauh berbeda dengan kandungan air mie basah yang berada di pasaran. Menurut Widaningrum et al. 2005, kadar air mie basah di pasaran yaitu sebesar 31,2. Besarnya kadar air pada mie basah yang telah dimasak berkisar antara 59,82-61,07. Adanya proses perebusan menyebabkan peningkatan kadar air sekitar 50. Peningkatan ini disebabkan oleh sifat dari pati yang cenderung suka air hidrofil. Winarno 1992 menyatakan apabila pati mentah dimasukkan ke air panas maka pati tersebut akan menyerap air dan membengkak gelatinisasi. Karena jumlah gugus hidroksil dalam molekul pati sangat besar, maka kemampuannya untuk menyerap air sangat besar. Pemanasan menyebabkan air yang semula berada di luar granula bebas bergerak sebelum suspensi dipanaskan, menjadi berada dalam butir-butir pati dan tidak dapat bergerak dengan bebas lagi. Hal itulah yang secara langsung mempengaruhi kadar air produk. Kadar air pada masing-masing mie basah besarnya tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan penambahan air pada masing-masing adonan mie basah sama. Air merupakan bahan yang penting dalam pembuatan mie. Tanpa adanya air, pembentukan protein gluten yang elastis tidak dapat terjadi Fu 2008. 2 Kadar abu Penentuan kadar abu merupakan cara pendugaan mineral bahan pangan secara kasar. Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96 terdiri dari bahan organik dan air, sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Bahan-bahan organik dalam makanan akan terbakar selama proses pembakaran, sedangkan bahan anorganik tidak terbakar, karena itulah disebut kadar abu Winarno 2008. Hasil analisis kadar abu mie basah dengan penambahan Spirulina yang berbeda disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Kadar abu mie basah Spirulina mie basah mentah; mie basah matang. Keterangan : Angka-angka pada histogram dengan pattern sejenis yang diikuti dengan huruf yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Data hasil analisis kadar abu dilakukan uji kenormalan untuk mengetahui sebaran data. Data hasil analisis kadar abu tidak menyebar normal karena nilai p-value lebih kecil dari 0,05 Lampiran 3, oleh karena itu dilakukan transformasi data dengan rumus ln x234. Analisis ragam kemudian dilakukan setelah diketahui bahwa data menyebar normal. Hasil analisis ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa penambahan Spirulina memberikan pengaruh nyata P0,05 terhadap kadar abu mie basah, baik kondisi mentah maupun matang. Uji Tukey Lampiran 5 menunjukkan bahwa penambahan Spirulina memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar abu mie basah, baik matang maupun mentah. Semakin besar penambahan Spirulina, semakin besar pula kadar abu di dalam mie basah. Kadar abu mie basah mentah pada penelitian ini berada pada rentang 1,38-2,93. Nilai ini telah sesuai dengan persyaratan mutu berdasarkan SNI 01-2987-1992 yang menyatakan bahwa kandungan maksimal abu pada mie basah sebesar 3. Kadar abu mie basah mentah yang dibuat pada penelitian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mie basah yang berada di pasaran. Menurut Widaningrum et al. 2005, kadar abu pada mie basah yang berada di pasaran hanya mencapai 0,9. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan mineral pada mie basah komersial yang berada di pasaran lebih rendah. Poses perebusan menyebabkan penurunan kadar abu lebih dari 50 pada semua perlakuan. Kadar abu pada mie basah mentah berkisar antara 1,38-2,93, kemudian setelah direbus turun menjadi 0,5-0,93. Berdasarkan hasil penelitian Lola 2009, perebusan menyebabkan penurunan kadar abu pada Solanecio biafrae dan Solanum nigrum hingga lebih dari 50. Penurunan ini disebabkan oleh terlarutnya mineral pada saat proses perebusan. Penurunan kadar abu juga disebabkan oleh meningkatnya kadar air yang terkandung di dalam mie basah, sehingga rasio kadar abu menjadi rendah. Kadar abu merupakan jumlah mineral yang terkandung di dalamnya. Kadar abu pada mie Spirulina lebih besar dibandingkan mie basah tanpa Spirulina. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan Spirulina dapat meningkatkan kadar abu. Henrikson 2009 menyatakan bahwa Spirulina mengandung mineral. Mineral yang terkadung dalam Spirulina antara lain kalsium, besi, magnesium, sodium, potasium, fosfor, seng, mangan, tembaga, dan krom. Kadar abu dalam bahan pangan seperti mie tidak boleh terlalu tinggi, karena kadar abu dalam mie dapat memberikan efek negatif terhadap warna mie Hou dan Kruk 1998. 3 Kadar protein Protein merupakan komponen kedua yang paling banyak terdapat dalam mie setelah air. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis proksimat mie yang disajikan pada Tabel 5. Protein merupakan salah satu makronutrien yang berperan dalam pembentukan biomolekul dan juga dapat juga dipakai sebagai sumber energi. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung C, H, O dan N Winarno 2008. Hasil analisis kadar protein mie basah dengan penambahan Spirulina yang berbeda disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 Kadar protein mie basah Spirulina mie basah mentah; mie basah matang. Keterangan : Angka-angka pada histogram dengan pattern sejenis yang diikuti dengan huruf yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Data hasil analisis kadar protein dilakukan uji kenormalan untuk sebaran data. Data hasil analisis kadar protein menyebar normal karena nilai p-value lebih besar dari 0,05 Lampiran 3, setelah diketahui bahwa data menyebar normal, kemudian dilakukan analisis ragam. Hasil analisis ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa penambahan Spirulina memberikan pengaruh nyata P0,05 terhadap kadar protein mie basah, baik kondisi mentah maupun matang. Uji Tukey Lampiran 5 menunjukkan bahwa penambahan Spirulina memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar protein mie basah. Semakin banyak Spirulina yang ditambahkan semakin besar pula protein yang terkandung di dalam mie basah. Penambahan 15 Spirulina pada mie basah mentah menyebabkan kenaikan kandungan protein yang cukup besar hingga mencapai 13,96. Kandungan protein pada mie yang dibuat jauh di atas batas minimal yang ditentukan pada SNI 01-2987-1992 yaitu sebesar 3. Nilai ini sangat jauh berbeda dengan kandungan protein pada mie basah komersial yang ada di pasaran. Widaningrum et al. 2005 melaporkan bahwa kandungan protein mie basah komersial hanya mencapai 6,7. Rendahnya kandungan protein pada mie basah komersial dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, antara lain kualitas tepung terigu serta bahan-bahan campuran yang digunakan dalam pembuatan mie basah. Kandungan protein mie basah mentah lebih besar bila dibandingkan mie basah matang Gambar 7. Hal ini menunjukkan bahwa perebusan menyebabkan penurunan kandungan protein. Proses termal yang terjadi selama perebusan dapat menyebabkan protein terdenaturasi. Denaturasi merupakan proses terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbentuknya lipatan molekul Winarno 1992. Menurut hasil penelitian Ju et al. 2001 suhu di atas 70 °C mengakibatkan denaturasi albumin, globulin, glutein, dan pati tepung beras. Kandungan protein di dalam mie basah selain meningkatkan mutu mie basah, juga akan menciptakan adonan yang liat sehingga tidak mudah putus Fu 2008. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kandungan gizi pada mie basah, salah satunya penambahan wortel ke dalam mie basah. Menurut Nasution et al. 2006 penambahan 50 g wortel 33,33 dari bobot terigu hanya meningkatkan kandungan protein dari 23 g menjadi 23,5 g 2,17. Penambahan 15 Spirulina mampu meningkatkan protein sebesar 4,43, sehingga dapat disimpulkan bahwa penambahan Spirulina jauh lebih efektif dalam meningkatkan kandungan protein mie basah dibandingkan dengan wortel. Spirulina yang digunakan pada penelitian ini mengandung protein sebesar 66,26. Protein pada Spirulina tersusun dari beberapa asam amino. Hasil penelitian Choi et al. 2003 menunjukkan bahwa Spirulina yang dikultivasi selama 30 hari dengan urea sebagai sumber nitrogen mengandung asam amino yang terdiri dari leusin 15,6 mg, valin 13,2 mg, fenilalanin 8,7 mg, treonin 8,4 mg, lisin 7,0 mg, metionin 2,5 mg, dan triptofan 1,1 mg yang dihitung per gram berat kering Spirulina. Protein memiliki fungsi penting di dalam tubuh antara lain berperan dalam pergantian sel-sel tua dengan sel-sel baru dan membantu mengatur tekanan osmosis dan keseimbangan pH pada cairan biologis Hammond 2008. Protein juga berfungsi sebagai pemberi kalori, bila jumlah karbohidrat dan lemak tidak mencukupi kebutuhan tubuh Muchtadi 2008. 4 Kadar lemak Lemak didefinisikan sebagai bahan-bahan yang larut dalam eter, kloroform dan tidak dapat larut dalam air. Lemak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkalg, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkalg. Hasil analisis kadar lemak mie basah matang dan mentah dengan perlakuan penambahan Spirulina disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Kadar lemak mie basah Spirulina mie basah mentah; mie basah matang. Keterangan : Angka-angka pada histogram dengan pattern sejenis yang diikuti dengan huruf yang berbeda a,b menunjukkan berbeda nyata p0,05 Data hasil analisis kadar lemak dilakukan uji kenormalan untuk sebaran data. Data hasil analisis kadar lemak menyebar normal karena nilai p-value lebih besar dari 0,05 Lampiran 3, setelah diketahui bahwa data menyebar normal, kemudian dilakukan analisis ragam. Hasil analisis ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa penambahan Spirulina memberikan pengaruh nyata P0,05 terhadap kadar lemak, baik kondisi mentah maupun matang. Uji Tukey Lampiran 5 menunjukkan bahwa penambahan Spirulina memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar lemak. Penambahan Spirulina menyebabkan kenaikan kadar lemak yang berbeda nyata kecuali pada mie basah dengan penambahan Spirulina 5 yang telah dimatangkan tidak berbeda nyata dengan mie basah tanpa penambahan Spirulina 0. Perubahan kandungan lemak pada mie basah Spirulina tidak terlalu besar. Hal ini terjadi karena kandungan lemak pada Spirulina kecil, yaitu sebesar 2,40. Kadar lemak mie basah mentah yang dibuat pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak pada mie basah komersial. Hasil penelitian Widaningrum et al. 2005 menunjukkan bahwa kadar lemak mie basah komersial yang berada di pasaran hanya mencapai 3,6. Spirulina mengandung asam lemak esensial EFA yang bermanfaat bagi tubuh. Asam lemak esensial EFA yang terkandung dalam setiap gram Spirulina sebesar 54,6 mg yang terdiri dari miristik 1 mg, palmatik 244 mg, palmitoleik 33 mg, heptadekanoik 2 mg, strearik 8 mg, oleik 12 mg, linoleik 97 mg, gamma-linolenicGLA 135 mg dan asam lemak lain 14 mg Henrikson 2009. Kandungan lemak mie basah mentah lebih besar bila dibandingkan mie basah matang Gambar 8. Perebusan mie basah menyebabkan turunnya kandungan lemak yang cukup besar. Menurut Winarno 2008 air merupakan salah satu penyebab turunnya kandungan lemak dari suatu bahan pangan. Air dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Hasil penelitian Domiszewski et al. 2011 menunjukkan bahwa kandungan lemak fillet ikan lele rebus 10,44 lebih rendah di bandingkan filet ikan lele segar 12,14. Jumlah lemak yang lebih rendah pada sampel yang direbus diduga sebagai akibat penyebaran lemak dalam air rebusan.

4.1.2 Penilaian organoleptik